Stay With You ✅️

renkechan द्वारा

27.5K 3K 1.2K

Kisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang men... अधिक

PROLOG
Those Eyes
MY WISH
MY WISH pt 2
GIFT (?)
TAK ADA YANG BEDA, HANYA ...
RAHASIA (?)
RAHASIA (2)
KENAPA HANYA KAMU..(?)
Self
DIA MILIKKU (!)
DIA MILIKKU (!) 2
DIA MILIKKU (!) 3
KERAGUAN
PERJALANAN BARU DIMULAI
LIKU-LIKU
KUNCI
APA INI KEGELISAHAN?
NOT YOU
NOT YOU (2)
NOT YOU (3)
YES I'M
IKAN
YOONMIN
HARI BAHAGIA
PRESENT
PRESENT 2
KEHIDUPAN PERNIKAHAN
MABA VS MASA
JADI....
💜
IS IT FINE (?)
IS IT FINE (?) pt 2
NO, IT IS NOT FINE
🖤
🖤🖤
🖤🖤🖤
🖤🖤🖤🖤
ME, YOU + (SHE)
ME, YOU+ (SHE) 2
ME, YOU + (SHE) 3
ME, YOU+(SHE) 4
THE SISTER
THE SISTER (2)
JUST WE ARE
JUST WE ARE (2)

IS IT FINE (?) pt 3

491 65 20
renkechan द्वारा











Setelah berganti pakaian dan memastikan dokter datang untuk memeriksa Jennie, Seokjin segera berlari mencari taksi. Ia sudah tak memikirkan untuk memanggil taksi online karena pasti akan memakan waktu.

"Ayo dong taksi please!"

Emosinya sudah di ujung ubun-ubun namun tak ada yang bisa Seokjin lakukan kecuali berusaha untuk tetap tenang. Ini sudah pukul sepuluh malam. Bahkan kedai milik Yoongi akan tutup satu jam lagi.

Dengan mulut yang tak berhenti berdoa, Seokjin terus berharap akan ada kendaraan umum apapun yang akan lewat. Dan Seokjin patut bersyukur sebab tak lama setelah itu, sebuah taksi berhenti katena melihat tangannya yang terus melambai. Ia pun segera mengambil bangku penumpang dan meminta sopir untuk bergegas ke alamat yang sudah ia beritahukan.

Di dalam taksi, Seokjin melihat ada kabel charger yang sesuai dengan ponselnya. Sepertinya kabel tersebut memang disediakan untuk penumpang. Tanpa menunggu lama, Seokjinpun segera menghubungkan kabel tersebut dengan ponselnya. Kakinya tak tinggal diam dan terus bergerak gelisah. Meski ia tak tau apakah Jungkook akan marah, tapi rasa gelisah dihatinya tak dapat membohongi. Ada gelanyar aneh yang membuat Seokjin cemat dan takut secata tiba-tiba. Setelah menunggu lima menit, Seokjin segera menyalakan ponselnya dan menghubungi Jungkook. Ia butuh suara Jungkook untuk menenangkan gelisahnya.

"Angkat Kook."

Sekali - dua kali teleponnya masih tak mendapat respon. Hal itu semakin membuat tak tenang.

"Jimin. Ya~ "

Karena tak jua mendapat respon dari sang istri, akhirnya Seokjin berinisiatif untum menghubungi Jimin.

"Halo!"

"Jimin. Dimana Kookie?"

"Kakak yang lagi dimana? Gila ya! Ini udah jam berapa?"

"Aku lagi di jalan. Sepuluh menit lagi sampai."

"Cepetan kesini! Kasihan itu Kookie udah nungguin dari tadi sampai ketiduran!"

"Dia udah makan?"

"Untungnya udah karena aku paksa."

"Makasih Jimin. Kalau gitu aku tutup teleponnya."

"Hei ~.."

Tuttt.tutttt.tuttt.

Sementara di seberang sana sosok mungil yang Jungkook panggil Mini tengah mengomel di dekat telinga sang suami, disini Seokjin sudah bisa bernafas lega. Paling tidak, Jungkooknya sudah makan dan istirahat lebih dulu. Masalah nanti sang istri akan marah atau tidak, itu urusan belakangan. Seokjin siap untuk menerima hukuman.





















***






"Sayang."

Sebuah usapan lembut di pipi semakin membuat Jungkook nyaman. Bahkan alam bawah sadarnya tau mana tangan yang mampu membuatnya bahagia sampai saat ini.

"Sayang bangun yuk, kita pulang. Maaf ya kakak telat."

Jungkook mencoba membuka matanya namun terlalu berat. Semanjak kehamilannya memasuki usia enam bulan, Jungkook menjadi sering lelah dan saat malam hari ia akan tertidur seperti orang pingsan.

Tau bahwa kelinci buntalnya tak akan mampu membuka mata, Seokjin memilih untuk mengangkat tubuh sang istri. Menggendongnya sampai ke bawah dan menyamankannya di bangku penumpang mobil milik Jimin. Yoongi dan Jimin lah yang memaksa untuk Seokjin bersedia membawa mobil kesayangan pria mungil tersebut.


