Stay With You ✅️

By renkechan

27.5K 3K 1.2K

Kisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang men... More

PROLOG
Those Eyes
MY WISH
MY WISH pt 2
GIFT (?)
TAK ADA YANG BEDA, HANYA ...
RAHASIA (?)
RAHASIA (2)
KENAPA HANYA KAMU..(?)
Self
DIA MILIKKU (!)
DIA MILIKKU (!) 2
DIA MILIKKU (!) 3
KERAGUAN
PERJALANAN BARU DIMULAI
LIKU-LIKU
KUNCI
APA INI KEGELISAHAN?
NOT YOU
NOT YOU (2)
NOT YOU (3)
YES I'M
IKAN
YOONMIN
HARI BAHAGIA
PRESENT
PRESENT 2
KEHIDUPAN PERNIKAHAN
MABA VS MASA
JADI....
💜
IS IT FINE (?)
IS IT FINE (?) pt 2
IS IT FINE (?) pt 3
🖤
🖤🖤
🖤🖤🖤
🖤🖤🖤🖤
ME, YOU + (SHE)
ME, YOU+ (SHE) 2
ME, YOU + (SHE) 3
ME, YOU+(SHE) 4
THE SISTER
THE SISTER (2)
JUST WE ARE
JUST WE ARE (2)

NO, IT IS NOT FINE

601 65 28
By renkechan

Seokjin melahap sarapannya kali ini tanpa sisa. Bersih. Setitik noda saos pun tak terlihat. 'Enak banget yang.' , katanya. Nyatanya, steak yang Jungkook pesan lewat media online memang enak menurut Jungkook.

Beruntunglah, kali ini Jungkook merasa puas sebab suaminya makan dengan lahap. Ia semakin berpikir bahwa ya, mungkin saja memang ada yang salah dengan masakannya. Lalu mulai dengan ide konyolnya untuk memesan makanan saja jika Seokjin ingin makan di rumah. Mengenai kemeja warna biru, Jungkook tak lagi mengingatnya. Jadi biarkan saja Seokjin menyimpan cerita semalam seorang diri.

"Kak."

"Iya Kook."

"Kurasa aku ingin sesuatu."

Apa ini? Masih pagi tapi Jungkook sudah menginginkan sesuatu?

"Ingin apa sayang?"

"Mau harumanis yang di sungai Han kak."

"Jam segini? Mana ada Kook?"

Jungkook mengedikkan bahunya. Rasanya seperti ingin tapi tak ingin.

"Besok malam ya. Sekalian mampir kedai buat balikin mobil Jimin. Hari ini mau yang lain dulu?"

"Apa ya?"

Jungkook terlihat seperti tengah berpikir hal aneh apa lagi yang akan ia ucapkan.

"Mau buah kesemek deh yang di rumahnya nenek Anh."

"Nenek? Beli aja mau gak Kook? Soalnya Nyonya Anh kan~"

Seokjin mendekatkan bibir tebalnya pada telinga si manis.

"Galak-"

"Enggak kok, kata siapa. Kakak aja yang gak pernah mau kenal. Pokoknya mau itu terus nanti kakak panjat sendiri ya. Terus Kookie yang tangkap dari bawah buahnya."

Jungkook melihat jam dinding sejenak lalu kembali berujar -

"Mumpung masih jam segini, ayo kak keburu telat berangkat ke kampus kamu nanti!"

Maka tak ada alasan lagi bagi Seokjin untuk menyanggah. Ia masih mengenakan piyama tidurnya dan berjalan tanpa semangat. Mana yang katanya 'akan memberikan seluruh isi dunia untuk Jungkook dan bayi mereka.' (?) Apa itu hanya bualan?

Ini pertama kalinya - pertama kali Jungkook menginginkan sesuatu secara tiba-tiba. Kalau kata orang tua - mengindam.

Jungkook mengikuti langkah sang suami. Awalnya Jungkook kira Seokjin akan berjalan sendiri di depan dan meninggalkannya. Tapi Jungkook salah. Ternyata Seokjin berjalan lebih dulu untuk mempersiapkan sendal yang akan Jungkook pakai.

