HER LIFE - END (OTW TERBIT)

Por ay_ayinnn

4.9M 263K 16.9K

Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarg... Más

Baca dulu beb
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
PART 56
JUST FOR FUN BEB!
PART 57 (END)

PART 13

104K 5.1K 70
Por ay_ayinnn

"K-kenapa bisa?" Vanya linglung melihat keberadaan orang itu disini.

Dia berjalan mendekati Vanya yang sedang membeku ditempat. Tiba-tiba, pelukan rindu Vanya dapakan dari orang itu.

Lagi, air mata yang tadinya kering kini kembali membasahi pipi Vanya. Jakarta sesempit ini kah?

"Mama kangen sama kamu, Van," Ucap orang itu ikutan menangis.

Pandangan mata gadis itu kosong menatap depan. Sedangkan orang yang sedari tadi masih memeluknya itu terus menangis bahkan sampai sesenggukan.

"Kamu kemana aja sih?? Hiks," Isaknya memegang kedua pipi Vanya.

"Mama kok bisa disini?" Vanya tak habis pikir akan bertemu Clara disini.

"Ma, jangan peluk aku. Aku kotor, nanti baju Mama ikutan kotor," Lanjut Vanya sambil menjauhkan kedua telapak tangan Clara dari wajahnya.

Clara tersentak, memang putrinya sekarang tidak seperti dulu. Dulu dia putih bersih, badannya lumayan berisi, pakaiannya bagus-bagus. Tapi sekarang? Semua malah jadi kebalikan dari semua itu. Namun dalam bentuk apapun Vanya, dia tetaplah putri Clara.

"Van, kamu--"

"Aku nggak berharap ketemu Mama dalam keadaanku saat ini," Lirih Vanya merasa malu.

Orang mana yang gak malu bertemu seseorang yang begitu penting dalam hidupnya dengan keadaan acak-acakan seperti Vanya sekarang?

Perlu kalian tahu rambut Vanya sekarang itu bener-bener super duper lepek. Terus baju yang dia pakai ya kayak biasa, baju lusuh bekas orang-orangan desa, atau biasa dibilang baju lungsuran. Belum lagi wajahnya sekarang kusam, dekil, benar-benar seperti bukan Vanya.

"Sayang, pulang ya? Mama kangen sama kamu," Ucap Clara sendu.

"Vanya yang dulu udah gak ada, Ma. Sekarang, Vanya yang ini udah bisa menghidupi hidupnya sendiri."

Clara terdiam dengan tangan Mengepal erat di bawah. Batinnya terus meminta maaf sebesar-besarnya kepada Vanya. Anak itu tidak bersalah, namun takdir mengharuskannya merasakan kesalahan.

"Kamu marah sama Mama?" Tanya Clara pelan.

Vanya menggeleng, "Aku gak pernah marah sama Mama atau Papa."

"Terus kenapa gak mau balik?"

"Karena aku udah punya keluarga."

"Mereka lebih baik ya, dari pada Mama sama Papa?"

Tidak mengatakan apapun, Vanya menatap dalam mata Mamanya. Dia benar-benar merasa malu saat ini. Mamanya begitu indah untuk dipandang, tidak sepertinya yang sangat jelek itu.

"Mama kok bisa temuin aku disini?" Tanya Vanya mengubah topik. Dia tak menyukai pertanyaan Clara tadi.

"Beberapa hari yang lalu Mama suruh bodyguard Papa buat menyelidiki orang di rumah sakit ini. Mama mikirnya itu kamu, dan ternyata memang bener kamu." Clara menjeda kalimatnya sebentar untuk mengambila nafas dalam.

"Van, c-cucu Mama sakit?" Tanyanya lirih.

Sungguh, hati Clara sakit seperti teriris pisau. Layak kah dia dianggap seorang nenek oleh cucu yang sejak bayi tak pernah ia sentuh? Jangankan sentuh, bertemu saja tidak pernah.

Mata Vanya terpejam pedih mendengar pertanyaan dari Clara. Sebenarnya Elen itu masuk ke keluarga yang tepat. Cuman caranya saja yang tidak tepat.

"Hiks Mama, Vanya gak kuat. V-vanya capek Ma. V-vanya nyerah."

Hancur sudah benteng pertahanan Vanya. Sekuat apapun dia di depan ibu kandungnya, tetap saja dia membutuhkan sosok itu.

Vanya menangis sesenggukan. Badannya nyaris jatuh, untung dengan sigap Clara menangkapnya. Di bawalah Vanya duduk pada bangku yang berada di dekat mereka.

