Cousin Love ( segera Terbit )

By langiittbiruuu

2.7K 459 46

Assalamuallaikum wr. wb. sebelum baca alangkah baiknya follow akun wattpad ini NO PLAGIAT ❌ Kisah ini diambi... More

|| PROLOG🍓
Satu🍓
Dua🍓
Tiga🍓
Empat🍓
Lima🍓
Enam🍓
Tujuh🍓
Delapan 🍓
sembilan 🍓
Sepuluh🍓
dua belas🍓
tiga belas🍓
empat belas🍓
lima belas🍓
enam belas🍓
tujuh belas🍓
delapan belas🍓
sembilan belas🍓
duapuluh🍓
dua puluh satu🍓
dua puluh dua🍓
dua puluh tiga🍓
dua puluh empat🍓
dua puluh lima🍓
dua puluh enam🍓
dua puluh tujuh 🍓
dua puluh delapan🍓
dua puluh sembilan🍓
tiga puluh🍓
info!!
tiga puluh satu🍓
tiga puluh dua🍓
tiga puluh tiga 🍓
tiga puluh empat🍓
tiga puluh lima🍓
tiga puluh enam 🍓
tiga puluh tujuh🍓
tiga puluh delapan🍓
tiga puluh sembilan🍓
empat puluh 🍓
empat puluh satu🍓
empat puluh dua🍓
INFO!!

sebelas🍓

69 14 2
By langiittbiruuu

Yellooww!!! Sebelum membaca tekan bintang dulu ya !

Tandai typo

Ramaikan disetiap paragraf

Selama membaca all

🎀

Gadis itu menghela nafas gusar, menatap layar laptop dengan malas, kemudian matanya melirik jam yang berada di dinding kamarnya. Mengingat kejadian tadi membuatnya selalu terdiam kala melihat raut bahagia yang dipancarkan Fadel kepada Airin. Tersenyum kecut, seolah mengetahui hubungannya hanya sebatas sepupu.

Flashback.

"Jangan makan pedes, kamu nggak bisa." tegur Fadel dengan lembut kepada kekasihnya Airin.

Airin tersenyum dan mengangguk patuh akan ucapan kekasihnya.

"Tapi dikit aja boleh?"

Fadel mengangguk tersenyum sembari mengelus surai hitam milik gadis itu.

Tanpa mereka tahu, sepasang mata yang terus memperhatikan itu seolah hatinya disayat oleh benda tajam, tergores dan terluka. Berusaha tidak menjatuhkan air matanya.

"Raa.. Pulang aja yukk." ajak Jiya, ia tahu sahabatnya pasti sedang tidak baik-baik saja.

Ara mengangguk dan mengambil tas selempangnya, membuat atensi sepasang kekasih itu tertuju padanya.

"Mau kemana Ara?" tanya Airin.

Ara pun menatap Fadel, dan menjawab. "Pulang, udah ke sorean."

Tanpa menjawab kembali gadis itu segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari cafe itu. Disana Fadel menatap kepergian gadis itu dengan perasaan lain.

Gadis pemilik mata hazel, rambut hitam legam menuruni anak tangga, sembari bersenandung ria dengan menyanyikan lagu - Hivi.

Perutnya terasa lapar, kakinya berbelok ke arah dapur, mencari sesuatu disana yang bisa ia makan.

Kedua orangtuanya belum kembali dari luar kota mungkin beberapa hari lagi pikirnya.

Membuka kulkas, ternyata stok makanan habis, segera ia naik kembali ke atas untuk mengambil switer dan berniat untuk ke supermarket terdekat.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, segera ia keluar dan mengunci rumah itu, jalan kaki tidak masalah untuknya lagian supermarket tidak begitu jauh, apalagi jalan raya nampak ramai dengan pedagang kaki lima, suasana malam ini cukup berangin membuat rambut gadis itu sedikit terlepas.

Menyapa beberapa pedagang yang sudah ia kenalinya, mempercepat langkah kakinya.

Sesampainya Ara di supermarket, gadis itu segera masuk dan mengambil beberapa bahan maupun cemilan untuk stok dirumahnya.

Mengambil bagian yang teratas membuatnya sedikit kesulitan meraihnya.

"Tinggi banget," gumamnya, tangannya ia ulurkan ke atas berusaha menggapainya.

Hingga dari arah belakang, ada tangan yang terulur membantu gadis itu.

"Bukan tempatnya yang tinggi, lo aja yang kurang tinggi," ejeknya dengan terkekeh.

Ara yang terkejut seketika berbalik, mengadakan pandangan ke atas.

"Loh kak Fadel kenapa disini?" tanya Ara.

Fadel pun mengerutkan keningngya. "Apa pertanyaan mu membutuhkan jawaban? Gue rasa tidak."

Ara pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa bodoh melemparkan pertanyaan seperti itu.

"Nih, banyak minum susu biar tumbuh ke atas bukan ke samping." sekali lagi cowok itu berkata dengan mengejek, membuat Ara menatapnya dengan sinis.

"Lo ngejek gue?" tanya Ara dengan ketus.