"Terimakasih."

"Sama-sama sayang."

Mereka pun berjalan perlahan dengan lengan yang saling bertautan menuju rumah yang hanya berjarak sepuluh langkah. Sebuah rumah dengan halaman depan yang luas dimana hanya dihuni oleh satu orang yang telah renta. Nyonya Anh. Seorang wanita tua yang usianya mungkin lebih dari enam puluh tahun. Terkenal angkuh dan tak suka bertetangga.

"Kamu tunggu disini dulu. Nanti kalau nyonya Anh marah-marah, jangan kamu ambil hati ya. Tapi kakak pastikan, kakak bisa ambil buah kesemek itu dengan tangan kakak sendiri."

Seokjin besar kepala. Berbicara dengan menuding ke arah pohon seakan ia adalah musuh.

"Hng."

Dengan langkah pasti, Seokjin memberanikan diri berjalan menuju pintu pagar lalu menekan bel rumah yang tersedia disana.

Merasa tak mendapat sahutan, Seokjin mencoba mendorong pintu pagar yang ternyata tak terkunci. Ia celingukan. Mulanya biasa saja. Tapi semakin ia masuk lebih dalam, suara anjing menggonggong menyapa indra pendengaran Seokjin. Seekor anjing yang tingginya hampir sama dengan tinggi pinggang Seokjin itu berlari dari dalam rumah nyonya Anh. Seokjin pun terkejut dan berlari tanpa arah hingga menemukan sebuah pohon yang tinggi. Pohon kesemek. Ia memanjat dengan sekuat tenaga sampai ke ujung sementara dibawahnya si anjing sudang menunggu dengan wajah garangnya.

Dari luar, Jungkook mendengar teriakan sang suami dan ia melihat suaminya naik ke atas pohon kesemek. Jungkook yang khawatir, meneriaki Seokjin dari luar hingga suaminya itu menoleh. (Pagarnya pagar tembok khas rumah orang Korea ya gaes).

"Kak!"

"Sayang diam! Tutup pintu pagarnya sekarang! Kamu disana aja!"

"Kamu kenapa?"

"Pokoknya tutup pintu pagarnya dan jangan kesini! Bahaya!"

Jungkook pun menuruti perkataan sang suami. Perlahan ia mengintip dari cela pintu pagar sebelum akhirnya menutup pintu tersebut rapat-rapat.

"Astaga, anjingnya nenek Anh. Aku harus telepon nenek. Kasihan kak Seokjin."

Jungkook berjalan sedikit cepat menuju rumah sebab rasa khawatirnya jika saja peliharaan nyonya Anh mengoyak tubuh suaminya, bagaimana? Setelah sampai di rumah, ia segera menelepon nyonya Anh. Sebenarnya Jungkook sangat dekat demgan nyonya Ahn. Bagaimana mereka bisa begitu dekat, mungkin lain kali ada kuceritakan jika ada kesempatan.

"Halo, nenek!."

"Halo nak, ada apa?"

"Nenek dimana? Nenek lagi gak di rumah? Nek tolong!"

Suara Jungkook sedikit bergetar...

"Kook, kamu kenapa?"

"Suamiku nek. Di kejar sama Johni."

"Loh? Kok bisa? Nenek lagi pergi ke toko depan. Tunggu sebentar ya nak."

"Iya nek, tolong ya nek Kookie takut."

"Iya sayang."

Rasanya lelah sekali berjalan dengan tergesa. Tapi itu semua tak dirasa sebab suaminya sedang dalam bahaya. Biar saja nanti kalau Seokjin sudah turun, Jungkook akan mengomelinya habis-habisan. Salah siapa masuk rumah orang tanpa permisi.

Tak lama kemudian, perempuan renta yang masih terlihat trendi tersebut tiba dengan tergopoh-gopoh.

"Kook, dimana suamimu?"

Yang ditanya pun hanya bisa menoleh ke arah dimana suaminya berada.

"Astaga anak itu!"

