HER LIFE - END (OTW TERBIT)

By ay_ayinnn

4.9M 264K 16.9K

Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarg... More

Baca dulu beb
PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
PART 56
JUST FOR FUN BEB!
PART 57 (END)

PART 11

102K 5.1K 29
By ay_ayinnn

Setelah mendapat chat dari Gavin, seluruh temannya langsung menuju ke lokasi yang disuruh. Sebuah cafe besar, unik, dengan menggunakan gaya mafia.

Cafe ini ramai, makannya Gavin memilih tempat VIP untuk membahas hal penting dengan keempat temannya. Gavin itu orang terpandang, bisa hancur imagenya kalau bahas masalah sensitif di depan publik.

"Udah ketemu?" Tanya Gavin menatap tajam keempat orang itu.

"Susah banget cok. Lagian Jakarta tuh luas. Kenapa cuma kita sih yang lo suruh?"

"Tanggung jawab kita, Vel. Masalah ini kita yang mulai, makannya Gavin mau kita juga yang nyelesein," Ucap Farel diangguki Marvel.

"Emang kalian yakin dia masih di Jakarta?" Tanya Alex kemudian. "Gak ada yang tahu kan? Mungkin aja dia pindah kemana gitu."

Farel mengangkat bahu sebagai tanda tak tahu. Sedangkan Juna malah menggulung bibir karena tak yakin kalau gadis itu pergi keluar Jakarta, apalagi Indonesia. Tapi tidak menutup kemungkinan juga sih kalau dia pergi keluar Indonesia.

"Gak mungkin dia pergi ke luar Jakarta," Jawab Gavin. Perasaannya mengatakan kalau Vanya gak bakal bisa jauh dari sini.

"Kenapa kita gak cari tahu tentang keluarganya dulu?" Juna mengusulkan sebuah ide.

"Gue setuju sih," Sahut Farel.

"Cari tahu gimana? Acel aja gak tahu keluarganya siapa," Kata Alex menyesap vape.

"Tanya pihak sekolah lah. Susah banget cari info kecil gini," Ucap Marvel dengan percaya diri.

Brak!

Farel spontan menggebrak meja yang ada di tengah-tengah mereka. Semua melonjak kaget kecuali Gavin. Dia kaget, tapi berusaha agar tetap cool.

"Asu," Celetuk Marvel melirik sinis Farel yang duduk di sebelahnya.

"Arsip sekolah cok! Ayo sekarang kita ke SMA!" Ucap Farel semangat, mengabaikan Marvel. Biasa, baru dapat pencerahan makannya semangat.

"Gue kok gak yakin ya, pihak sekolah mau kasih info ke kita?" Gumam Alex menggaruk-garuk dahi.

"Gue juga mikir gitu Lex," Lanjut Juna yang sedari tadi diam. "Inget, kalo bukan karena uang, kita udah di DO sama tuh SMA."

Marvel mengangguk membenarkan apa yang Juna ucapkan. Pasti pihak sekolah gak semudah itu mau kasih informasi tentang salah satu muridnya. Apalagi yang minta informasi modelan Gavin dan teman-temannya.

"Oh gue tahu," Akhirnya otak Marvel jalan.

"Jangan aneh-aneh," Ucap Juna ragu dengan ide yang akan Marvel berikan.

"Kagak. Kita minta tolong aja ke Acel. Pasti pihak sekolah mau kasih tahu tentang keluarga Vanya ke dia." Yang lain refleks melotot ke arah Marvel.

"Gila kali ya minta tolong ke Macannya Farel?" Ucap Alex.

"Tapi bisa gak sih? Cuma ya, gue gak yakin dia mau bantu kita," Celetuk Farel.

Cklek...

"Apa nih? Kok kayak lagi ngomongin gue?" Seseorang masuk ke dalam ruangan privat ber-ac itu.

"Loh sayang? Kok disini," Demi apapun Farel kaget mengetahui pacarnya bakal datang kesini.

