The Second Time (Aliza Bad Ma...

By demimoy

2.4M 31.9K 381

(TELAH TERBIT) Aliza tak habis pikir mengapa sebelum meninggalnya Marvel justru memintanya menikahi Radit--so... More

Prolog
ABM- Part [1]
ABM - Part [2]
ABM - Part [4]
ABM - Part [5]
Vote Cover
OPEN PO

ABM - Part [3]

83K 5K 26
By demimoy

Hari yang aku nantikan akhirnya tiba. Tapi, itu dulu. Sekarang, hari ini ingin rasanya aku menghindari dari kondisi ini. Tapi, sayang tak bisa.

Suara banyak orang terdengar garduh sehingga memaksaku untuk membuka mata, terutama suara kedua sahabatku yang bising berusaha membangunkanku.

"Aliza, bangun? Za.."

Tubuhku menggeliat mencari posisi senyaman mungkin untuk tidur lagi, berharap aku tidur sementara untuk menghindari hari ini.

Tubuhku di guncang kedua sahabatku dan menyibak selimut yang menggelungku, membuatku terpaksa membuka mata.

"Aduh! Apaan, sih? Gue masih ngantuk, ah!" Aku menyembunyikan kepalaku di balik bantal.

"Bangun, lo harus mandi. Orang dari salon nya udah dateng, tuh!" Jasmine dan Niken mengangkat tanganku hingga posisiku terduduk, dengan malas aku membuka mata.

Di luar kamar sepertinya ramai, memang sejak kemarin sore keluarga besarku datang untuk mengahadiri pernikahanku.

Mataku melihat handle pintu yang bergerak, Kak Marissa muncul dari balik pintu. "Za, kamu belum mandi? Ayo cepat!" ucap ka Marissa setelah berhasil masuk ke dalam kamarku.

Dengan malas aku bangkit dari temat tidur, dan melangkah ke kamar mandi.

Jam sudah menunjulan pukul 7 pagi, aku sudah siap dengan gaun yang menyiratkan kepedihan, gaun ini begitu indah dan cantik berbanding terbalik dengan perasaanku yang buruk. Dengan rambut tatanya sesimpel mungkin dan make up senatural mungkin. Aku akui aku memang cantik, tapi tak sedikit pun senyuman tersungging di bibirku.

Kalau pun aku harus tersenyum, itu hanya senyuman palsu.

Kudengar calon suamiku sudah berada di rumah Marvel dari semalam.

Setelah beberapa menit kami berada di perjalanan yang sampailah kami di tempat dengan dekorasi yang aku inginkan. Rasanya berat untuk aku melangkahkan kaki ke tempat impianku itu. Aku mengambil napas sebanyak mungkin. Untuk berjaga-jaga jika nanti napasku habis.

Di tempat ini penuh dengan warna putih bersih, belum cukup ramai hanya ada keluarga besarku dan sahabatku. Rupanya keluarga calon suamiku belum datang.

Diantara taman yang luas ini ada bangunan yang tak begitu besar, tempat aku untuk mengganti baju yang akan dilakukan beberapa kali pergantian.

Aku lebih memilih diam di dalamnya dan tentunya di temani ketiga sahabatku.
Tanganku menjadi dingin seketika. Ketika, sahabatku mencoba menenangkanku dan menghiburku.

"Aliza lo cantik banget hari ini, gue jadi pengen nyusul, nih." Jasmine mencoba menghiburku dan di balas dengan senyuman masam olehku.

Berbincang dengan mereka tak membuatku melupakan kondisi saat ini.

"Aliza sayang, ayo keluar calon suamimu sudah datang. Acara nya akan segera di mulai." Kak Marissa berjalan ke arahku, aku bisa melihatnya dari pantulan cermin besar di depanku.

Kedua sahabatku merangkulku, membantuku untuk berdiri dan menggandengku sampai ke tempat pelaminan.

Aku melihat seorang laki-laki yang memekai baju yang seharusnya di kenakan Marvel hari ini duduk membelakangiku.

Sahabatku mengiringku melangkah dan duduk di samping pria itu. Dia menoleh padaku saat dia mengetahui keberadaanku. Sorot matanya yang hangat menatapku. Pria itu mempunyai garis muka yang tegas. Tampan, untunglah bayanganku tentang om-om mesum tidak terjadi. Dia terlihat seumuran dengan Marvel. Dia tersenyum simpul membuat menambah ketampanannya. Ya, aku memang mengakui dia memang tampan sampai ketiga sahabatku tersenyum menggodaku.

"Sodara Raditya Aldivano Gunawan apa anda siap untuk menikahi Putri dari Bapak Hardikusuma?" ucap penghulu pada pria di sampingku.

Bahkan aku baru tau sekarang siapa nama pria di sampingku, dia mengangguk dan menjawab. "Iya, saya siap," ucapnya tegas, tak terlihat keraguan dari raut wajahnya.

"Sodari Aliza Laura Hardikusuma apa anda siap menikah dengan pria tampan di sampingmu?" Aku melirik pada sahabat, Kakak dan kedua orangtuaku. Mereka berbarengan mengangguk memberi isyarat agar aku mengatakan iya.

Aku menelan ludah sebelum mengucapkan kata 'iya', menarik napas dan memejamkan mata beberapa saat lalu mengucapkannya. "Iya, saya siap."

Semua orang tampak tersenyum berbahagia mendengar jawaban yang aku berikan. Jahat sekali kalian semua. Aku tak mengenal pria di sampingku!