"Vanya bilang dong kalau ada apa-apa. Kenapa hm? Cerita sama Mama," Clara memeluk putrinya dari samping. Rambut sepunggung Vanya dielus lembut oleh Clara.

Belum ada jawaban dari Vanya. Sambil terisak ia menikmati sentuhan hangat Clara. Dia rindu ini, 6 tahun berlalu dan akhirnya Vanya merasakan hal ini lagi.

"Ssttt, Mama disini. Jangan nangis lagi ya?" Ucap Clara lagi.

"Ma, dia udah berhasil aku lahir kan dengan selamat. Aku hidupi dia dengan kekurangan tapi aku selalu kasih dia seluruh kasih sayang sebagai seorang ibu," Vanya mulai bercerita. Isakan demi isakan masih bisa Clara dengar.

"Iya, terus apalagi hm?"

"A-aku banting tulang biar bisa sekolahin dia. Tapi di sekolah aku pernah lihat dia dijahili terus sama temen-temennya. Ma, hati aku sakit ngelihat dia selalu dipandang rendah oleh orang-orang."

"I feel you sayang," Clara mengecup pucuk kepala Vanya. Semakin erat pula pelukannya seakan Clara tak membiarkan siapapun mengusik hidup putrinya lagi.

"Ma, emang seburuk itu ya orang miskin dimata orang-orang kaya kayak Mama?" Tanya Vanya merasakan gelengan di atas kepalanya.

"Jangan bahas soal kasta. Di mata Mama, kita semua itu sama. Gak ada yang namanya kaya, juga gak ada yang namanya miskin. Pada dasarnya, harta kita bukan ada di dunia ini. Melainkan harta kita yang sesungguhnya itu ada di atas sana," Jelas Clara.

"Emang, kenapa mereka selalu merendahkan cucu Mama?" Lanjutnya bertanya.

"Dia kekurangan. Selain kekurangan dalam perekonomian, fisiknya juga kurang," Jawab Vanya jujur.

"Van? Kenapa gak bilang sama Mama?" Clara menegakkan badan Vanya. Dia juga memaksa wajah Vanya agar membalas tatapannya. Kini, terlihat jelas wajah sebab milik Vanya.

"Udah cukup aku ngerepotin Mama. Udah cukup aku bikin malu Mama. Aku gak mau bikin Mama kepikiran lagi."

"Nggak sama sekali. Kamu itu anak Mama. Sebagai orang tua, udah seharusnya Mama bantuin kamu."

"...."

"Sekarang, kamu ngizinin Mama ketemu dia?"

•••••

Mansion Maldeva.

"Lo udah buat janji sama om Charles?" Tanya Juna kepada Gavin yang duduk di tepi kolam renang.

Juna baru saja datang. Sedangkan Marvel, Alex, dan Farel tengah berada di gazebo samping kolam. Mereka sedang bermain uno kartu.

Bisa ya mereka santai disaat genting kayak gini?

"Udah, barusan gue telfon sekretarisnya." Jawab Gavin menatap nanar kolam renang di hadapannya.

"Jun! Sini main uno, ikut gak?!" Teriak Marvel.

"Duluan aja! Gue mau nemenin Gavin!" Balas Juna juga berteriak.

"Ya emang dari tadi kita main duluan gak sih?" Cibir Marvel ditertawai oleh Alex dan Farel.

Di tepi kolam, Juna melepas sepatu. Ia ikutan memasukkan kaki ke dalam kolam renang tersebut.

"Apa yang bakal lo lakuin waktu ketemu Papanya Vanya besok?" Tanya Juna membuka topik.

"Nyiapin diri buat babak belur kali?" Jawab Gavin asal. Laki-laki ini suka sekali bikin orang gedeg.

"Selain itu goblok. Kalo itu mah udah pasti," Sahut Juna.

"Gue bakal jelasin semuanya dari awal sampai akhir. Intinya gue bakal minta maaf," Ucap Gavin memandang kosong pandangan di depannya. "Lo pada, tenang aja. Gue gak akan bawa-bawa kalian ke dalam masalah ini."

"Kalo lo mau bawa-bawa gue, gue terima." Gavin menoleh, menatap Juna intens.

"Lo yakin?" Juna mengangguk.

"Kenapa gak yakin? Gue juga ikut ngebully dia waktu SMA."

"Oh, masalah ngebully gue maunya kita semua minta maaf. Tapi gue belum berani jelasin tentang bullying ke om Charles."

"Terus kalo masalah hamil diluar nikah? Habis lo jelasin sama minta maaf, apa yang bakal lo lakuin lagi?" Tanya Juna serius.

"Gue temuin Vanya, minta maaf juga ke dia."

"Emangnya dia mau ketemu sama lo?" Ucap orang yang baru datang bersama Kara.

