AQLAM

Od StorybookChums

64 11 1

Aqlam mengisahkan perjalanan jiwa seorang remaja yang tengah berkelana di jalan pencarian identitas dan impia... Více

Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15

Chapter 2

9 1 0
Od StorybookChums

Seminggu berlalu, setelah menghadapi masa-masa MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang lumayan cukup menambah pengalaman baru di kehidupan SMA Aghniya. Banyaknya pengujian-pengujian dari para OSIS yang hampir membuat para peserta MPLS merasa frustasi, dan di temani penampilan dari beberapa ekskul.

Hari ini, tepatnya di kelas 10, masih belum memulai pelajaran. Kelas Aghniya akan ditemani wali kelas sampai jam pulang sekolah. Hanya berbincang-bincang sederhana untuk lebih mengenal murid-murid. Mulai dari pertanyaan asal sekolah sebelumnya, dan tempat tinggal mereka. Ada beberapa anak yang memang dulunya satu sekolah tetapi berbeda kelas, ada pula yang dulunya satu sekolah dan satu kelas, contohnya Ikrimah dan Deva.

Mata Bu Anita lebih menyorot ke arah Aghniya, beliau merasakan ada suatu keistimewaan dari Aghniya.

"Kamu yang lagi megang pensil," panggil Bu Anita.

Merasa sedang memegang pensil, Aghniya mengangkat kepalanya dan melihat Bu Anita. "Saya Bu?"

"Yang pegang pensil cuma kamu cantik,"

"M–maaf Bu,"

"Lagi buat apasih? Kayaknya asik banget,"

Aghniya dengan semangat mengangkat kertasnya dan menunjukkan pada Bu Anita, "Saya buat ini Bu,"

"Coba bawa sini biar Ibu bisa lihat,"

Aghniya berdiri dan keluar dari bangkunya membawa buku yang seukuran buku tulis tetapi tidak memiliki garis pembatas seperti buku tulis. Lalu diberikannya buku itu pada Bu Anita. Bu Anita menatap kagum akan lukisan yang berupa arsiran yang dibuat oleh Aghniya.

"Kamu yang buat ini?" Aghniya mengangguk sebagai jawaban.

"Pintarnya murid Ibu, kembangkan bakatmu ya nak,"

"Baik Bu."

Bu Anita memerintahkan Aghniya untuk kembali ke tempat, dan dengan hati bahagia karena pujian yang diberikan dari sang wali kelas, Aghniya tersenyum terus. Hingga matanya tak sengaja menatap Rafi.

***

"Waktu 15 menit harus kita habiskan dengan baik, jangan sampai jadi sia-sia," ucap Sarah dengan penuh semangat.

"Iya iya Sar, 15 menit juga cukup kok untuk jajan. Jangan kayak orang gak sabaran deh,"

"Ini memang gak sabaran, soalnya pertama kali jajan di sekolah baru!"

Aghniya dan Sarah berjalan ke kantin sama-sama, Sarah terus menarik tangan Aghniya karena jalannya Aghniya terlalu santai menurut Sarah.

Ditengah perjalanan menuju kantin, tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki memanggil mereka atau lebih tepatnya tertuju pada Aghniya, "Aghni!"

Aghniya dan Sarah pun menoleh, dan yang memanggil namanya adalah teman semasa SMP nya dulu, namanya Fahri. Fahri melambaikan tangannya dan berlari ke arah mereka.

"Kamu sekolah disini juga?" Tanya Fahri.

"Gak liat nih?" Jawab Sarah ketus.

"Basa-basi doang kok Hahaha, Aghniya mau ke kantin ya?"

Aghniya mengangguk, "Kita duluan ya? Temanku udah kebelet jajan soalnya,"

"Iya iya, nanti kalau ada waktu kita main bareng."

Aghniya dan Sarah kembali berjalan menuju kantin, sesampainya di kantin, alangkah terkejutnya mereka berdua dengan isi kantin yang dipenuhi murid-murid. Banyak sekali murid-murid yang sedang membeli makanan, sampai-sampai Sarah dan Aghniya tidak bisa masuk. Mereka harus menunggu saat antrian sudah mulai berkurang.

