Garis Takdir || Lokal || [END...

By Aescha_kimwei

645 236 6

☆★JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA, TINGGALKAN VOTE DAN JUGA KOMENTARNYA★☆ Menceritakan tentang hubungan rumah... More

Prolog
Main Cast
Chapter 1 : Awal yang bahagia
Chapter 2 : Perjodohan
Chapter 3 : Perjodohan II
Chapter 4 : Tak ditakdirkan bersama
Chapter 5 : Kehidupan baru
Chapter 6 : Dicampakkan
Chapter 7 : Tersakiti
Chapter 8 : Hanya pura-pura
Chapter 9: Hubungan lain
Chapter 10 : Cemburu
Chapter 11 : Penentangan
Chapter 13 : Berhasil
Chapter 14 : Tergoda
Chapter 15 : Pelampiasan
Chapter 16 : Kedekatan
Chapter 17 : Manja
Chapter 18 : Tergoda II
Chapter 19 : Bermain-main
Chapter 20 : Tak bisa memilih
Chapter 21 : Tak terkendali
Chapter 22 : Orang yang sama
Chapter 23 : Tak sadar
Chapter 24 : Hanya sebagai pemuas
Chapter 25 : Tak bisa meningalkannya
Chapter 26 : Kabar gembira
Chapter 27 : Sadar
Chapter 28 : Akur
Chapter 29 : Mulai perhatian
Chapter 30 : Menyadari kesalahan
Chapter 31 : Kebahagiaan yang di inginkan
Chapter 32 : Keharmonisan dan cinta

Chapter 12 : Membutuhkan perhatian

22 7 0
By Aescha_kimwei

Sementara itu dikamar, Wulan duduk dilantai bersandar pada kasur sembari menangis.

Setelah mertuanya pulang, Jo lalu pergi ke kamar untuk menghampiri Wulan.

"Wulan," panggil Jo kalem.

Wulan tak menghiraukan Jo dan tetap menangis dalam pangkuan lututnya.

"Huhh, Wulan," panggil Jo lagi seraya duduk di kasur.

"Ckk, apa sih?!" tanyanya kesal.

"Udah gue bilang urus urusan lo sendiri!" ucap Wulan sembari beranjak berdiri.

"Lan, dengerin aku dulu.
Ini demi rumah tangga kita Lan.
Kita seharusnya membangun rumah tangga ini dengan harmonis, dan juga cinta. Bukan dengan cara kamu selingkuh dengan suami orang lain. Apa kata orang-orang nanti Lan?" tanya Jo dengan lembut.

"Lo bisa gak sih enggak peduliin gue?! Harus berapa kali gue bilang?!! Lo pikir gue peduli apa kata orang?!"

"Lan, kamu dan Ireen juga sama-sama perempuan. Ireen juga punya perasaan.
Coba bayangkan, kalau Arsya dan Ireen berhubungan di hadapan mu, apa yang kamu rasakan?" tanya Jo berusaha meyakinkan Wulan.

"JADI LO MAU GUE APA?!! TENTU GUE SAKIT HATI. ARSYA ITU PACAR GUE!"

"Nah, itu yang Ireen juga rasakan. Dia sakit hati melihat suaminya harus berhubungan dengan perempuan lain. Arsya itu suaminya Lan. Kamu harus tau faktanya. Kamu dan Arsya, tak di takdirkan bersama. Sudah ada garis takdir yang menyatukan kedua insan, walaupun tak saling menyukai atau bahkan mencintai, tapi tak ada salahnya kan bisa menerima satu sama lain," jelas Jo meyakinkan Wulan lagi dengan tutur kata yang lembut.

"Hehh, lo gak usah sok bijak ya.
Mau lo ceramah sampai berjam-jam pun gue enggak peduli."

Wulan pun membelakangi Jo dan membuka kancing kemejanya berniat berganti pakaian, namun ia tak sadar jika ada tanda kemerah-merahan di tengkuk lehernya dan Jo dapat melihatnya.

Jo yang melihat itu pun langsung membalik tubuh Wulan menghadapnya.

"APA INI?!" tanya Jo dengan sedikit kasar.

"Akhh, apa-apaan sih lo?!" tanya Wulan tak mengerti.

Jo tak menjawab pertanyaan Wulan dan melepas paksa kemejanya. Nampak bukan hanya pada tengkuk leher saja, di pundak bahkan dada Wulan pun penuh dengan tanda kemerah-merahan.

"Sejauh inikah kalian melakukannya?" tanya Jo tak menyangka.