Queen of tiba-tiba datang. Kita sambut, inilah dia...

"Sayang! Sini, jangan ganggu Gavin sama Juna dulu!" Pekik Farel meneriaki calon istrinya.

Bukannya nurut, Acel malah melirik sinis Farel. Kara nyaris menyemburkan tawa. Namun, kepalanya teringat kata-kata Acel saat di dalam tadi membuat dirinya mengurungkan niat untuk tertawa.

"Kata gue lo gak usah sok manis dulu deh ke Acel," Ucap Alex pelan.

"Iya, Rel. Gue rasa ini bukan Acel, tapi Rachel mode singa," Lanjut Marvel mencuri-curi pandang ke arah Acel yang masih menatap Farel sinis bin menyeramkan.

Kemudian, pandangan Acel kembali menatap Gavin dan Juna yang membelakanginya. Karena kara sedang membawa snack, dia memutuskan untuk menemui tiga laki-laki bajingan itu di gazebo.

Hening, hanya ada suara air di dekat Gavin, Juna, dan Acel. Merasa lelah berdiri terus, Acel mengambil niat duduk di sebelah Gavin, juga memasukkan air ke dalam kolam renang.

"Lo kalo dateng-dateng gak ada niat bantu gue mending ke mini bioskop sama kakak gue," Ucap Gavin dengan pandangan ke depan.

"Udah, barusan gue selesai nonton film bareng kak Kara," Sahut Acel.

"Jam berapa lo mau ketemu sama om Charles?" Lanjutnya bertanya.

"Malem kayaknya. Om Charles lagi di Amsterdam. Katanya sampe sini Malem kalo gak pagi hari besoknya lagi."

Acel mengangguk, "Pertanyaan gue masih sama kayak yang tadi, cuma mau gue ubah dikit."

Gavin menoleh, menatap wajah manis milik Acel. Juna yang kepo pun ikutan menoleh.

"Kalau misal om Charles ngebolehin lo ketemu sama Vanya, emangnya Vanya mau ketemuan sama lo?" Sebenarnya gak ada yang di ubah sama Acel, cuman cara ngomongnya aja yang dia ubah.

"Kenapa gak mau?" Dengan bodohnya Gavin bertanya.

"Vin? Lo sadar gak sih yang lo dan teman-teman lo lakuin waktu itu? Gak ada rasa manusiawinya sama sekali."

Acel menghembuskan nafas panjang, "Gue ngerasa mental Vanya udah kena. Gue nggak yakin dia mau ketemu sama lo atau teman-teman lo yang lain."

"Terus gue harus apa, Cel?" Tanya Gavin kebingungan.

"Lo pikir gue tahu? Besok gue mau ikut lo ketemu sama Papanya Vanya."

"Ngapain? Lo gak salah."

"Gue mau jadi saksi sebagai sahabatnya."

Gavin mengerti, ia terkekeh sebentar lalu kembali memandang nanar air di depannya, "Lo pengen gue di penjara ya?"

"Dulu gue pernah bilang ke Farel nggak bakal bawa masalah ini ke hukum. Tapi sekarang, gue mau tarik ucapan gue. Gue bisa bawa ini ke hukum."

"Kalo itu mau lo, gue terima."

"Sayangnya, gue gak bakal sejahat itu sama lo, dengan syarat gue lihat pakai mata kepala gue sendiri kalau sampai detik ini Vanya baik-baik aja."






Bersambung.

Kmrn lagi opening dbl cuy, dan aku gatau mulai bsk bisa tiap hari update engga aku pasti gak bakal absen suporteran😭🤌🏼

Semoga sukaa, see u next part bb!!

Mau vote sebanyak-banyaknya😍

Prolog smpe part 5 juga jgn lupa di vote...

29 10 23

Seguir leyendo

También te gustarán

ARDEO MAHENDRA Por nyai

Novela Juvenil

514K 50K 48
Ardeo Mahendra. Wajah sempurna perpaduan Rio dan Tata. Cowok murah senyum yang terkesan genit dengan sejuta pesonanya. Remaja SMA yang suka sekali al...
139K 9.2K 38
Adit, cowok pintar, kesayangan guru, si kutu buku, dan terkenal karena kepintarannya. Akan tetapi, menurut Sheila. Adit baginya seperti boneka nya ya...
410K 25.6K 47
Xevira. Gadis dengan segudang sifat petakilannya. Gadis yang tidak bisa diam. Gadis yang selalu mengikuti Kevin kemana pun ia pergi. Dan gadis terane...
ALZELVIN Por Diazepam

Novela Juvenil

4.1M 241K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...