*
*
*
Keesokan paginya saat matahari belum menampakkan senyumannya, Jungkook terbangun. Seperti biasa ia akan bangun terlebih dahulu. Sudah lama sejak menikah, kebiasaan Seokjin dan Jungkook berbanding terbalik 180° . Jika sebelumnya Seokjin yang akan terbangun lebih dulu, semenjak resmi menjadi seorang suami ia menjadi lebih manja. Itu semua tak lepas dari kebiasaan yang mulai Jungkook rubah. Ia selalu berusaha meyakinkan suami untuk mempercayakan semua pekerjaan rumah padanya.

"Aku di rumah? Bukannya?"

Jungkook melihat kesamping dimana suaminya masih nyaman tertidur dengan posisi telungkup.

"Ah. Pasti kakak yang gendong aku pulang ya? Kasihan."

(Kasihan katanya 👀)

Dengan gerak perlahan, Jungkook mengangkat lengan kanan sang suami yang bersarang di atas perutnya. Sejenak ia tersipu malu melihat betapa suaminya begitu menyayangi ia dan calon bayi mereka.

"Eh-hm."

Masih satu langkah Jungkook berjalan menjauhi tempat tidur, namun Seokjin terlihat gusar dalam tidurnya. Segera Jungkook berbalik dan mengusap lembut pucuk kepala Seokjin perlahan. Dengan begitu, Seokjin akan kembali nyaman dengan tidurnya.

Setelah memastikan prianya pulas kembali, Jungkook bergegas pergi menuju kursi dekat meja riasnya. Seperti biasa ia akan mengambil pakaian kotor sang suami untuk ia cuci. Celana sudah, kaos sudah, celana dalam sudah, almamater juga sudah. Tapi~

"Kayak ada yang kurang?"

Jungkook mengingat lagi pakaian apa yang dikenakan suaminya kemarin.

"Kemeja? Ah iya kemeja warna biru kan? Kok gak ada?"

Ia mencari kesana kemari namun tak jua menemukan kemeja yang Seokjin kenakan kemarin. Jadi sudahlah, kalau Jungkook hanya fokus dengan kemeja itu pasti nanti waktunya untuk memasak akan habis. Nanti saja ia tanyakan pada Seokjin dimana suaminya itu meletakkan kemeja kotornya.

Jungkook berjalan menuju mesin cuci. Tak lupa ia kucek terlebih dahulu bagian pakaian yang tak akan bersih jika hanya dicuci menggunakan mesin cuci. Setelah memastikan semua noda hilang, barulah ia masukkan kedalam mesin penggilas.

Selesai dengan baju-baju kotor, Jungkook menuju dapur. Sudah siap untuk memasak. Ia buka lemari es dan melihat ada bahan apa saja yang bisa ia jadikan masakan untuk bekal suaminya hari ini.

"Ayam, wortel, buncis. Ah buat steak ayam aja kali ya? Gak ribet."

Dengan cekatan Jungkook menyiapkan bumbu-bumbu. Mengambil wadah, serta mengupas dan mengiris beberapa bahan sebagai pendamping steaknya nanti.

"Oh iya, tempat makan yang kemarin!"

Jungkook ingat bahwa ia melupakan sesuatu. Kotak makan untuk bekal Seokjin kemarin, belum ia keluarkan dari tas. Jadilah ia berjalan kembali ke dalam kamar. Membuka ransel yang berisi segala macam keperluan Seokjin. Jungkook mengeluarkan barang-barang di dalamnya satu-persatu. Sudah menjadi kebiasaannya pula merapikan isi tas milik suaminya. Setelah semua rapi, Jungkook kembali mengangkat kotak makan Seokjin untuk ia bawa ke dapur.

"Kok berat?"

Pria manis bergigi kelinci itupun membuka kotak bekal berwarna hitam yang kemarin ia isi dengan nasi goreng dan telur mata sapi serta beberapa potong buah anggur kesukaan Seokjin.

Jungkook cukup terkejut melihat isi dalam kotak tersebut yang terbilang nyaris tak tersentuh. Jika ditafsir, mungkin hanya termakan dua atau tiga sendok saja. Namun sudah tak ada buah anggur didalamnya yang itu berarti Seokjin hanya tertarik dengan buahnya saja (?)

"Kok tumben gak dimakan? Apa masakanku kemarin gak enak? Tapi kalau ini aku coba pasti nanti aku sakit perut. Kan ini udah basi."

Jungkook cemberut. Tiba-tiba saja hatinya menciut. Benarkah masakannya sudah tak lezat lagi? Apa ini bawaan bayi? Atau mungkin Jungkook lupa memasukkan sesuatu? Banyak tanda tanya yang sekarang menghantui Jungkook. Pasalnya, baru kali ini ia melihat Seokjin tak menyentuh masakan buatannya.

Ia berjalan malas ke arah dapur dan kembali memasukkan bahan-bahan makanan yang sudah ia iris sebagian ke dalam lemari es. Rasanya ia sudah tak bersemangat lagi untuk memasak pagi ini. Lalu ia membuka ponsel pintarnya untuk memesan beberapa makanan dari toko online terdekat.












































***

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi yang itu berarti dua jam lagi Seokjin harus berangkat kuliah. Setelah menata rapi makanan yang ia pesan, Jungkook membangunkan suaminya.