Farel beranjak lalu mendekati pacarnya. Dibawa lah Acel menuju ketempat dimana kursinya tadi berada. Paham akan situasi, yang lain juga mengubah posisi duduk hingga Farel bisa duduk bersebelahan dengan ceweknya.

"Lo mau ngomong apa, Vin? Cepetan waktu gue gak banyak." Ucap Acel menatap Gavin serius.

"Bantu gue buat cari tahu tentang keluarganya Vanya." Jawab Gavin tanpa bertele-tele.

Acel tertawa remeh. Setelah kejadian-kejadian di masa lalu, sekarang Gavin menyuruhnya untuk bantu dia mencari keberadaan Vanya? Gadis yang dulu dia bully habis-habisan? Sinting.

"Kenapa harus gue?" Tanya Acel santai.

"Cuma lo yang bisa bantu gue, Cel. Gue janji bakal temuin dia asal lo mau bantu gue cari keluarganya."

"Gue makin mempermudah lo gak sih?" Acel berkerut kening. "Secara kalo gue bantuin lo cari keluarganya Vanya, otomatis lo bakal cepet ketemu dia."

"Cel gue mohon..." Akhirnya Gavin memohon.

Bukan putus asa, tapi Gavin benar-benar tidak tahu harus cari kemana. Saking tidak tahunya, keempat temannya pun mencari Vanya di kampung-kampung pinggiran. Itupun tidak ketemu.

"Lo bener Gavin?" Tanya Acel memastikan, Gavin mengangguk. "Sejak kapan seorang Gavin kayak gini?"

Gavin diam, "Sejak gue bertekad mau cari Vanya."

"Jadi beneran nih lo mau cari dia? Bakal lo perjuangin gak? Atau cuma sekadar cari aja terus udah?"

"Buat yang itu gue masih belum tahu."

"Damn. Gak jelas lo jadi cowok. Pengecut tau gak?!" Sentak Acel kesal dengan jawaban Gavin.

"Cel, lo gak kasian apa sama kita? Jangan kita deh, coba lo lihat pacar lo. Dia dari kemarin nggak ada waktu berduaan sama lo karena masalah ini," Ucap Marvel beralasan.

Acel memutar kedua bola mata malas. Semua laki-laki ini memang nyusahin. Bahkan Farel selaku pacarnya juga nggak ada gunanya sama sekali.

"Marvel denger ya! Jangan bawa-bawa hubungan gue sama Farel di masalah ini. Intinya aja deh, kalian masih sanggup gak cari Vanya?" Ucap Acel menatap mereka semua datar.

"Kalo gak sanggup, biar gue yang maju sendiri buat cari sahabat gue," Lanjutnya sambil berdiri berdiri.

Acel mengambil tas selempang-nya di atas meja. Merasa tak ada jawaban dari mereka, Acel memutuskan pergi.

"Kalian itu emang definisi sekali brengsek ya tetep brengsek! Gak ada gunanya!" Cibir Acel berjalan keluar dari ruangan.

Kelima laki-laki itu mendesah kesal. Bukan kesal kepada Acel, mereka kesal dengan diri mereka masing-masing.

"Sekarang gimana???" Bingung Marvel memegang kening seperti orang pusing.

"Nggak ada cara lain. Kita harus ke SMA buat tanya tentang keluarga Vanya," Final Farel.

"Lo yakin pihak sekolah bakal kasih tahu tentang itu ke kita?" Tanya Juna.

"Berdoa aja lah, semoga guru kesiswaan udah ganti," Kata Alex.

"Agrhh!!! Tahu gini dulu gue tanggung jawab anjing!" Gavin berjalan keluar menuju parkiran. Hal itu disusul oleh teman-temannya.

•••••

SMA Euphoria.

"Ya allah... Ini kalian? Udah gede-gede banget," Ucap guru kesiswaan itu.

