EPHEMERAL [M]

Oleh cleonoona

786 34 6

Apa yang salah dari cinta semacam ini? Bahkan seluruh dunia menyudutkan dan menuding kita berdua, seolah kau... Lebih Banyak

Prolog
Sorrow
Start From Here (⚠️18+)
Half Boiling (⚠️18+)
Deal With It
Beginning

He Came

85 4 0
Oleh cleonoona

     Kepulan asap tipis beraroma lembut perpaduan manis terlihat menguar dari sebuah mangkuk keramik mahal yang teronggok tidak berdaya di atas meja kayu Eboni. Itu adalah bubur Abalone, makanan sejuta umat di Korea Selatan yang biasanya lebih sering dikonsumsi oleh orang sakit.
     Dan berita buruknya, bubur itu sudah mendiami meja makan sejak 10 menit yang lalu.

     "Kenapa tidak dimakan?"
     Sebuah suara menginterupsi dari belakang, membuat wanita yang sedari tadi terus menatap kosong ke arah bubur Abalone itu sedikit menolehkan kepalanya, tanpa melewati bahu. Hening menyelimuti mereka selama beberapa detik.

"Aku bosan makan bubur."
"Lalu?"

     Kim Aera memutar tubuhnya, menatap Yoongi yang berdiri tidak jauh dari meja makan sambil mengancingkan kemeja putih dan menenteng sebuah jas hitam, bukan jas formal.

"Mau kemana?"
"Kau lupa? Luca sudah di Korea."
"Aah iya."
"Tidak bersiap?"
Aera mengangkat sebelah alisnya. "Aku harus ikut?"
Yoongi mendesah. "Kalian juga saudara."

     Kepala Yoongi sedikit terangkat ketika suara bel rumah menginterupsi percakapan mereka. Seorang maid berjalan tergopoh-gopoh menuju pintu depan, namun dengan cepat pergerakannya langsung dihentikan oleh pria itu.
     "Tidak perlu, biar aku saja," ujar Yoongi pada maid. Tangannya mampir sejenak untuk mengusap bahu Aera. "Ganti pakaianmu sekarang, aku akan menunggu di depan."
     Aera menatap punggung Yoongi yang sudah menjauh. Sejujurnya ia sama sekali tidak berminat mengikuti acara makan siang ini, mengingat Aera juga tidak begitu mengenal Luca. Namun, demi menjaga sopan santun antar persaudaraan, ia memutuskan untuk segera mengganti gaun pemakamanya dengan pakaian yang lebih santai dan sedikit memoles wajah agar tidak terlihat kacau.
     Aera mematut bayangannya sendiri pada kaca. Hanya mengenakan terusan blazer pendek berwarna hitam sebatas paha yang manis dan tidak berlebihan. Membubuhkan dua semprotan parfum di sekitar leher lalu keluar dari kamar dengan mengamit tas kecilnya yang berwarna senada.

     "Luc."
     Yoongi memanggil Luca ketika Aera sudah berdiri di dekat mereka. Wanita itu menatap sosok pria berjaket hitam yang masih membelakanginya, sebelum detik berikutnya pria itu membalik posisi tubuhnya. Dan kini mereka berdua sudah saling berhadapan.

     "Hai," sapanya lembut. Aera tersenyum tipis. Keduanya saling menjabat tangan satu sama lain. Canggung? Memang. Wajar saja, karena mereka berdua belum pernah bertemu secara nyata dan ini adalah pertama kalinya. Selama ini, Luca hanya melihat sosok Aera lewat virtual video call. Begitu pun sebaliknya.
     Yoongi, Luca dan Aera memiliki posisi yang sama. Mereka adalah anak angkat dari Tuan Arthur. Hanya saja, Aera menjadi yang paling terakhir diadopsi dan itu terjadi ketika Luca sudah pergi meninggalkan Korea Selatan.

"Bagaimana kabarmu, Noona?"
"Aku baik, apa kau juga hidup dengan baik di sana?" tanya Aera.
Luca menarik napas singkat. "Aku, baik."
"Aku harap kau akan lebih menikmati kehidupan barumu di sini. Selamat datang..."