"Kak~"

"Hmm?"

"Ayo bangun kak. Nanti telat loh."

Dengan setengah tenaga Seokjin menarik lengan Jungkook dan membawanya ikut berbaring.

"Biarin telat. Mau begini dulu."

"Dih, mau jadi mahasiswa nakal ya?"

"Hari ini cuma presentasi. Kan ujiannya udah selesai kemarin Kook."

"Jam berapa masuknya?"

"Siang."

"Ya udah tapi harus tetep bangun buat sarapan."

"Sarapan? Hari ini masak apa sayang?"

"Hari ini Kookie gak masak hehe. Kookie beli steak ayam di toko dekat gang depan kak."

"Kok gak masak kenapa? Kamu capek? Sayang kalau kamu capek, kamu bisa bilang ke kakak ya. Jangan dipaksa biar nanti kakak yang kerjain kerjaan rumahnya."

"Enggak kok. Gak capek cuma lagi malas aja."

"Oh. Kirain kamu kecapaian."

"Kalau gitu kakak mau gini dulu aja. Masih kangen sama kamu. Oh iya soal semalam~"

"Kookie marah sama kakak."

"Huftt. Iya sih udah nebak juga. Terus rencananya mau dihukum apa?"

"Tapi Kookie gak mau hukum soalnya Kookie tau gimana rasanya jadi anak kuliahan yang tiba-tiba aja ada tugas dadakan. Hehehe."

"Heh. Kakak lupa kalau kamu udah pernah jadi mahasiswa. Makasih ya sayang. Sebagai gantinya, kakak punya kejutan buat kamu. Tapi nanti kakak urus dulu semuanya ya."

"Kejutan apa kak?"

"Kalau dikasih tau berarti bukan kejutan dong."

"Oh iya. Ya udah kalau gitu ayo bangun! Sarapan dulu keburu dingin makanannya!"

Jungkook mencoba bangun dari tidurnya walau kenyataan ia kesulitan. Haha~ melihat kelincinya kesulitan bangun, bukannya segera membantu tapi Seokjin malah tersenyum gemas melihatnya. Meski lama-lama kasihan juga.

"Sini kakak bantu. Hap."

Setelah mendapatkan bantuan, Jungkook hanya bisa tersenyum dengan memperlihatkan gigi kelincinya.

"Gemas. Maaf ya gara-gara kakak, kamu jadi kesusahan mau apa-apa."

"Maksudnya?"

"Ya karena ulah kakak, perut kamu jadi buncit kayak gini. Jadi susah mau ngapain aja."

"Ih kok bilang gitu! Ini kan ada dedeknya! Jadi maksudnya kakak gak suka kalau ada dedek disini?"

Jungkook cemberut sambil menunjuk perutnya. Masak iya suaminya berkata seperti itu?

"Ahahahaha. Enggak sayang enggak astaga. Bercanda. Sini!"

Seokjin membenarkan posisi duduk kelinci cantiknya. Mengarahkan kaki Jungkook agar menapaki lantai sementara ia duduk diantaranya. Ia usap lembut perut Jungkook yang sudah membesar dan ia kecup ringan sambil berkata,

"Terimakasih sudah bersedia hadir disini sayang. Ayah sayang kamu. Tolong jangan tinggalin ayah seperti kakak kamu atau ayah akan mati saat itu juga."

"Kak~"

Seokjin memeluk perut Jungkook semakin erat dan tanpa terasa air mata menetes perlahan. Rasanya begitu bahagia saat pertama kali Seokjin mengetahui bahwa Jungkook kembali mengandung. Seakan dunia dan seisinya akan Seokjin berikan sebagai ucapan terimakasih kepada calon bayinya karena sudah bersedia hadir dalam kehidupan mereka. Untuk sekali lagi, Seokjin diberikan amanat. Kali ini pula, Seokjin tak akan menyiakn kesempatan tersebut. Ia akan menjaga Jungkook dan bayi mereka seribu kali lipat lebih baik dari sebelumnya.






























-tbc-





Gaes kalau nemu typo kasih tau aku ya 🥲. Selamat membaca dan makasih untuk umpatan kalian semalam. Itu benar2 membuatku lebih semangat ~ (menyakiti Kookie) 😭😭😭

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

49.3K 2.5K 15
Sekuel dari Book I Still Want You Semoga semuanya suka..enjoy 😊
4.6K 555 9
Patah hati membawa Jungkook pergi jauh dari Korea untuk menyembuhkan luka bathinnya. Jungkook tak menyangka, ia justru di pertemukan dengan laki-laki...
16.5K 1.5K 29
Kenapa semua orang pengen di dengarkan. Bisakah kalain menghargai orang lain, aku yang tau hidupku. Bukan kalian. Jungkook yang tidak terima di dijo...
little ace 🐮🐺 द्वारा

किशोर उपन्यास

892K 66.4K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...