"Marahi aja nanti nek! Tapi tolongin dulu." Jungkook memasang muka memelas agar nyonya Anh segera bertindak

Singkat cerita, nyonya Anh memanggil peliharaannya dan menyuruhnya kembali masuk ke dalam kandang. Kemudian Seokjin turun dan langsung mendapat jeweran pada daun telinga sebelah kanan.

"Aduh! Kok dijewer? Aduh yang tolongin a-aaw."

"Terus nek, Jewer aja! Salah siapa masuk rumah orang asal nyelonong aja."

"Heh! Udah mau jadi bapak, masih aja kelakuan kayak anak-anak ya."

"Enggak, bukan gitu. Nyonya, Seokjin minta maaf!"

"Nyonya - nyonya ! Panggil nenek!"

"Nek i-iya nek, Seokjin gak bermaksud gitu. Soalnya tadi Seokjin pencet bel rumahnya tapi gak dibuka-buka."

"Ya artinya nenek lagi gak di rumah!"

"Tapi nenek juga salah, a-aw nek lepasin dulu iya Seokjin minta maaf."

Nyonya Anh melepaskan kaitan jarinya pada telinga Seokjin. Tak tega juga rupanya.

"Ssshhh. Maaf nek. Rumah nenek gak dikunci makanya Seokjin berani masuk."

Dengan acuhnya, nyonya Anh meninggalkan Seokjin yang tengah menjelaskan duduk permasalahannya menuju Jungkook yang terlihat kelelahan berdiri.

"Ayo sayang masuk dulu. Kamu pasti capek."

"Loh, kok kakak ditinggal Kook."

Seokjin mengikuti kemana arah nyonya Ahn dan istrinya berjalan. Mereka duduk di teras rumah dengan tangan keriput nyonya Ahn yang sibuk membelai lembut perut besar Jungkook. Setelah keadaan kembali tenang, barulah Seokjin dan Jungkook menceritakan kepentingan mereka bertamu di rumah nyonya Ahn.

Setelah Jungkook menceritakan tentang keinginannya memakan buah kesemek langsung dari pohon milik nyonya Anh, beliau bergegas meng-iya-kan permintaan 'cucu' dan calon bayi kesayangannya tersebut.





















***

Hari mulai siang, beruntunglah drama memetik buah kesemek tak memakan waktu cukup lama. Selesai memenuhi kewajibannya sebagai suami dan ayah yang baik, Seokjin bergegas mandi. Ia masih ada satu presentasi hari ini. Belum lagi ia harus mengambil sweater milik 'Jennie' yang terpakasa ia pakai semalam, di binatu yang tak jauh dari kedai milik Yoongi. Seokjin tak membawa dan mencucinya di rumah. Ia tak tau harus berkata bagaimana jika Jungkook menanyakan pakaian yang bukan miliknya atau pun juga milik Jungkook, terpakai di badan Seokjin.

Delapan belas ribu won, harga yang harus Seokjin bayar untuk mencuci satu buah sweater dengan merek ternama. Harga yang cukup menguras uang jajan Seokjin sebenarnya. Tapi itu yang terbaik saat ini daripada harus menimbulkan banyak pertanyaan dan prasangka dari sang istri.

Ah, Seokjin hampir melupakan satu hal lagi. Janji temu dengan seorang sales kendaraan beroda empat. Bukankah semalam Seokjin mengatakan bahwa ia memiliki sebuah kejutan untuk Jungkook? Ya, Seokjin ingin memberi satu unit mobil untuk kesayangannya. Bukan mobil mewah seperti milik Jimin, tapi setidaknya mobil yang mempunyai banyak ruang. Sebuah mobil yang dapat diisi dengan berbagai peralatan atau apapun untuk anak-anaknya kelak. (ups, emang mau berapa anak pak?).

