KKN 110

By Elsabet09

146K 12.4K 4.3K

Sebenernya KKN itu apa sih? Kuliah Kerja Nyata? Kenalan Ketemuan Ngilang? Kisah Kasih Nyata? atau Kejebak Ken... More

0.0 UDARA⭐
1.1 Pengumuman
1.2 Kesan Pertama
1.3 Survei
1.4 KKN, is begin?
1.5 Kekuatan Doa
1.6 Hari Pertama Kerja
1.7 Traktiran Januar
1.8 Kedatangan Tamu
1.9 Cerita Malam
2.0 Posyandu
2.1 Free Day
2.1.1 Asing
2.2 Hari Sendu
2.2.1 Haidar dan Dhisti
2.3 FGD
2.4 Dejavu
2.4.1 Agenda Malam
2.5 Rukun Tetangga
2.6.1 Sosialisasi
2.6.2 Who dis?
2.7 Hari Raya
2.8 TTS
2.9 Accident
2.9.1 Girls Talk
2.9.2 Rapat
3.0 Posbindu
3.1 Guest Star
3.1.1 Cilok or Cinlok
3.2 Sakit
3.3 Minggu Kerja
3.4 Ada apa?
3.4.1 Makan Siang
3.4.2 The Truth Untold
3.5 Invisible
3.6 Yang Tak Terucap
3.7 Calon Mantu
3.8 Pasar Malam
3.9 K-Fest
4.0 Sepenggal Cerita Hari Ini
4.1 Diskusi & KRS
4.2 Grocery Shopping
4.3 Gladi Bersih

2.6 Nervous

2.5K 240 84
By Elsabet09

Love sekebon pokoknya mah❤️❤️❤️

****

Dhisti
Assalamu'alaikum wr.wb. Selamat malam pak Jinan, maaf menganggu. Saya ingin bertanya tentang proker saya, apa bapak ada waktu?

Pak Jinan Dosen
Wa'alaikumslm, mau tny ap dhis..?

Dhisti
Begini pak, besok kebetulan proker saya akan dilaksanakan, sebenernya ini dadakan sih pak karena awalnya akan dilakanakan hari sabtu tapi tiba-tiba dari ibu PKK menghendaki untuk dimajukan besok. Kalau tidak keberatan apakah bapak bisa mereview materi yang akan saya sampaikan besok. karena jujur saya takut ada materi yang kurang atau tidak relevan.

Pak Jinan Dosen
proker km mmangnya ttg apa jadiny..? msih yg digital marketing itu..??

Dhisti
iya pak

Pak Jinan Dosen
cba kirim ke sy materinya,,

Dhisti
📂BISMILLAH-PPTDIGMARKKN.pptx

Pak Jinan Dosen
sbntr sy baca dlu yh,,

Dhisti
Oke pak

Pak Jinan Dosen
Mnrut sy sdh lngkp, tinggl nnti di pnjlasannya di tekanin sj soal urgensi knpa hrus pkai DigMar di umkm saat ini. Trus klo bsa ditmbhin cnth nyata umkm yg sukses dgn pemasaran digmar. Bsa dicari di ig, tiktok, a/ disktr km psti bnyk,,
Oh y itu untk bbrpa slide terakhir itu mksdny gmna kok tbtb ada bbrapa resep mkanan ringan..???

Dhisti
Baik pak.
Untuk 3 slide terakhir itu saya menambahkan beberapa resep makanan ringan yang sekiranya bisa menjadi ide jualan buat masyarakat yg punya niat jualan makanan ringan atau juga bisa untuk dipraktekkan sendiri di rumah. Karna kebetulan proker saya berkolaborasi dengan proker Nadhif, dia yang akan menghandle ttg sosial media / e-commerce untuk berjualan. Dia juga akan membagikan booklet yang berisi resep-resep makanan ringan yang kekinian siapa tau masyarakat disini mau mencoba berkreasi.

Pak Jinan Dosen
Oh bgtu,,,

Dhisti
Kalau bapak tidak keberatan / ada kegiatan besok bisa datang ke pelaksanaan proker saya pak.