Sarah melihat ada Rujhan di dalam kantin, dia mempunyai sebuah ide. Memanggil nama Rujhan dan meminta tolong untuk dibelikan makanan, soal uang nantinya akan diganti saat keluar dari kantin. Namun saat mencoba untuk memanggil Rujhan ditengah keramaian, tidak membuat Rujhan menoleh sedikitpun.

Memang Aghniya dan Sarah sudah ditakdirkan untuk menunggu hingga kantin berkurang pengunjung.

"Gara-gara kamu nih!"

Aghniya yang tidak terima disalahkan pun mengelak, "Kok jadi Aku sih?"

"Iyalah! Coba kalau tadi kamu gak nyelesain chatan kamu itu, udah pasti kita bisa lebih awal ke kantinnya!" Ucap Sarah penuh kekesalan.

"Tapi tadi aku lagi gak chatan sama siapa-siapa kok Sar,"

"Terus tadi ngapain ngetik di HP lama banget?"

"Udah ah lupain, ayo masuk kelas aja. Kita jajan di jam istirahat kedua aja,"

Aghniya melangkah meninggalkan kantin dan hiruk piruknya. Dengan kekesalannya, Sarah melangkah mengikuti Aghniya sedikit tidak ikhlas. Saat melihat kebelakang, Aghniya sedikit tertawa melihat tingkah temannya ini.

"Ayo cepat Sarah! Nanti kelamaan masuk kelasnya,"

Sarah tambah mengerucutkan bibirnya, disaat dirinya sedang kesal, Aghniya bukannya membantu malah tambah membuat kesal. "Biarin!" Ketusnya.

Sarah sangat tidak tau malu memang, bisa-bisanya dia bertingkah layaknya anak kecil di depan umum. Tapi untungnya Aghniya tidak malu memiliki teman seperti Sarah. Ya walaupun terkadang menyebalkan.

Aghniya lebih dulu tiba di kelas, dan Sarah masih jauh berada di belakang. Saat sampai kelas, Aghniya langsung mendudukkan dirinya di kursi tempatnya duduk. Karena Aghniya langsung menghambur ke tempat duduk, meja ikut bergetar, hingga membuat pensil yang ada di atas mejanya jatuh ke bawah lantai. Terpaksa Aghniya harus mengambil pensil tersebut, dan saat kembali ke posisi semula, ada satu bungkus biskuit yang baru saja diletakkan oleh Rafi.

"Tadi dari kakak OSIS, aku gak suka biskuit ini, siapa tau kamu suka. Kalau gak suka bisa kasih ke yang lain kok," ucapnya.

Aghniya terdiam sejenak mencerna ucapan Rafi, hampir saja dia mengira bahwa biskuit itu dibelikan Rafi untuk dirinya. Dan pikirannya pun mulai menerawang, kenapa harus dikasih ke Aku? Kan masih banyak temannya yang lain, misalnya Rujhan? Batinnya.

Dengan berfikir positif, mungkin terlintas dirinya saat Rafi masuk ke dalam kelas. Dengan sedikit gugup Aghniya mengucapkan terimakasih yang hanya dijawab anggukan kepala saja.

"Aghni!"

Aghniya terkejut dengan kedatangan Sarah yang langsung berada tepat dihadapannya.

"Apasih Sar teriak-teriak,"

"Hayoo kenapa senyum-senyum.." Sarah menggoda Aghniya.

"Kok lama banget sampainya?" Aghniya mencoba mengalihkan topik.

"Cih gak asik banget, malah ganti pembahasan."

Aghniya membuka bungkus biskuitnya dan membaginya pada Sarah. Karena sudah lapar, Sarah menerima biskuit tersebut tanpa tapi. Bahkan dia tidak menanyakan soal biskuit yang dimiliki Aghniya yang secara tiba-tiba.

Saat bel sudah ingin berbunyi 2 menit lagi, sebagian siswa-siswi sudah mulai kembali. Dan Rujhan tiba dengan banyak makanan di tangannya, bermacam-macam jenis camilan dan juga es.