     Dua saudara tiri itu saling memeluk satu sama lain. Meski canggung, setidaknya ada satu bentuk penghormatan mereka dari seorang saudara kepada saudaranya. Aera juga mengetahui sedikit tentang cerita hidup Luca dari Min Yoongi. Selama ini, Luca hidup dalam ambang penyesalan. Di mana ia benar-benar terpukul atas kematian ibu kandungnya beberapa tahun silam, yang hingga saat ini kasus itu belum pernah menemukan titik terang dan keadilan.

"Ini pertama kalinya aku melihatmu secara langsung, begitu pun kau," ujar Aera sambil mengusap rambut belakang Luca.
"Iya, Noona."

     Meski Aera memiliki urutan paling akhir dalam surat adopsi, namun usianya jelas berada di atas Luca 1 tahun. Jadi, pria itu masih wajib memanggil Aera dengan sebutan noona, yang artinya "kakak perempuan" untuk laki laki di Korea.
     "Kalau begitu ayo kita berangkat."
  
  
****
  

     Aera memasukkan potongan besar beef steak ke dalam mulutnya. Sungguh berbeda 90° dari beberapa jam yang lalu ketika ia selesai dari upacara pemakaman ayahnya. Di posisi itu, Aera benar-benar kehilangan selera makan. Lalu sekarang nafsu makannya justru memuncak drastis. Wanita itu makan seperti tidak akan ada hari esok. Bahkan ia tidak lagi mempedulikan tatapan kedua saudaranya yang sudah kelewat terheran-heran. Luca mematung dan berhenti mengunyah, menahan potongan daging di dalam mulutnya.

"Kau ini seperti tidak kuberi makan 3 hari saja," celetuk Yoongi.
"Aku lapar."
"Tadi aku memasakkanmu bubur Abalone juga tidak dimakan."
"Itu karena kau yang buat, bukan maid. Kau tidak pandai memasak makanan basah seperti bubur."
Yoongi menatap Aera datar. "Jadi kau tidak mau makan karena aku yang membuat bubur itu? Kau..."

     Luca menahan senyumnya sambil terus menyaksikan perdebatan kedua saudara tiri itu. Lucu sekali. Kenapa tidak dari dulu Luca berada di tengah-tengah mereka? Seharusnya Luca bisa lebih bahagia jika ia tidak pergi meninggalkan Korea Selatan sejak kecil.
     Luca sudah membayangkan bagaimana setiap harinya mereka akan saling berdebat, bukan hanya berdua tetapi bertiga— jika Luca benar-benar berada di antara mereka. Pasti menyenangkan. Dan ia tidak perlu repot-repot mencari kebahagiaan yang selama ini sangat sulit ia dapatkan. Bahkan mungkin dengan hanya menjahili Aera setiap hari bisa membuat hidupnya berjalan lebih normal. Ia senang memiliki kakak yang cantik. Karena dirasa-rasa, Aera juga termasuk manusia yang memiliki standarisasi tinggi. Luca suka wanita-wanita seperti itu.

"Bisakah kau makan dengan benar?" hardik Yoongi yang merasa gemas sambil mengusap sudut bibir Aera dengan tisu. "Kau itu benar-benar seperti Jessica ketika aku lupa memberinya makan."

     Mereka sedang membicarakan sosok kera keturunan Afrika Selatan yang sudah diadopsi dan menjadi peliharaan Yoongi selama 3 tahun terakhir ini. Jessica sangat pintar. Bahkan ketika Yoongi atau para maid di rumah lupa memberinya makan, kera itu akan berpura-pura menangis tersedu-sedu tanpa air mata lalu secara otomatis akan merubah suasana hatinya 90° dan berteriak seperti orang yang sedang tertawa terbahak-bahak saat makanannya datang.
     Aera tidak menanggapi kalimat Yoongi yang menyamakan dirinya dengan Jessica. Sebaliknya, wanita itu lebih memilih untuk tetap fokus mengunyah makanannya. Saat ini, perutnya lebih penting dari apapun.
     Aera berhenti sejenak sambil menatap piring Luca yang tampak masih penuh.