Pak Jinan Dosen
Waduchh,, mf bsok jdwal sy padet. bsok sy ada rpat dgn kaprodi & lanjut ada meeting dgn investor jd kmnungkinan blum bisa ksana..

Dhisti
Sibuk banget ya pak keliatannya😃

Pak Jinan Dosen
mklum CEO yg mrngkap jd dosen soalny, hhhhhh,,,,,

Dhisti
Iya deh siap pak CEO

Pak Jinan Dosen
hheheheh,,,lain X sy insyallah akn dtang. Yg blum prokernya syp sj?

Dhisti
Proker Aji dan Gauri pak.

Pak Jinan Dosen
Owh klo gtu sy akn ushakan dtg diantra 2 proker itu, kbarin sj wktunya kpn yh...klo longgr sy kesna

Dhisti
Baik pak Jinan. Terima kasih juga untuk arahannya🙏

Pak Jinan Dosen
Smsm. Smga lncr y bsok...👍👍👍

****


Sejak tadi malam Dhisti sudah deg-degan parah dan hampir tidak bisa tidur karena rasa gugup yang sudah melandanya. Sejak bertukar pesan dengan pak Jinan semalam dia harus segera merevisi power point yang akan digunakannya untuk sosialisasi hari ini.

Semalam dia memutuskan untuk tidak ikut ke acara 100 harian tetangga bu Aya dan memilih di posko bersama Naura yang matanya masih sakit. Tadi malam Dhisti sudah menawarkan untuk mengantar Naura ke dokter atau bidan di sekitar sana tapi Naura belum mau karena dia sudah meminta tetes mata pada Gauri dan pikirnya akan sembuh sendiri nantinya. Yasudah Dhisti tidak mau memaksa.

Jadinya tadi malam dia hanya menyusun naskah & belajar presentasi supaya nantinya tidak gagap kalau berbicara di depan banyak orang.

Dia itu orangnya demam panggung. Tidak biasa jadi pusat perhatian. Kalau mau presentasi harus menyusun naskah supaya dia tidak ngeblank dan tahu apa saja yang akan di sampaikan. Apalagi dia kadang suka belibet sendiri kalau ngomong.

Mumpung posko juga sepi jadi dia bisa belajar dengan tenang. Naura sendiri di titah Dhisti untuk menjadi audiens ceritanya. Sesekali Naura juga memberi arahan supaya bicara Dhisti tidak terlalu kaku.

Pagi ini pun sejak subuh Dhisti sudah sibuk dengan laptop miliknya untuk memperdalam materi yang akan disampaikannya. Dia benar-benar tidur dengan tidak nyenyak. Karena membayangkan hari ini terus.

"Nih minum" Nadhif memberikan 1 gelas teh yang kepada Dhisti.

"Thanks."

"Dibawa santai aja Dhis, bayangin aja audiensnya temen-temen lo. Kayak pas presentasi di kampus biasanya aja" ucap Nadhif mencoba memberi ketenangan pada Dhisti.

Dhisti mengalihkan pandangannya dari laptop, "Lo emang enggak nervous, Na?" tanyanya.

"Ya nervous, tapi gue enggak ambil pusing sih. Bawa santai aja. Nanti kalau makin nervous malah ngeblank gatau mau ngomong apa malah kacau" tutur Nadhif setelah menyeruput tehnya.

Mereka sedang berada di ruang tamu dengan lampu yang sedikit remang-remang karena memang di ruang tamu lampunya tidak seterang di ruang TV. Di pojok ruangan ada Aji, Januar, dan Samuel yang masih tidur setelah sholat subuh. Sedangkan Haidar sedang setoran di kamar mandi.

"Bener juga sih, tapi tetep aja gue gugup banget. Pokoknya entar kalo gue belibet atau salah ngomong lo backing ya di belakang" kata Dhisti yang sesungguhnya sudah lelah menatap layar laptopnya dari tadi.

"Aman, selama ada gue tenang aja. Proker kita pasti sukses" ujar Nadhif memberi afirmasi pada dirinya sendiri dan Dhisti.

"Pagi-pagi udah berduaan aja. Awas yang ketiganya setan" ucap Haidar tiba-tiba yang muncul dari dalam ruang TV membawa secangkir kopi.

