About Us 1 (2Hwang)

By historiachoi_14

5.8K 358 181

Especially for you, penumpang kapal Hwang Yeji & Hwang Hyunjin πŸ˜‰ - kumpulan cerita 2hwang - More

Midnight Date
Jealous
Best Of Me πŸ”ž
Tears of First Love (1)
Tears of First Love (2)
Tears of First Love (Yeonjun)
Ice Cream
Anamnesis/Pasangan Takdir (Mystery)
Winter Magic (Bitter Chocolate)
A Moment
Future Is Ours (1)
Future Is Ours (2/end)
Destiny (1)
Destiny (2/end)
YOU SAID OUR THIRD PERSON? YOU SURE?! (1)
YOU SAID OUR THIRD PERSON? YOU SURE?! (2/end)
In My Eyes
Move On (My Lucy)
Move On (My Lucy) - end
YEARNING SUMMER (1)
YEARNING SUMMER (2)
-
Remedy
AT LAST TRAIN STATION
Runaway
The One I Love (2-2)
After Party πŸ”ž
No Skin Contact (Special Collab)
Go Away

The One I Love (1-2)

116 8 2
By historiachoi_14

Very angst, bad ending.

Disclaimer: Kisah ini adalah kisah nyata dan amanah, bukan murni buatanku
foto dari pinterest








Cinta itu butuh kesabaran...Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita??? Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita.. Aku menjadi perempuan yg paling bahagia.....

Pernikahan kami sederhana namun meriah..... Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu. Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang pintar, tampan & mapan pula. Ketika kami berkenalan dia sudah sukses dalam karirnya.

Kami akan berbulan madu keliling Eropa, itu janjinya dulu.. Dan setelah menikah, kami benar-benar berbulan madu di Eropa dengan penuh kebahagiaan...

Aku sangat bahagia dengannya, dan dia juga sangat memanjakan aku... sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya padaku. Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami. Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.

Untungnya saat itu suamiku mendukungku... Ia mengaggap Tuhan belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA. Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku...

Didepan suamiku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suamiku, aku dihina-hina oleh mereka. Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Bersyukur suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.

Ia dirawat di rumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil terus berdoa meminta yang terbaik dari Tuhan Yang Maha Esa. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosialku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.

Namun ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adiknya dan teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang gadis yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.

Syukurlah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suamiku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.

Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, "Annyeong," dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata "Hai suamiku", ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku ...

"Yeji, kenalkan ini Jimin teman Hyunjin".

Aku teringat cerita dari Hyunjin bahwa teman baiknya pernah mencintainya, gadis itu bernama Jimin dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut, aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala Hyunjin, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Yujin mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan Hyunjin pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar Yujin berkata, "Lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga oppa disini. Kau istirahat saja. "

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan Hyunjin dengan alasan dia harus banyak beristirahat dan karena psikisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku sendiri. Tapi tiba-tiba ibu datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada Hyunjin mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh Hyunjin selalu menurut apa kata Ibunya, baik Ibunya salah ataupun tidak, dia tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.

Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.


=== ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ===


Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada dibenakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.

Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, Hyunjin memanggilku ke taman belakang, ia baru saja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.

Aku bertanya, "Ada apa kamu memanggilku?"

Ia berkata, "Besok aku akan menjenguk keluargaku di Busan,"

Aku menjawab, "Ne yeobo.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barangmu di travel bag dan kamu sudah memegang tiket bukan?"

"Iya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan Ibu", jawabnya tegas.

"Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?" tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulangannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.

"Ibu minta aku yang menemaninya saat pulang nanti", jawabnya tegas.

"Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?", lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena Hyunjin sangat sayang padaku.

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.

Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Busan, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman. Hati ini sedih akan ditinggal pergi olehnya.

Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya pada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.


=== ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ===


Berjauhan dengan Hyunjin, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Busan.

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti dililit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit di rahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh Jeongin, adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..

Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk Jeongin.

Aku rindu pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, "Kapankah ia segera pulang?" aku tak tahu..

Sementara Hyunjin disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku....

Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Busan.

Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Busan, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti Hyunjin pulang, hari demi hari aku hitung...

Sudah 3 minggu Hyunjin di Busan, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada chat yang masuk. Itu adalah Hyunjin.

Ia menulis, "Aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi,"

Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya sebagai tanda baktiku kepada suami.

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya....

Demi Tuhan... ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya tentang kabarku..