"Hahah, nggak becanda."

"Hmm," ucap Ara dengan meninggalkan Fadel yang masih tertawa sendiri.

Fadel ikut menyusul langkah Ara, menatap gadis itu dari samping yang sayangnya lebih pendek darinya.

"Azka udah ke Bandung?" tanya Fadel dengan basa basi.

"Hmm,"

"Lo udah biasa pergi sendiri?" tanyanya kembali.

Ara menghela nafas. "Hmm,"

"Lo nggak takut diculik?" tanya Fadel kembali membuat Ara menghentikan langkahnya menatap kembali cowok itu.

"Maksud lo?" tanya Ara dengan menunjukkan jari telunjuknya kepada cowok itu.

Fadel terkekeh, tanpa sadar mengelus rambut gadis itu. Siapa sangka kejadian itu membuat jantung Ara berdegup kencang.

"Gue takut aja, modelan kek lo gini jalan sendiri malam-malam ntar diculik."

"Kak, lo ngejek gue? udahlah marah gue marah. Sana pulang nggak usah ikutin."

"Emang bisa marah?" tanya Fadel, seolah cowok itu tengah membuat gadis itu kesal, entah kenapa ia menyukai gadis itu ketika marah.

"Bisalah, gue juga manusia bisa marah."

"Manusia? Bukan deh, lo mirip tinkerbell pendek tapi lucu. Apa gue bantu beliin susu buat lo?"

"KAKK!!!" cukup sudah kesabaran gadis itu, ingin marah tapi tidak bisa sangat menyebalkan.

"HAHAHAHA!! sorry, lo lucu kalau marah. Yaudah yuk bayar biar gue yang bayarin." ucap Fadel dengan menarik ujung baju Ara.

Ara pun mengikuti langkah cowok itu, ia berpikir apakah cowok itu sedang kerasukan? Kenapa bisa berubah menjadi menyebalkan.

Sesampainya di kasir, Ara hanya menunggu membiarkan belanjanya di bayar oleh cowok itu, toh cowok itu yang menawarkan untuknya, jadi rezeki anak sholeh tidak boleh ia tolak.

"Mas, itu adeknya yah?" tanya mba kasir, membuat Ara menatapnya dengan tatapan tajam.

"Heh Mba, ngomong hati-hati ya!" ucap Ara dengan kesal.

"Oh ini sepupu saya mba. Kenapa dia lucu kan?" ucap Fadel kepada Mba kasir.

"Eh, iya mas lucu aja."

Ara menatap kedua makhluk itu ingin sekali ia mencakar muka keduanya.

"Sabar Raa, sabar orang sabar jodohnya kak Fadel." batinnya dengan tersenyum sendiri.

"Lo selain suka marah, suka senyum sendiri yah," bisik Fadel, membuat Ara terdiam kemudian mengembalikan kembali ekspresi wajahnya, ia pun mengambil kanton plastik belanjanya dan keluar meninggalkan Fadel yang sudah tertawa terbahak-bahak.

"Misi Mba, saya nyusul dia dulu bahaya kalau marah, ntar nyawa saya melayang."

Mba kasir pun ikut terkekeh melihat adegan didepannya itu.

"Raa tunggu!" pekik Fadel, membuat Ara menghentikan langkahnya.

Fadel datang dan menghampiri gadis itu. "Lo marah?"

"Nggak,"

"Bohong, lo marah pasti."

"Nggak kok,"

"Nggak lo pasti marah, muka lo lain."

"Lain gimana sih." balas Ara

"Yah lain, marah kan?"

Ara menarik nafasnya dalam-dalam apa yang salah dengan cowok itu kenapa jadi seperti itu.

"Kalau marah, kenapa? Kalau nggak, kenapa?"

Fadel berpikir sebentar, mengetuk dagunya dengan jarinya nya, mencoba berpikir sesaat kemudian tersenyum.

"Yah kalau marah, lo nggak boleh marah, kalau nggak marah yah bagus lah,"

Ara melongo mendengar ucapan cowok itu diluar nulur, tangan gadis itu terangkat ke dahi cowok itu.

"Lo nggak sakit kan Kak?"

"Nggak lah, kenapa?"

"Lo aneh sumpah."

"Aneh gimana?"

"Lo tumben cerewet,"

"Salah?" tanya Fadel.

"Nggak sih, aneh aja." kata Ara.

Ara pun memperhatikan sekitar sadar mereka menjadi bahan perhatian orang-orang yang ada disitu.

"Gue balik yah kak," ucap Ara ia pun berbalik, sebelum kakinya melangkah tangannya kembali di tarik oleh cowok itu.

"Gue sebenarnya mau minta maaf," ucap Fadel yang bisa didengar oleh Ara bahkan saat cowok itu bergumam.

Ara pun berbalik menatap cowok yang lebih tinggi darinya. "Minta maaf kenapa?"