Dhisti dan Nadhif menoleh pada sumber suara itu.

"Lah, lo kan setannya" sahut Nadhif.

Haidar mengambil tempat di samping Dhisti, "Anjing lo. Pada ngapain sih mukanya serius amat?"

"Lo enggak liat nih gue ngapain?" ujar Dhisti agak sewot dengan memperlihatkan laptopnya yang menampilkan slide power pointnya.

"Busett, santai buk. Masih pagi jangan emosi" Haidar menahan tangan Dhisti yang akan mendekatkan laptopnya pada muka Haidar.

"Muka lo bikin emosi soalnya, Dar" celetuk Nadhif membuat yang diledek mengumpatinya.

"Bacot lo buaya."

Plak

"Masih pagi ngomong kotor mulu, belum pernah kena jepret karet nasi uduk ya mulut lo" tukas Dhisti setelah menabok mulut Haidar.

Haidar nampak kaget, "Anjing, masih pagi udah KDRT aja," tukasnya yang membuat Dhisti ingin menaboknya lagi.

"Mau lagi hah?" ancam Dhisti.

Haidar reflek menghindar, "Eh iya-iya kagak. Sensi amat, lagi mens lu?"

Dipikir-pikir kenapa juga ya Dhisti bisa se-sensi ini pagi ini. Sepertinya dia beneran mau datang bulan. Dari tadi juga bawaanya uring-uringan.

"Kagak mens gue. Tapi bentar lagi paling" jawab Dhisti seraya kembali menatap laptopnya. Dia mau coba belajar satu kali lagi sebelum menutup laptopnya dan lanjut bersih-bersih.

"Masih belajar aja. Dari semalem kan udah belajar, tadi juga udah. Jangan rajin-rajin napa. Asal lo paham sama materi yang bakal lo sampein bakal lancar dah tu proker gue yakin" kicau Haidar yang membuat konsentrasi Dhisti buyar.

"Berisik lo. Gue mau belajar sekali lagi doang abis itu udah gamau belajar lagi" terang Dhisti.

Haidar memilih diam dan tidak mau menganggu Dhisti. Sepertinya lagi mode senggol bacok dia. Nadhif juga tengah berkutat dengan ponselnya, sepertinya juga lagi belajar. Soalnya Haidar perhatikan mulutnya kadang berkomat-kamit seperti baca mantra. Mbah dukun kali ah.
Dia sedang berkomat-kamit menghafal materi.

Dia memilih beranjak ke teras depan seraya membawa kopinya yang masih sisa setengah.

Suasana pagi di desa itu selalu membuatnya tenang. Kabut dan embun di pagi hari jarang sekali dia melihatnya, soalnya dia suka bangun siang.

***

Kirana, Yeshika, Lita sudah berkutat di dapur untuk mempersiapkan sarapan. Dhisti di kamar sedang belajar, lagi. Naura lagi mandi sekaligus nyuci baju. Sedangkan Gauri memilih nyapu halaman posko yang dipenuhi daun belimbing yang berguguran. Di depan posko mereka memang terdapat pohon belimbing yang lumayan sudah tinggi. Setiap hari daunnya juga berguguran.

Sementara para lelaki tadi di mintai tolong untuk membantu membersihkan saluran irigasi di ujung jalan posko mereka. Dimana saluran irigasi itu juga terhubung dengan sawah yang memang ada di dekat posko mereka.

Katanya ada dahan pohon yang lumayan besar jatuh ke saluran irigasi sehingga menghambat laju air yang mengalir. Hanya beberapa warga sekitar posko yang membantu disana karena hari ini bukan hari kerja bakti bersih desa, makanya pak Bangkit yang rumahnya tak jauh dari posko meminta bantuan ke anak-anak KKN.

"Kok udah pulang lo berdua? yang lain mana?" tanya Gauri pada Samuel dan Aji.

"Gue kebelet berak, si Aji tangannya luka itu enggak sengaja kena ranting. Tolong obatin ya, Gau. Gue ke kamar mandi dulu," ucap Samuel cepat karena sudah tidak tahan, lalu meninggalkan kedua temannya itu di halaman.