"Akhh, kalau iya kenapa?!"

"Di mana harga diri mu Lan? Kamu, berhubungan dengan laki-laki lain, yang jelas-jelas bukan suami mu!" ucap Jo sedih.

"Memangnya apa peduli mu?!
Apa kamu mau melakukannya dengan perempuan kotor seperti ku?!! Gue udah berikan semuanya pada Arsya," lirihnya.

"Aku minta sama kamu, MULAI SEKARANG TINGGALKAN ARSYA!!"

Wulan hanya diam tanpa menatap Jo.

"Sudahlah, sebaiknya kamu beristirahat," ucap Jo lelah yang ingin berlalu dari kamar.

"Hikss ... apa gunanya?
Mau aku menjauh darinya sudah terlambat.
Aku sudah memberikan segalanya yang ku miliki pada Arsya," ucap Wulan dengan sedih.

"Tubuhku sudah kotor sekarang😖."

"Huhh, Wulan," panggil Jo lembut sembari menghampiri Wulan.

"Kalau kamu bisa menerima diri ku, maka aku pun juga pasti akan menerima dirimu," ucap Jo duduk di hadapan Wulan.

"Tak peduli bagaimana dirimu, aku akan menerimanya."

"Mudah bagimu untuk mengatakan," lirih Wulan melihat tanda yang ada ditubuhnya.

"Sudah, tak perlu di pikirkan," jawab Jo seraya membawa Wulan berbaring di kasur dan menyelimutinya.

"Kamu ... istirahat lah🙂."

Setelah mengatakannya, Jo pun berniat keluar dari kamar Wulan. Ia akan pergi beristirahat di kamar tamu.

"Kamu pasti sudah membenciku sekarang kan? Kamu harus menikah dengan perempuan yang tak tau malu sepertiku."

"Aku mengerti, kenapa orang tua mu menikahkan mu dengan ku, dari pada menerima Arsya. Karena kamu, memerlukan kasih sayang, bukan bahan pemuas nafsu," ucap Jo tanpa membalikkan badan.

"Aku tegas seperti ini, demi kebaikan kamu juga, Lan."

"Hmm, benarkah seperti itu? Sejak dulu tubuh ini bukan milikku. Aku tak punya kehendak atas tubuh ini," ucapnya dengan isak tangis pelan.

"Sudahlah, ini sudah larut malam. Kamu harus beristirahat," ucap Jo sembari membuka pintu.

"Kalau kamu jijik sama aku, minta cerai aja sana. Siapa juga yang mau sama perempuan yang gak punya harga diri kaya gue."

"Huhhh, kalau menurut mu aku seperti itu, maka sudah dari dulu aku lakukan," jawab Jo sambil menutup pintu dan berlalu ke sofa.

"Sekarang, tidurlah," sambungnya sambil membaringkan dirinya di sofa.

"Aku tau kamu sedari tadi berusaha mencegah ku keluar," ucapnya dengan mata tertutup.

"Kenapa kamu yakin seperti itu?"

"Semua perempuan sama saja, jika mereka selalu memberikan pertanyaan atau mengajak lawan bicaranya saat akan keluar dari kamar, itu tandanya dia tak mau kalau orang itu pergi dari kamar," ucap Jo berusaha untuk tidur.

"Sok tau lo," ucap Wulan kembali merubah cara bicaranya.

"Ckk, ya sudah, kalau begitu aku keluar saja," jawab Jo kembali bangun dan berlalu ke pintu.

"Dasar pengecut," ucapnya pelan.

Jo tak menghiraukan Wulan dan berlalu keluar dari kamar.

Wulan yang melihatnya pun memakai kemejanya asal dan mengejar Jo ke kamar belakang.

Wulan hanya berdiri didepan pintu tanpa ada niatan mengetuk pintu ataupun masuk.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Jo dari belakang Wulan sambil membawa segelas kopi.

Wulan yang mendengarkan suara Jo dari belakangnya pun terlonjak kaget membalik tubuhnya hingga menabrak pintu yang ada dibelakangnya.

"Kenapa kaget gitu? Kaya habis liat hantu aja," ucap Jo seraya tertawa kecil.

"It-itu...."

Wulan hanya tergagap salah tingkah.

"Awas, aku mau masuk," sahut Jo yang kemudian menghalau Wulan dari depan pintu kamar.

"En-enggak mau."

"Ckk, aku bilang awas. Aku mau masuk," ucap Jo berusaha masuk.

"Ya udah kalo gitu aku mau disini juga," ucap Wulan keras kepala dan langsung masuk ke kamar.