"Kalian berdua gak pergi ke kantin?" Tanya Rujhan yang tertuju pada Aghniya dan Sarah.

"Pergi kok, tadi malah manggil-manggil kamu, tapi sayangnya kamunya gak denger," jawab Sarah.

"Masa sih?"

Rujhan tidak kembali bertanya dan mulai fokus menatap makanan miliknya yang sudah siap disantap, lalu terlintas sesuatu di benaknya. Rujhan menyerahkan sebungkus keju aroma dan diberikannya pada Aghniya, "Nih buat lo berdua, kasihan gak jajan."

"Ini serius?" Tanya Aghniya tidak percaya.

Rujhan mengangguk dan kembali fokus pada makanannya lagi. Aghniya dan Sarah mulai memakan keju aroma yang diberikan Rujhan. Tanpa mereka sadari, Rujhan tersenyum tipis.

Dan akhirnya bel masuk pun berbunyi, semua siswa-siswi buru-buru menyelesaikan makanan mereka dan membuang sampah bekas makanan mereka pada tempat sampah, tidak lupa membuangnya sesuai tempatnya. Sampah-sampah plastik dan botol air mineral dibuang pada tong sampah Anorganik, yang membuat tempat sampah Anorganik lebih penuh dari tempat sampah Organik.

Bu Anita kembali mengisi kelas dengan beberapa permainan-permainan agar murid-muridnya tidak merasa jenuh menghabiskan waktu sampai pulang sekolah nanti.

***

Tidak ada jam istirahat kedua hari ini untuk mereka, jam pulang sekolah lebih awal. Karena masih masa-masa selesai MPLS dan belum memulai pelajaran, jadi kepala sekolah memerintahkan untuk pulang lebih awal sampai 3 hari kedepan.

"Kamu pulang sama siapa?" Tanya Sarah pada Aghniya.

"Nanti aku minta jemput Ibu atau Ayahku, kamu sendiri gimana?"

"Aku juga dijemput kok, udah ditunggu didepan gerbang sekolah,"

"Yaudah kamu hati-hati ya Aghni, Aku jalan duluan,"

Setelah Sarah pergi lebih dulu, Aghniya memilih untuk mengirimkan pesan pada Ibunya agar dirinya di jemput.

"Aghni pulang sama siapa?" Tanya Deva.

"Aku sama Ibu aku," jawabnya.

"Hati-hati ya Aghni, Aku pulang dulu,"

Aghniya mengangguk pelan. Setelah hampir setengah murid yang sudah pulang, Aghniya memilih untuk berjalan menuju pintu gerbang sekolah sampai Ibunya membalas pesannya. Dan benar saja, saat sampai depan gerbang Ibunya baru saja mengirimkan balasan dari pesan yang dikirimkan Aghniya beberapa menit lalu.

Tetapi balasan yang diberikan tidak sesuai ekspektasi Aghniya, ternyata Ibunya sedang tidak bisa menjemput dirinya dan Ayahnya sedang berada di kantor. Terpaksa Aghniya memilih untuk berjalan kaki sampai bertemu pangkalan ojek untuk menaiki ojek. Sebenarnya ada bis di depan sekolah Aghniya, tetapi dia tidak begitu paham dengan rute jalan bus tersebut. Lebih baik dia naik ojek, itu akan membuat lebih mudah untuk menunjukkan jalan rumahnya.

Namun belum sampai di tempat pangkalan ojek, sebuah motor berhenti tepat di depannya. Laki-laki tersebut membuka helmnya, dia adalah Rujhan.

"Mau bareng gak?"

"Gak usah, mau naik ojek kok di depan,"

"Mending bareng aja, lumayan irit ongkos,"

Aghniya sedikit berfikir sejenak, namun dirinya kembali pada tujuannya untuk menaiki ojek. Bukan apa-apa, takutnya nanti orang-orang sekitar rumah berfikir yang tidak-tidak padanya, apalagi dirinya seorang perempuan.

"Gak usah makasih, aku bisa naik ojek. Soal ongkos gak masalah, itu juga pake uang orang tuaku kok,"

"Yaudah kalau gak mau, aku duluan ya Aghni, hati-hati dijalan!"