Sebelum berangkat KKN Samuel memang menitah Gauri untuk membawa beberapa obat-obatan dan peralatan P3K karena Gauri sendiri merupakan anak jurusan kesehatan masyarakat.

Gauri menatap Aji dengan tak minat, "cuci dulu tangan lo, gue ambil kotak obat dulu" ujarnya lalu beranjak masuk ke dalam posko lebih dulu.

Tanpa membantah, Aji segera melakukan apa yang Gauri perintahkan. Dia menuju mushola untuk mencuci kaki dan tangannya karena lebih dekat dengan tempatnya berdiri.

Aji sudah menunggu di ruang tamu saat Gauri menghampirinya. Gauri langsung duduk lesehan di lantai, sedangkan Aji duduk di kursi. Sudah kaya pembantu dan bos saja.

"Siniin tangan lo" perintah Gauri setelah membuka perlengkapan P3K.

Sebenarnya Aji bisa mengobati lukanya sendiri, walaupun pakai tangan kiri, karena yang luka adalah telapak tangan kanannya. Namun karena Gauri mau mengobatinya dia tidak ingin menyiayiakan kesempatan itu. Selama KKN ini kan dia jarang memiliki waktu berdua dengan Gauri.

Dengan telaten Gauri membersihkan lukanya dengan anti septic sambil meniup pelan telapak tangan yang diobatinya itu.

"Jangan di perban, pake plester aja" request Aji seraya memperhatikan Gauri.

"Bawel lo" sahut Gauri tanpa mengalihkan pandangannya.

Hanya ada keheningan diantara mereka. Tidak ada yang membuka suara.

"Maaf" ucap Aji tiba-tiba yang sedikit mengejutkan Gauri sampai dirinya berhenti bergerak.

Aji masih memperhatikan gadis di depannya itu dengan tatapan yang dalam. Namun yang diperhatikan nampak acuh dan lebih fokus mengolesi obat luka untuknya.

"Selesai" ucap Gauri setelah menempelkan plester di telapak tangan Aji yang lebar itu. Lalu beranjak membereskan peralatan yang dibawanya tadi dan bergegas masuk kembali ke kamar tanpa mengindahkan perkataan Aji tadi.

"Makasih," ucap Aji sembari menahan tangan Gauri.

Gauri mengangguk sebagai balasan lalu melepaskan tangan yang menahannya. Dia bergegas meninggalkan Aji yang masih di posisinya.

Aji menyenderkan kepalanya ke belakang kursi yang di dudukinya. Dia memperhatikan telapak tangannya yang ditempeli plester itu.

Ada sedikit senyuman yang tersungging di bibirnya.

***

Kelima laki-laki KKN 110 pulang membawa ember yang berisi belut yang mereka tangkap di sawah. Kata bapak-bapak yang ikut kerja bakti bersama mereka tadi di sawah banyak belut. Makanya pak Bangkit mengajak anak KKN menangkap belut. Kan lumayan buat lauk untuk sarapan.

Awalnya Raihan menolak soalnya takut dengan hewan licin itu. Takut di patil, dikira lele kali.

Namun dengan semangat 45 Haidar dan Nadhif berani nyemplung ke sawah dan menangkap belut-belut itu.

Mana masih pagi kan jadi healing tersendiri buat mereka. Apalagi bagi Nadhif yang akan melaksanakan prokernya. Bisa melupakan sejenak bebannya.

Setelah di obati Gauri tadi, Aji tidak kembali ke tempat kerja bakti. Dia memilih mengganggu Dhisti.

Sebel dia lihat Dhisti belajar terus. Kaya orang pinter aja.

"Aaa belutnya lompat-lompat" teriak Lita heboh melihat belut yang sedang melakukan akrobat. Memang bisa? Saya juga gatau.

"Eh ini bunuhnya gimana?" tanya Yeshika yang sebelumnya juga tidak tahu bagaimana cara membuat hewan licin itu harus meninggalkan dunia ini selama-lamanya.

Dia soalnya cuma pernah makan doang, itu pun dalam bentuk kripik yang diberikan pacarnya setelah pergi ke jogja.