Aku hanya berpikir, mungkin dia lelah. Aku pun segera merapikan bawaannya sampai aku pun tertidur. Malam itu pun biasanya kami memiliki kebiasaan berdoa bersama, namun melihat dia yang tertidur dengan pulas, aku tidak ingin merusak mimpi indahnya dan memutuskan untuk berdoa sendiri.


=== ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ===


Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil mantel tidurku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.

Aku merasa ada yang aneh dengan Hyunjin. Ada apa dengannya? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon ke rumah mertuaku dan kebetulan Yujin yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, "Kamu pikir saja sendiri!!!". Telpon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa Hyunjin berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Hyunjin, kau telah berubah....

Bahkan yang membuatku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku, Soobin. Ingin rasanya aku menampar Hyunjin yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.

Aku hanya berdo'a semoga suamiku tercinta, Hyunjin, sadar akan prilakunya.


=== ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ===


Dua tahun berlalu, Hyunjin tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.

Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyediakan segala yang ia perlukan. Penyakitku pun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaanku telah sirna, harapan menjadi seorang Ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru tari, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.

Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, Hyunjin memanggilku.

"Ya, ada apa sayang?" sahutku.

"Lusa kita siap-siap ke Busan ya." Jawabnya tegas.

"Ada apa? Kenapa?"tanyaku penuh dengan keheranan.

Oh Tuhan-ku.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.

Dia mengatakan "Kau ikut saja jangan banyak tanya!!"

Lalu aku pun segera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Busan sambil menangis, sedih karena Hyunjin-ku kini tak ku kenal lagi.

Lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Kulihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.

Hyunjin tak suka dengan wanita yang kasar, berbicara dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku....


=== ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ✿ ✩ ✩ ===


Kami telah sampai di Busan, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..

Aku dan Hyunjin pun masuk ke kamar kami. Hyunjin tak betah di dalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir, tiba-tiba tante Wendy, tante yang sangat baik padaku memanggilku untuk segera berkumpul di ruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, rumah yang bergaya tradisional ala Korea yang sangat kental.

Kemudian aku duduk disamping Hyunjin, dia hanya menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.

Tiba-tiba saja nenek, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.

"Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara denganmu, Yeji". Nenek berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.

"Ya. Ada apa, Nek?" sahutku dengan penuh tanya..

Nenek pun menjawab, "Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!".

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan Hyunjin?

"Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Hyunjin, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Hyunjin anak yang keras kepala, tak mau diatur dan akhirnya menikahlah ia dengan kau," Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Busan seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah Hyunjin yang kosong matanya.

"Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya," nenek masih melanjutkan pembicaraan itu.

Sedangkan Hyunjin hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk dia agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.

Nenek masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, "Kau maunya bagaimana? Kau mau dimadu atau diceraikan?"

Ya Tuhan.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di Gwangju, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.

"Yeji, jawab!" dengan tegas ibu langsung memintaku untuk menjawab.

Aku langsung memegang tangan Hyunjin. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.

Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan suamiku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui batin.

''Untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang gadis baru dirumah kami..,"

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga Hyunjin memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.

Aku lalu bertanya kepada Hyunjin, "Sayang, siapakah yang akan menjadi temanku dirumah kita nanti?"

Hyunjin menjawab, "Dia Jimin,"

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, "Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini, Nenek?."

Abonim menjawab, "Pernikahannya 2 minggu lagi."

"Baiklah kalo begitu saya akan menelpon asisten di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok," setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..

Apakah karena ini Hyunjin menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka ikatan rambutku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, "Sudah tidak cantikkah aku ini?"

Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. Kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata Hyunjin yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku segera memandangnya dari cermin meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, "Sayang terimakasih, kamu memberi teman kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?."

Hyunjin mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampoo.

Dalam hatiku bertanya, "Mengapa ia sangat cuek?" dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, "Sudah malam, kita istirahat yuk!"

"Aku berdoa dulu baru aku tidur", jawabku tenang.

Dalam doa dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan Hyunjin, suamiku.

Aku tak tahu kalau Jimin orang Busan juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin Hyunjin kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.

Continue Reading

You'll Also Like

137K 2.7K 36
The Autobots are fighting a long and gruesome war with the Deceptions with the help of their human allies. A new Decepticon arises costing the Autobo...
1.1M 48.5K 95
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
2.2M 114K 64
↳ ❝ [ INSANITY ] ❞ ━ yandere alastor x fem! reader β”• 𝐈𝐧 𝐰𝐑𝐒𝐜𝐑, (y/n) dies and for some strange reason, reincarnates as a ...
65K 1.1K 18
A mixture of one-shots all based around a party in the hidden leaf. There are text one-shots, spin the bottle one-shots, 7 minutes in heaven and a co...