Sebuah mobil keluaran terbaru yang harganya cukup miring. Meski mendapat penolakan di hati kecil Seokjin, namun kendaraan pribadi saat ini benar-benar menjadi prioritas pria tampan tersebut. Pasalnya memesan taksi online sangat tidak efisien dan memakan lebih banyak biaya. Sedangkan menggunakan kendaraan umum, tentu tak dapat Jungkook lakukan. Mengingat uang tabungan Jungkook semasa ia mengikuti konser tour beberapa tahun silam masih utuh, Seokjin memilih menggunakannya untuk membeli kendaraan yang ia dan Jungkook butuhkan. Untuk selanjutnya, Seokjin akan mulai menabung kembali dari hasil minimarketnya untuk kebutuhan anak-anaknya kelak. Berharap juga semoga setelah lulus nanti, Seokjin dapat mengembangkan usahanya bersama sang istri.

Menghabiskan seluruh perjalanan menuju universitas dengan melamun, Seokjin sampai tak sadar jika ia hampir sampai pada pemberhentian terakhirnya. Hari ini, akan menjadi hari yang sangat melelahkan untuk Seokjin.

Setelah tiba di dalam kelas, Seokjin sudah mendapati sahabatnya duduk dengan murung. Seokjin paham, Namjoon pasti sedih mengingat keadaan adiknya yang tak baik-baik saja. Semalam, Seokjin menemani Namjoon hingga dokter selesai dengan pemeriksaannya pada Jenie. Cukup terkejut saat Namjoon mengijinkan Seokjin mengetahui isi pembicaraan antara dirinya dengan dokter yang Namjoon datangkan ke rumah.

Jenie menderita tumor otak. Pernyakit yang 'harusnya' dapat disembuhkan namun Jenie selalu menolak melakukan pengobatan ke luar negeri. Kenyataan pahit yang harus Seokjin ketahui berikutnya adalah saat ia mengetahui bahwa Jenie sama sepertinya dan Jungkook. Yatim piatu. Hanya saja orang tuanya begitu kaya raya hingga meninggalkan banyak fasilitas mewah pada anak - semata wayangnya. Namun dugaan Seokjin salah, Jenie bukanlah anak semata wayang yang dimiliki oleh keluarga Kim. Hanya saja -

"Jin, sekali lagi aku mau minta maaf karena selama ini aku udah nyoba deketin Jenie sama kamu. Aku gak tau kalau kamu udah berkeluarga Jin. Semalaman aku gak bisa tidur mikirin betapa bodohnya aku yang udah bersikap kayak gitu."

Namjoon kembali melayangkan permintaan maafnya. Setelah percakapan mengenai siapa sebenarnya Jenie semalam, Seokjin mendesak Namjoon agar bersedia mendengarkan sebuah pengakuan darinya. Pengakuan bahwa ia telah menikah dan akan menjadi seorang ayah. Tak hanya itu, Seokjin pun menceritakan bagaimana ia yang tak nyaman jika terus menjadi pusat perhatian dari adik sepupunya.

Namjoon begitu terkejut dan meminta maaf dengan sangat pada sahabatnya. Ia mengatakan bahwa nanti saat keadaan Jenie kembali membaik, maka ia akan menceritakan semua pada adik sepupunya. Tega - harus . Walau bisa dibilang bahwa Seokjin yang telah berhasil membuat sang adik kembali bersemangat untuk hidup dan mendapatkan perawatan. Namun Namjoon tak cukup buruk hati jika harus memaksa Seokjin untuk tetap menyembunyikan statusnya yang telah berkeluarga.























-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

20.7K 1.3K 33
Kisah dua murid yang jatuh cinta pada guru mereka. Sebab itu yang membuat mereka menjadi murid yang giat belajar. Mengejar cinta sampai ke negeri Cin...
7K 551 13
Khayalan tingkat tinggi
8K 462 10
Mereka tidak mengatakan apa-apa lagi saat Seokjin dengan cepat membuang kondom di tempat sampah dan keluar dari ruang ganti. Dia menemukan rekan seti...
29K 2.4K 37
Pernikahan Seokjin dan Jungkook harus kandas karena ibunda Seokjin yang tak pernah merestui Jungkook menjadi bagian dari keluarga Kim. Hingga perjodo...