"Perlu disembelih satu-satu?" imbuh Kirana yang juga sama cluelessnya.

"Bukannya kaya lele ya? Dikasih garam gitu biar pada mabok dulu dan mati sendiri. Terus kalau udah tinggal kita bersihin" sahut Naura. Kayaknya dia dulu pernah dengar teori membunuh belut yang kaya gitu deh, tapi lupa dari siapa.

"Beneran? Bukannya itu namanya penyiksaan?" Gauri seperti tak yakin.

"Buka google deh coba. Jangan kaya orang purba. Punya Hp aja smart masak yang punya kagak smart," seloroh Januar.

Nadhif segera membuka google untuk menanyakan bagaimana cara membuat hewan itu mati.

"Bener kata Naura. Kalau enggak mau pake cara yang dibilang Naura, pukul kepala belutnya satu-satu."

"Nanti jadi bego dong belutnya?" sela Lita.

"He'em, kaya lu," Kata Raihan dengan tampang tak berdosa.

Samuel mengambil garam dan menaburkannya ke dalam ember sehingga membuat belut-belut yang di dalam pada jingkrak-jingkrak kepanasan, bahkan ada yang sampe melompat keluar ember.

"Aaaaaaaaaaaa" teriak Kirana karena ada belut yang melompat ke arahnya. Tak sadar dia memukul-mukul Januar yang ada di sebelahnya. Gauri dan Lita juga malah saling teriak satu sama lain sambil berpelukan.

Bahkan Raihan pun juga reflek memeluk Januar yang juga ada di sampingnya.

"Samuel geblek, kagak pake aba-aba dulu" seru Raihan kesal.

"Tutup itu embernya biar enggak kemana-mana!" seru Haidar yang baru keluar dari kamar mandi. Capek banget liat kebodohan teman-temannya itu.

Naura segera mengambil tutup panci di rak dan menutupi ember itu. Samuel sang pelaku hanya cengengesan tanpa dosa.

Januar, Nadhif, Samuel dan Haidar segera menangkap belut-belut yang keluar ember tadi. Susah ternyata. Mana licin pol.

"Ada apa sih tuh di dapur berisik amat?" gumam Dhisti heran.

"Anak-anak bawa belut tadi. Paling juga heboh gara-gara itu" jawab Aji yang ada di sampingnya yang sedang menonton fancam Red velvet. Asal kalian tahu, dia itu fanboy.

"Lo kok enggak ikut kesana?"

"Males ah, lagian tangan gue sakit," ucap Aji seraya menunjukkan telapak tangannya yamg dibalut plester.

"Lah itu kenapa?" tanya Dhisti agak kaget, sedari tadi Aji di sampingnya tapi dia tidak memperhatikan tangannya yang luka itu.

"Enggak sengaja kena dahan pohon yang tajem, jadi ya begitulah."

"Makanya hati-hati, terus siapa tuh yang ngobatin?" tanya Dhisti kepo.

"Gauri."

"Cie-cie, udah akrab nih ye," goda Dhisti.

"Yakan emang udah akrab dari kemarin-kemarin," jawab Aji tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.

"Affah iyah??" Dhisti mencolek dagu Aji.

"Iye," balas Aji seraya meraup muka Dhisti.

"Lanjut belajar aja deh sono!" seru Aji seraya bangkit meninggalkan Dhisti di kamar.

***

Sarapan di jam setengah 9 pagi itu sedikit hening. Soalnya biang yang membuat ramai yaitu Gauri dan Dhisti lagi mode diam. Dhisti sendiri masih di dalam kamar. Sepertinya dia sedang belajar lagi. Padahal tadi pagi selesai subuh dia bilangnya belajar yang terakhir. Eh malah masih belajar lagi.

"Dhisti mana?" tanya Haidar. Dia sudah keliatan segar karena dia baru selesai mandi.

"Di kamar tuh," tunjuk Lita.

"Seret bawa keluar dah Dar. Bentar lagi gila gue rasa, dari semalem belajar mulu," ucap Kirana sedikit heran dengan kelakuan temannya itu. Belajar boleh tapi ingat waktu juga.