Fadel menatap gadis di hadapannya ini. "Gue salah dengan bersikap seperti itu kemarin, nggak seharusnya gue lakuin hal yang buat lo sakit hati, yah gue tahu perasaan lo tapi gue dengan mudahnya bersikap romantis dengan Airin di depan lo. Sorry Ra, karena gue, perasaan lo selalu sakit," ucap Fadel dengan sungguh merasa bersalah.

Ara mengalihkan pandangan ke arah lain, menyerka air mata yang jatuh disudut pelupuk matanya.

"Nggak kok, lo nggak salah, lagian itukan tempat umum, "

"Nggak, gue salah yah gue tahu itu tempat umum, tapi perasaan lo bukan gitu Ra, gue tahu betul perasaan bukan hal yang serius untuk dipermainkan. Dan gue lakuin itu ke lo, Maaf sekali lagi."

Ara pun berusaha untuk tersenyum. "Hmm, iya nggak apa-apa, kan gue yang tanggung semua resiko jadi lo nggak perlu rasa bersalah, yaudah deh gue mau balik."

Fadel menatap gadis itu, berusaha mencari sesuatu di dalam mata hazel itu, ia tahu ada banyak kesedihan didalamnya yang selalu berusaha ia hilangkan.

"Gue anter sebagai bentuk permintaan maaf."

"Nggak usah, lagian dekat kok, lo pulang aja."

"Nggak nerima penolakan, lo tolak itu artinya lo mau, ayok."

Fadel pun berjalan mengambil motornya dan berhenti didepan gadis itu, menyuruhnya agar segera naik kebelakang.

"Ayok, gue nggak culik lo kok, tenang aja gue anak baik."

Ara tertawa mendengar itu, lagian kalaupun diculik ia rela apalagi penculikan modelan cowok itu.

Segera ia naik, dirasa gadis itu sudah duduk anteng, Fadel melirik dari kaca spion, tersenyum dari balik helm, kemudian ia menancapkan gas membela jalan kota malam ini.

Ara tidak bisa bayangkan ia akan duduk lagi di motor ini.

Bahagia tentu saja. Akan tetapi, ia ia tidak boleh terlampau bahagia karena kecewa akan selalu ikut dijalan kebahagiaan. Cukup biasa saja walau hatinya menghangat.

Semoga semesta terus memberikan hal baik.

****

Jakarta dengan suasana malam yang cukup berangin, setelah gadis itu kembali kerumah dengan perasaan bahagia, ponselnya kemudian berdering menandakan ada pesan masuk, mengecek matanya menyipit kenapa cowok itu mengirimnya pesan.

Kak Fadel.

Kamar lo masih nyala, horden lo masih terbuka, tutup Ra, angin di luar lagi kencang.

Segera ia melangkah kakinya ke arah balkon, dibawah sana cowok itu belum juga pergi, masih menatap ke arah kamar gadis itu,

Jangan terus di luar, lo masuk ke dalam gue hanya nyuruh tutup hordennya.

Segera ia kembali kedalam menutup hordennya.

"Lo kenapa hari ini beda Kak?" gumamnya dengan bertanya-tanya.

Hingga pesan itu kembali masuk, jari jemarinya kembali membuka pesan itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Jakarta malam ini lagi berangin kemungkinan bentar lagi akan turun hujan.

Night Ra, semoga mimpi lo lebih indah malam ini.

Kemudian jarinya kembali menari diatas keyboard mengetikkan sesuatu disana.

Night to, semoga malam lo juga lebih indah. Dan hati-hati cuaca malam ini sedang tidak baik saja,

Setelah mengetikkan itu ia tersenyum simpul, ternyata cowok itu juga membalas pesannya

Gue harap hanya cuaca malam ini yang sedikit buruk, suasana hati lo semoga terus membaik, maaf dan see u.

Ara hanya membacanya tanpa berniat untuk membalas, gadis itu segera naik ke atas ranjang dan menarik selimut menutup sebagian batas dada.

Suara petir menyambar kota saat ini, kilatan terlihat jelas dari luar. Ia mencoba menutup telinganya dan mulai memejamkan matanya.

Jakarta dengan kondisi cuaca hujan membasahi kota malam ini.



Gimana sama part ini?

Spam coment "Lanjut"

Jangan lupa tekan bintang untuk membantu Author lebih semangat untuk update

Follow akun wattpad ini.
Follow akun instagram Author @sukmayyea.

Next...

Continue Reading

You'll Also Like

4.8K 646 24
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Romance] Gadis cantik yang memiliki nama panggilan Zeta ini tidak sengaja bertemu dengan tukang nasi goreng yang notabeneny...
31.8K 5.6K 47
Pertemuan tidak disengaja Nanggala Aryasena Biru dengan seorang gadis misterius membawanya pada sebuah masalah rumit. Masalah yang mau tidak mau memb...
1.8K 1.3K 34
"Mencintai mu itu bagaikan menguras air laut." . . . Kisah Fira yang membenci seorang laki-laki bernama Aksel askara adytama, semua ini berawal dari...
88.7K 3.1K 15
Zoeya Jasmine Putri, seorang gadis emosional yang mendadak dijodohkan dengan si berengsek Daem. Zoeya harus merelakan masa mudanya menikah dengan Dae...