Sekarang mereka sudah berada di ruang kesiswaan SMA Euphoria. Bahkan telah dipersilahkan duduk oleh guru tersebut. Sayangnya, guru kesiswaan itu masih sama seperti 5 tahun lalu, Bu Susi

"Yoi, Bu! Gimana? Makin ganteng kan?" Jawab Marvel membenarkan anak rambut.

"Iya sih. Selain makin ganteng, kamu juga makin tua!" Cengir Bu Susi dipelototi Marvel.

Tawa Alex tersembur. Diluar nalar Bu Susi bakal bilang gitu. Tak lama, Gavin berdehem. Laki-laki itu masih sama dengan 5 tahun yang lalu, dingin, cuek, malas bicara.

"Weh, Gavin astaga... Ibu pangling loh sama kamu. Gimana kabarnya? Mama sehat kan?" Tanya Bu Susi beralih kepada Gavin.

"Bu, tujuan saya kesini mau mencari informasi tentang seseorang," Ucap Gavin mengabaikan basa-basi busuk itu.

Kening Bu Susi berkerut, "Vin? Sejak kapan kamu serius gini?"

Benar-benar menyebalkan guru satu ini. Gavin memejamkan mata kesal, dia harus bisa meredam amarah di depan Bu Susi. Coba kalau gak lagi butuh, gak perlu dia pakai redam-redaman segala.

"Em, Bu, kami kesini mau ngelihat arsip mengenai siswi yang di DO 5 tahun lalu. Angkatan kita, Ibu inget gak?" Sela Farel. Dia merasa Gavin sudah tak bisa sesabar itu menghadapi Bu Susi.

"Hah? Siapa? Cewek apa cowok?" Tanya Bu Susi berkerut kening. Dia juga manusia yang mempunyai kapasitas otak.

"Cewek," Jawab Juna.

"Yang di DO karena hamil itu?" Tanya Bu Susi lagi membuat kelima laki-laki itu kebingungan.

"Sebentar, hamil?" Tanya Gavin memastikan.

Bu Susi mengangguk ragu, "Seingat saya di angkatan kalian itu ada yang mengundurkan diri dari sekolah karena hamil diluar nikah."

"Ibu yakin kasusnya hamil sama mengundurkan diri? Yang trend waktu itu dia di DO loh karena gak masuk sekolah selama 2 minggu," Farel menjabarkan kasus yang mereka dan teman-teman satu angkatan mereka tahu.

"Memang kenapa kalian mau ngelihat arsip anak itu?" Tanya Bu Susi mulai serius. "Setahu saya kalian nggak ada waktu buat ngurusin hal beginian."

"Enggak! Kata siapa? Kita ada waktu nih buat ngurusin hal begituan," Ceplos Marvel.

Terdengar helaan nafas dari Bu Susi. Dia sebenarnya harus bisa menjaga profil para murid. Namun ia yakin kelima laki-laki itu akan memaksa sampai puas dengan apa yang mereka inginkan.

"Sebentar, saya cari dulu arsip murid lima tahun lalu," Bu Susi beranjak lalu berjalan menuju ke tempat lemari besar.

Di sana terlihat banyak sekali kertas, buku, dan beberapa atk. Gavin sangat yakin kalau arsip angkatan mereka ada diantara tumpukan-tumpukan kertas dan buku itu.

Lima belas menit berlalu.

"Ini ketemu," Ucap Bu Susi mengangkat sebuah buku tebal berisi profil murid yang seangkatan dengan Gavin dan teman-teman.

Dibawa lah buku itu kepada kelima orang itu. Bu Susi membuka lembar demi lembar kertasnya.

"Namanya, Vanya kan?" Tebaknya masih membuka lembaran-lembaran kertas buku tersebut.

"PAS BANGET!" Marvel menepuk tangannya.

"BENER BU!" Sahut Farel mendapat lampu ijo.

"Jadi sebenernya Vanya nggak di DO?" Tanya Gavin sambil menunggu Bu Susi menemukan profil tentang gadis itu.