Haidar segera memasuki kamar yang tak dikunci itu. Terlihat Dhisti di pojokkan sedang menutup matanya seraya menghafal beberapa kalimat yang berasal di naskah yang dia pegang.

"Dhis, makan dulu. Belajarnya udah" ucap Haidar yang nampak serius.

"Duluan aja. Gue enggak laper" balasnya yang malah menutupi mukanya dengan kertas naskahnya.

Haidar masuk ke dalam kamar itu dan mengambil naskah yang menutupi wajah Dhisti.

"Makan dulu. Kalo lo sakit kampus enggak bakal tanggung jawab."

"Iya-iya nanti gue makan, gue belum laper sekarang" kata Dhisti merebut kertas naskah yang dipegang Haidar.

Ngerti enggak sih orang degdegan karena mau ngelakuin sesuatu pasti enggak napsu makan? Kalopun makan tuh mau nelen susah. Nah Dhisti lagi ngerasain kaya gitu.

"Lo terakhir makan nasi kapan gue tanya?"

Dhisti menatap Haidar dan mengingat-ingat kapan terakhir kali makan nasi.

"Kemarin siang?" jawabnya sedikit ragu.

Haidar tau fakta itu, karena kata Naura tadi, Dhisti semalam tidak makan malam. Karena yang lain ke acara 100 harian tidak ada acara memasak di posko malamnya. Naura sendiri semalam juga hanya memakan roti yang berasal dari acara 100 harian itu.

"Jangan sampe gue aduin bu Amira ya anaknya disini bangor banget," ancam Haidar.

"Apasih, gausah bawa-bawa Ibu deh. Nanti gue makan deh janji. Udah sana lo aja yang sarapan."

Haidar menghembuskan napas kasar. Lelaki itu keluar dari kamar dan segera bergabung dengan temannya yang sedang sarapan.

"Lah kagak mau keluar beneran?" tanya Aji karena Haidar hanya keluar sendiri.

Haidar hanya menggeleng, dia segera mengambil piring dan mengambil nasi beserta lauk pauknya serta mengisi gelas tumblernya penuh.

"Mau kemana lo?" tanya Yeshika setelah melihat Haidar berdiri.

"Ngasih makan bayi gede." ucapnya lalu kembali masuk ke kamar lagi.

"Kayaknya lo berbakat jadi emaknya Dhisti deh Dar." seloroh Kirana.

"Lo enggak deg-degan kaya Dhisti?" tanya Raihan kepada Nadhif yang disebelahnya makan dengan tenang.

"Ya deg-degan, tapi gue biasa aja. Bawa santai aja lah. Entar kalo ada salah ya wajar namanya manusia, apalagi kita juga lagi belajar. Chill bro," ujar Nadhif dengan santai. Dia beranjak setelah menyelesaikan makannya.

"Eh ini enggak ada yang mau ke tempatnya dulu buat setting banner, sama proyektor?" tanya Januar yang dari tadi hanya diam menyimak. Soalnya fokus makan dulu.

"Oh iya, yaudah yuk lo sama gue Nu" ucap Samuel lalu bangkit setelah menyelesaikan makannya juga.

"Bannernya dimana?" lanjut Januar.

"Di lemari belakang. Di rak paling kanan, Nu. Kemarin aku taroh sana" kata Naura seraya menumpuk piring-piring kotor bekas temannya makan. Jadwal dia cuci piring soalnya.

Januar dan Samuel segera pergi ke lokasi yang akan mereka pakai untuk proker Nadhif dan Dhisti. Supaya nanti saat pelaksaan tempat dan perlengkapan sudah siap. Untuk snack mereka sudah meminta diantarkan langsung ke tempat acara dilaksanakan. Jadi mereka tidak usah repot-repot lagi mengambil di tempat pemesanan snack.

****

Oh ya aku udah pernah ngebahas mama & adeknya Lita tapi belum aku kasih visualisasi. So, ini visualisasi mereka.

Sekar Utami
(Mama bawelnya Lita)

Adinda Yuna Ivanka
(Adik manjanya Lita)


Continue Reading

You'll Also Like

214K 25.9K 23
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
2.4M 123K 27
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
4.3M 97.6K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.2M 88.6K 56
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...