Aghniya mengangguk dan kembali berjalan menuju tujuannya tadi, pangkalan ojek.

Saat sampai dirumah, ternyata dirinya benar-benar sendiri. Ibunya belum pulang dari rumah kakek dan neneknya. Aghniya mengganti seragam sekolahnya dengan baju santainya.

Saat melepaskan kerudung miliknya, Aghniya merasakan angin semilir melewati kulit-kulitnya.

"Adem banget ya Allah," Monolognya, dan tiba-tiba suara gemuruh di perutnya membuat dirinya terburu-buru menyelesaikan acara ganti bajunya.

Di pikirannya sudah terbayang masakan makan siang yang dibuat sang Ibu, lalu saat sampai meja makan alangkah berbinar matanya melihat ikan bakar dan sambal, ada juga beberapa sayur lalapan. Ibunya yang terbaik memang.

Aghniya pun makan siang dengan ikan bakar sendirian. Maklum saja, orangtuanya sedang tidak dirumah.

Setelah selesai menghabiskan makanannya, Aghniya membersihkan meja makan dan mencuci piring bekas makan miliknya. Setelah itu Aghniya melanjutkan untuk menyapu rumahnya. Mungkin Ibunya belum sempat untuk menyapu, jadi rumahnya masih berdebu.

Tugas rumah dilakukan oleh Ibu Aghniya dan juga Aghniya. Contohnya pada saat seperti ini, saat Ibunya belum menyapu rumah, Aghniya lah yang akan menyapu rumah. Sama seperti pekerjaan rumah lainnya.

Saat sedang memasukkan debu-debu ke pengki, tiba-tiba terdengar suara perempuan mengucapkan salam. Yang tak lain adalah Ibunya Aghniya.

"Assalamu'alaikum,"

"Waalaikumussalam, Bu," Aghniya berlari ke depan rumah untuk menyalami sang Ibu.

"Anak Ibu sudah pulang, sudah makan belum nak?"

"Sudah bu, tadi Aghniya makan Ikan bakar buatan Ibu,"

"Enak gak?"

Aghniya mengangguk penuh semangat, Aghniya membawa tentengan tas belanja Ibunya dan meletakkannya di atas meja yang berada di ruang tamu.

"Itu semua untuk Aghni, dari Kakek sama Nenek,"

"Aku selesain yang di belakang dulu ya Bu, nanti aku kesini lagi,"

Ibu Aghniya mengangguk dan memilih untuk menunggu Aghniya menyelesaikan pekerjaannya sembari duduk di sofa.

"Nenek sama Kakek kasih apa Bu?" Tanya Aghniya yang baru saja kembali ke ruang tamu.

"Dibuka dulu sayang,"

Aghniya membuka beberapa tas yang tadi dibawa oleh Ibunya ternyata beberapa perlengkapan sekolah baru. 

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

50.3K 330 16
Hello! This is a Anime character x Male reader. I have a variety of diffrent characters in this book. Requests are closed! This book will only be 2...
1.5K 122 7
2 brother are strict and ks is youngest . . . . . . aage ka Janne ke liye story padho ❤️❤️
8.1M 342K 52
"I hope you realize you made the worst f**king decision of your life." She could feel his cold icy blue eyes piercing through her soul. "I didn't as...
13.2K 606 4
-𝙄𝙣 𝙒𝙝𝙞𝙘𝙝,𝙔/𝙉 𝙞𝙨 𝙖 𝙥𝙤𝙥𝙪𝙡𝙖𝙧 𝙘𝙖𝙢𝙜𝙞𝙧𝙡 𝙬𝙝𝙤 𝙛𝙞𝙣𝙙𝙨 𝙖 𝙘𝙖𝙢𝙗𝙤𝙮 𝙜𝙧𝙤𝙬𝙞𝙣𝙜 𝙚𝙭𝙩𝙧𝙚𝙢𝙚𝙡𝙮 𝙥𝙤𝙥𝙪𝙡𝙖𝙧. 𝙏𝙝...