"Kenapa? Kau ingin punyaku?" Luca sedikit menggeser piringnya ke depan.
"Dia alergi babi," ujar Yoongi, membuat Luca sedikit mengerutkan keningnya.
"Lalu kenapa kau menatap makananku, Noona?"
"Tidak, hanya saja kenapa isi piringmu masih banyak. Apa kau biasa makan dengan porsi yang sangat kecil? Kebiasaan orang Italia?"
Luca tersenyum simpul. "Bukan begitu... terkadang aku melakukan diet. Dan sekarang, kebetulan aku sedang ingin makan enak bersama kalian, jadi aku akan tetap menghabiskan makananku meskipun dengan pelan-pelan."

     Yoongi mendesah lirih, menatap ke arah Luca dengan ekspresi yang kurang setuju.

"Jadi selama bertahun-tahun kau hidup seperti itu?"
"Aku baru memulainya sejak 4 tahun yang lalu, Hyung. Semenjak aku terjun di dunia model."
"Luc, come on."
"Hanya untuk pekerjaan."
"Untuk apa kau melakukan pekerjaan semacam itu? Kau adalah calon bos dari perusahaanmu sendiri. Seharusnya kau berada di ruanganmu setiap hari. Berlarian dengan urusan-urusan perusahaan yang membuat kepala hampir meledak."
"Aku terjun ke dunia modeling karena aku suka, Hyung. Aku bahagia melakukannya dan aku mencintai hal-hal yang membuatku bahagia," jelas Luca panjang lebar sambil meminum Lemon Tea nya. "Tapi kau tenang saja, aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai calon pewaris perusahaan ayah. Setiap 2 hari menjelang akhir pekan, aku selalu rutin datang dan mengurus semua hal yang sudah disiapkan Kevin. Kevin adalah alat penyaringku, untuk memudahkan pekerjaanku."
Yoongi membuang napas pelan. "Baiklah, jika itu memang membuatmu bahagia. Tapi tolong, kurangi dietmu."

     Luca tersenyum geli menyadari sifat Yoongi yang dari dulu tidak pernah berubah. Cerewet. Siapa sangka, pria yang terkenal dingin, datar, dan lebih suka bersikap seadanya di hadapan dunia itu justru menjadi manusia paling banyak mengomel ketika ia tahu saudaranya melakukan hal-hal yang kurang menyenangkan.

"Oh iya, bagaimana dengan kasus ayah? Siapa yang membimbing jalannya kasus ini?" tanya Luca penasaran.
"Untuk sementara ini, kepolisan dan tim investigasi masih terus berusaha mengumpulkan bukti-bukti dari TKP dan dari arah mana saja yang bersangkutan. Aku mempercayakan kasus ini di tangan Kepala Detektif Kim Taehyung."
"Kau sudah lama mengenalnya?"
Yoongi mengangguk tanpa ragu. "Dia satu-satunya detektif yang kupercaya semenjak ia berhasil memecahkan kasus pencucian uang besar di perusahaan ayah yang ada di Amerika. Aku mempergunakannya di luar instansi alias secara pribadi."

     Luca mengangguk paham. Sepertinya ada banyak hal yang ia lewatkan sejak kepergiannya dari Korea Selatan. Ia bahkan hampir tidak lagi mengenali sosok ayahnya sendiri. Terlalu asing. Puji syukur ia masih mampu mengenali Yoongi yang ia pikir tidak ada yang berubah sama sekali dari pria itu.

"Kau tenang saja, kau bisa terus mengikuti kasus ini tanpa harus terekspos."
"Tidak perlu," Luca menolak mentah-mentah. "Aku rasa cukup kau saja yang tetap membuka mata untuk kasus ini. Selebihnya, aku hanya akan menjadi penonton. Itu sudah cukup."