Papi beralih tempat duduk di samping penghulu, berhadapan dengan pria bernama siapa tadi? Aku lupa namanya. Lalu, Papi mngulurlan tangannya dan di sambut dengan uluran tangan pria di sampingku.

"Saya nikahkan putriku Aliza Laura Hardikusuma binti Lendra Hardikusuma dengan Raditya Aldivano Gunawan bin Pramana Gunawan dengan mas kawin seperangkat alat solat di bayar tunai." Papi tampak menghentakkan tangannya sebagai tanda Radit waktu nya menjawab.

"Saya terima nikahnya Aliza Laura Hardikusuma binti Lendra Hardikusuma dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai," jawabnya dengan satu tarikan napas. Kenapa pria ini begitu percaya diri dan tak terlihat mempunyai beban apapun? Padahal dia baru saja menikahi wanita yang tak di kenalnya.

"Bagaimana saksi?" ucap penghulu pada saksi nikahku, baru kusadari ternyata keluarga Marvel berada disini semua. Mereka tampak tersenyum bahagia meski aku tahu mereka pasti masih berduka.

"Sah," ucap para saksi serempak.

Benarkah, benarkah sekarang sepenuhnya aku sudah dimiliki pria di sampingku ini? Sekelebat bayangan Marvel nampak di pikiranku. Membuatku semakin frustasi.

Hari yang tak ku inginkan ini berjalan lebih lambat, sampai akhirnya acara ini pun selesai, bahkan aku sempat tertidur di dalam mobil karna kelelahan.

Aku satu mobil hanya bersama Radit membuat kami diliputi dengan kecanggungan. Jadi aku lebih memilih tidur.

Mataku terbuka saat kurasa ada yang memanggil namaku dan mengelus lembut kepalaku. Aku melihat keadaan sekitar. Dan ini sudah sampai di depan rumahku.

Radit keluar dari mobil dan membukakan pintu untukku keluar. Dia menarik tanganku, dan menggenggamnya.

Tak ada yang perlu di khawatirkan dengannya. Dia baik, tapi entah soal perasaannya. Mungkin sama sepertiku tak ada rasa sedikitpun.

Kami melangkah menuju ke dalam rumah, di dalam kelurgaku dan sahabatku sudah terlebih dulu sampai.

Mereka bangkit dan dan memeberikan selamat untuk yang kesekian kalinya.

Aku memasang senyum palsuku tak ingin membuat kedua orangtuaku kecewa. Aku melihat mereka sangat bahagia atas pernikahanku meski sekaligus meresa sedih karna mungkin setelah ini aku akan tinggal bersama suamiku.

Kamarku yang tadi pagi masih biasa sekarang sudah di sulap menjadi warna putih bersih dengan banyak kelopak bunga mawar yang berserakan terutama di atas ranjang, lilin-lilin kecil dan bau aroma terapi yang membuatku ingin segera terlelap.

Suamiku sudah selesai mandi dan berganti pakaian dengan piamanya. Sementara aku masih bergulat dengan kancing-kancing di punggungku yang sulit ku raih. Manjadi sulit untuk membuka gaun ini.

"Biar aku bantu." Suara bariton itu membuatku menoleh ke arah suaranya. Radit sudah berada di belakangku.

"Tidak, biar aku meminta bantuan temanku saja," ucapku menolak.

"Mereka sudah pulang, sudahlah kau tak usah malu. Kau sudah menjadi istri sah ku. Jadi tak perlu canggung." Pria itu memegang kedua bahuku dari belakang dan memebuka satu per satu rentetan kancing-kancing sialan itu. Tubuhku merasakan hal aneh saat kulitnya bersentuhan dengan kulitku.

"Tubuhmu indah," bisiknya di telingaku. Aku merasakan hembusan napasnya membuat bulu romaku berdiri. Tubuhku bergetar. Tapi segera ku menjaga jarak. Aku belum siap.

"Terima kasih, badanku terasa lengket tidak enak sekali. Aku mau mandi dulu. Permisi," ucapku lalu melangkh ke kamar mandi. Apa-apaan dia? Dia memang bukan om-om. Tapi, tetap saja dia adalah pria mesum. Bagaimana bisa dia melakukan hal ini padaku? Pada wanita yang belum ia kenal, bahkan dalam sehari. Ini gila! Ini membuatku gila!

Saat aku keluar dari kamar mandi kulihat Radit tengah memejamkan matanya, sepertinya dia tertidur. Membuatku merasa sedikit lega. Setidaknya aku bisa melewatkan malam ini dengan sedikit tenang.

Aku berjalan perlahan dan membaringkan tubuhku yang lelah ini, dengan hati-hati. Aku tak ingin membuatnya terbangun. Kubaringkan tubuhku membelakanginya. Tak perlu waktu lama aku bisa membawa diriku berada dalam alam bawah sadarku.

Berharap saat aku terbangun, semua hanya sebuah mimpi buruk saja. Semoga...

Voment nya dong :))

Continue Reading

You'll Also Like

216K 26.9K 78
Kyle Vendros menyamar sebagai pria berpenampilan cupu, dan bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Tak hanya untuk menemukan pengkhianat dalam per...
1.2M 45.1K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
4.7M 59.4K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
44.3M 1.2M 33
"Love is composed of a single soul inhabiting two bodies." Segala sesuatu tidak semudah yang dipikirkan. Ketika dirimu memiliki trauma masa lalu, mis...