Bu Susi mengangguk sebagai jawaban, "Dulu itu Vanya sempat mau di DO karena gak masuk sekolah lebih dari 2 minggu. Tapi bagusnya, belum genap 2 minggu Vanya gak masuk sekolah, Papanya datang."

"Papanya bilang kalau Vanya mau mengundurkan diri dari SMA ini. Awalnya kita sempet tahan karena Vanya siswi berbakat. Dia suka ikut olimpiade sampai juara nasional kan? Sayang aja gitu kalau anaknya mengundurkan diri. Tapi ternyata, cerita Papanya ngebuat kita gak bisa lagi menahan Vanya agar tetap melanjutkan sekolah disini." Bu Susi sengaja menghentikan ceritanya.

"Karena dia hamil?" Tanya Gavin, lagi-lagi Bu Susi mengangguk.

"Nah ini dia," Bu Susi mengangkat buku itu agar tulisannya bisa beliau baca.

"Disini tertulis, Lavanya Onella Zayden adalah putri tunggal dari tuan Charles Zayden dan nyonya Clarabell Zayden," Lanjut Bu Susi menaruh buku itu dihadapan mereka berlima.

Shock.

Satu kata yang menggambarkan kelima laki-laki itu. Charles Zayden adalah orang pemilik hotel terkenal di seluruh Indonesia. Bahkan hotelnya terakreditasi hotel bintang lima yang sering dipakai untuk orang terkenal bermalam.

"I-ibu yakin ini biodata Vanya?" Tanya Marvel gagap. Dia benar-benar tidak mempercayai ini.

"Ibu salah kali. V-vanya nggak mungkin..." Lanjut Alex sampai tak bisa melanjutkan kata-katanya. Sedangkan Gavin dan Farel hanya diam memikirkan fakta yang barusan mereka dapat.

"Memangnya kenapa? Kok kalian kaget gitu?" Tanya Bu Susi berkerut kening.

"Bukannya Vanya anak beasiswa?" Ucap Farel linglung.

Sepertinya Bu Susi paham dengan ekspresi mereka saat ini, "Dia bukan anak beasiswa. Keluarganya meminta kami para guru untuk merahasiakan identitas Vanya karena permintaan dari Vanya sendiri."

"Udah gue duga," Lirih Juna langsung ditatap oleh orang-orang itu.

"Maksud lo?" Tanya Gavin.

"Kita main logika aja. Kalau Vanya anak beasiswa, pasti dulu dia sering di panggil ke ruang BK buat ngurus sesuatu kayak Acel waktu itu," Ucap Juna baru ngeh sekarang.

"Tapi Vanya gak pernah ngurus-ngurus begituan karena selalu kita panggil dan kita...." Lanjutnya terpotong sebab tak etis membicarakan hal itu dihadapan Bu Susi.






Bersambung.

Gosh, capekkk bgt mikirin ini part. Semoga kalian suka.

Mau vote sebanyak-banyaknya!!!

25 10 23

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 399K 71
(Belum di revisi) Apa yang kalian pikirkan tentang Rumah sakit jiwa mungkin kalian pikir itu adalah tempat penampungan orang gila? Iya itu benar aku...
29K 753 13
"Bani!!! kamu tega beneran tinggalin aku?"tanya si gadis dengan cemberut dan mata berkaca-kacanya, mau menangis. Seorang cowok bernama Bani itu meng...
1.2M 126K 52
[LENGKAP!] "Ka-kamu bukannya cantik, kenapa suka sama saya?" "Isi dompet." "Ha?" "Iya, isi dompet abang tebel, kartunya no limit semua lagi hihi." "A...
12.7K 332 50
TERJEMAHAN DARI NOVEL THE HUSKY AND HIS WIFE CAT SHIZUN. PENULIS/KARYA:meatbun doesn't eat meat Mo Ran merasa bahwa mengambil Chu Wanning sebagai tu...