"Ehhh, Lan? Kamu ngapain sih di sini? Sana ke kamar mu."

"Enggak mau," jawab Wulan langsung saja duduk dilantai tanpa memperdulikan Jo.

"Jangan bilang kalau?"

"Apa?😒"

"Kalau kamu takut tidur sendirian di kamar mu," jawab Jo sambil berjongkok di hadapan Wulan dengan ucapan mengejek.

Wulan hanya terdiam sambil mengalihkan pandangannya dari Jo.

"Huhh, ya sudah, kamu tidur di kasur sana. Mau sampai kapan kamu duduk di lantai?" tanya Jo yang berlalu ke sofa dan membuka laptopnya untuk mengerjakan beberapa pekerjaannya.

Wulan akhirnya menyerah dan berbaring di kasur membelakangi Jo.

Jo hanya tertawa pelan melihat Wulan yang sepertinya menurutnya mulai ingin ia perhatikan.

Jo pun lalu mengerjakan beberapa pekerjaannya dan menyelesaikannya malam itu juga. Setelah selesai, Jo pun langsung membaringkan tubuhnya di sofa.

Wulan yang melihat Jo sudah tertidur pun diam-diam mendekati Jo untuk menyelimutinya.

"Tau dingin, tidur enggak pake selimut," omelnya pelan sembari menyelimuti Jo.

Setelahnya, Wulan pun kembali ke kasur dan akan pergi tidur juga. Selang beberapa saat kemudian, ia pun tertidur.

Keesokan harinya, Jo seperti biasa bangun awal. Ia baru menyadari kalau ia semalam tidur tanpa selimut, tapi entah kenapa ia tiba-tiba saja terselimuti. Jo lalu menatap Wulan yang masih tidur. Setelahnya, ia pun berlalu dari kamar beberapa saat sebelum ia kembali lagi.

Jo pun kembali ke kamar dengan membawakan sarapan untuk Wulan. Jo menghampiri Wulan dan membangunkannya.

"Lan, udah pagi nih, apa kamu tak pergi ke kantor?" tanyanya.

"Ehmm, enggak, aku mau cuti," ucapnya masih memejamkan mata.

"Setidaknya bangun dan sarapan," jawab Jo sembari mengambil sarapan yang ia bawa tadi dan meletakkannya di kasur.

"Kamu bisa masak?" tanya Wulan dengan setengah sadar.

"Ya, tentu saja."

"Ehmm, selamat makan," ucap Wulan yang kemudian mulai memakan sarapannya dengan lahap.

"😅Kalau makan, pelan-pelan, jangan belepotan gini," ucap Jo mengelap samping bibir Wulan.

"Ah, maaf, aku tak bermaksud menyentuhmu. Aku tau kamu pasti tak menyukainya."

"Ti-tidak juga😅.
Aku tak membencinya," ucapnya pelan sembari mengalihkan pandangannya dan melanjutkan sarapannya.

"Y-ya sudah, kamu habiskan sarapannya. Aku akan bersiap-siap untuk ke kantor," jawab Jo yang kemudian berlalu ke lemarinya untuk mengambil kemeja juga jasnya.

"Ehmm, ya sudah," lirihnya sedih.

"👀Kamu kenapa murung gitu?" tanya Jo sembari menutup lemarinya.

"Eee, itu, ak-aku...."

Jo pun lalu menatap Wulan lirih."

"Kenapa menatapku seperti itu? Kamu kasihan? Aku menyedihkan ya?" tanya Wulan beruntun dengan sedih.

"Entah hanya perasaan ku saja, sepertinya kamu ingin hari ini aku tak pergi ke kantor," jawab Jo yang hendak mengenakan jasnya, tapi tak jadi.

"Kalau iya kenapa memangnya?" tanyanya pelan namun masih terdengar oleh Jo.

Jo pun lalu menelpon sekretarisnya dan memintanya datang ke rumah untuk mengambil dokumen yang sudah ia kerjakan dan tanda tangani. Setelah itu, Jo mengganti pakaiannya kembali kemudian menunggu sekretarisnya di ruang tengah dengan membawa beberapa dokumen.

TBC
#11 November 2023

Continue Reading

You'll Also Like

My Fault By Jelly

Teen Fiction

2.7K 288 45
Bagas Baswara, lelaki tampan yang menyungkai olahraga basket. Hidupnya yang sebelumnya damai berubah menjadi suram. Bagas menghamili seorang gadis, V...
1.4M 115K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
2.4M 108K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
2.5M 31.3K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...