     Yoongi tidak melontarkan bantahan atau protes, karena sejujurnya ia pun sebelas dua belas dengan Luca. Kembali ke pernyataan pertama. Bahwa kedua pria itu tidak terlalu menyukai ayah mereka. Yoongi tetap ingin membuka kasus ini hanya sebagai rasa terima kasih dan balas budinya karena bagaimana pun juga Arthur sudah memberikan kehidupan yang baik untuknya dan saudara-saudaranya.
     Berbicara tentang harta dan warisan. Sejujurnya dari Yoongi maupun Luca tidak terlalu peduli akan hal itu. Mereka hanya sebatas ingin menyelamatkan yang tersisa dari Arthur— yang masih patut diselamatkan. Karena terang-terangan saja, banyak sekali pihak yang memiliki niat busuk untuk merebut, mengambil alih atau bahkan menghancurkan rantai kesuksesan perusahan ayah mereka.
     "Bagaimana pun juga, ayah adalah satu-satunya orang yang sudah membesarkan kalian."
     Siapa yang berbicara barusan? Siapa lagi kalau bukan si anak tengah yang paling mencintai ayahnya dibandingkan kedua saudaranya. Kim Aera adalah manusia yang menjunjung tinggi kehormatan. Ia tidak begitu suka menunjukkan sikap kurang ajar secara terang-terangan meski wanita itu juga kerap kali memiliki banyak hal yang berlawanan arus dengan prinsip Arthur.

"Seburuk-buruknya tabiat ayah, aku tidak mau saudara-saudaraku terlalu kelewatan membenci ayahnya sendiri. Terutama kau," tekan Aera sambil melirik Luca sekilas. Tanpa ragu.

     Luca memasrahkan punggungnya pada sandaran kursi, lantas tersenyum kecil, tidak terlalu serius menanggapi kata-kata Aera. Toh wanita itu tidak terlalu mengerti bagaimana kehidupan aslinya selama ini.
     "Kau tidak tahu apapun tentangku, Noona."
     Luca memainkan garpu di tangannya dengan santai, mengabaikan tatapan Aera yang jelas saat ini sedang menatapnya tidak suka. Sangat tidak suka. Ketika wanita itu hendak membuka mulut untuk menjawab kalimat Luca, Min Yoongi dengan sigap langsung mencegahnya.
     "Louisa..."
     Aera terdiam saat nama itu bergumam dari mulut Yoongi. Ia tahu persis jika Min Yoongi sudah memanggil nama Italianya, maka pria itu benar-benar sedang serius atau bahkan marah.
     "Cukup, yang tersisa saat ini hanyalah kalian. Aku lebih tidak suka jika kalian bertengkar."
     Keduanya berhenti saling mengintimidasi, namun masih terlihat jelas tatapan tidak menyukai satu sama lain. Kim Aera yang jarang takut dengan apapun dan Luca yang sudah terbiasa menghantam segala jenis ketakutan— membuat mereka berdua sama-sama berani.

"Di mana bar langgananmu, Hyung?"
"Tidak jauh dari sini, ada private bar khusus untuk orang-orang kalangan atas. Kau mau datang?"
Luca mengangguk sambil meneguk minumannya hingga tandas. "Bisakah kita pergi malam ini?"
"Tentu. Kau mau ikut?" kali ini tatapan Yoongi beralih penuh pada Area.

     Wanita itu tampak sibuk menghabiskan sisa daging di piringnya. Sambil mengunyah, ia hanya mengangguk untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Yoongi.

"Kalau begitu, aku juga akan meminta Detektif Kim untuk datang dan bergabung. Setidaknya, kalian harus saling mengenal satu sama lain."
Luca mengangguk setuju. "Tentu."
 

 

  
  

  
  
  
Jangan lupa follow!

Tinggalin jejak vote dan komen ya <3
Apresiasi kecil buat author biar makin cepet nulis lanjutnya ✨

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

88.4K 6.1K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
68.7K 13.1K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
339K 28.2K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
135K 10.5K 88
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...