Love Story: Ares And Rere (On...

By thxyousomatcha

24.2K 1.9K 127

[Update satu minggu sekali, saat weekend] Bagaimana jika kamu menjadi pelakor untuk merebut suamimu sendiri? ... More

1. Aster
2. Tears
3. Necklace
4. Pelukan Hangat
5. Kissing
6. Pemberontak
7. Hujan
8. Strawberries and Cigarettes
9. Hurts
10. Happiness
11. Flower's Therapy
12. Lukisan
13. Pengganggu
14. Her Smile
15. Wanita Ular
16. Penyesalan
17. Making Love
18. Love is Pain
19. Kehangatan
20. Mysterious Chocolate
21. She's Josephine
22. He Makes Me Melt
23. Dusk Till Dawn
24. The Truth
26. Rere's Other Side
27. Tell a Story
28. With Families
29. Spoiled Husband
30. Tidak Tau Malu
31. She's Win
32. Amarah
33. Kabar Gembira
34. Kehamilan Rere
35. Fakta Baru
36. Merayu Tuhan
37. The Name For A Baby

25. Rere's Birthday

89 10 1
By thxyousomatcha

Rere menuruni anak tangga. Entah kenapa sejak pulang dari Swiss, ia merasa sangat lelah dan rasanya hanya ingin tiduran saja di atas kasur. Namun, baru saja di anak tangga keempat, Rere sudah dikejutkan dengan keadaan ruang bersantainya yang sudah disulap dengan sedemikian cantik dan jangan lupakan Serena yang berdiri dari duduknya, menyambutnya hangat dengan senyum manisnya. “Surprise!”

“Astaga!” Rere tidak bisa menahan keterkejutannya. “Sejak kapan ini disiapkan?”

“Sejak dua jam yang lalu,” balas Serena berjalan menghampiri Rere. “Awalnya bi Nur mau bangunin kamu, tapi aku langsung kasih tau aja jangan. Biar kamu bangun sendiri, sekalian ini semua siap.”

“Tidak bertemu kak Ares?”

Serena menggeleng. “Pras bilang, dia berangkat pagi-pagi sekali. Katanya ada urusan mendadak.”

Mendengar penjelasan Serena, membuat Rere mengangguk mengerti.

“Seperti sudah satu abad saja rasanya tidak bertemu denganmu!” Serena langsung memeluk tubuh Rere dengan erat. “Selamat ulang tahun, Re. Aku selalu berdoa untuk kebahagiaanmu.”

“Ahhh. Makasih, Na.” Rere menatap Serena dengan binar di matanya saat pelukan mereka terlepas. Sejak keluarganya pergi, Serena adalah orang pertama dan mungkin satu-satunya yang selalu ingat dengan tanggal lahirnya. Juga, selalu saja ada kejutan yang disiapkan. Tapi, ini pertama kalinya, Serena membuat kejutan seperti ini di rumahnya sejak ia dan Ares menikah.

Dulu, Rere selalu dirayakan. Dalam hal apa pun. Tapi, kini ... perlahan dan pasti semua itu menghilang. Ah, tidak, Rere tetap selalu merayakan apa pun semua hal tentangnya, meskipun ia rayakan sendiri. “Kak Ares bagaimana? Apakah masih sama? Tidak pernah mengingat ulang tahunmu?”

“Sudah bukan suatu hal yang mengejutkan lagi, Na. Aku semakin terbiasa dengan hal ini,” ujar Rere tersenyum. “Lagipula kelahiranku bukan hal penting.”

“Oke, baiklah. Daripada memikirkan itu, lebih baik bersenang-senang.” Serena membuka sebuah kotak yang dibawanya.  “Ini adalah hari istimewa. Jadi, berbahagialah.”


“Make a wish,” ujar Serena setelah kotak yang dibawanya itu sudah memperlihatkan cake yang begitu cantik dan lezat.

Rere memejamkan mata, ia berdoa dengan khusyuk. Baru setelah itu, ia meniup lilin. “Na, makasih ya. Makasih banget,” ujarnya tersenyum hangat menatap Serena. Rere tidak tau bagaimana jika Serena tidak hadir di hidupnya. Mungkin, saat ini ia akan benar-benar sendiri.

“Everything for you, baby.” Serena balas menatap Rere dengan hangat. Sekali lagi, ia memberi pelukan untuk sahabatnya itu. “Ah, satu lagi kejutan untukmu.” Lanjutnya.

Serena mengambil sebuah paper bag yang berada di atas kursi, lalu memberikannya pada Rere. “Untukmu.”

“Apa ini?” tanya Rere menerimanya.

“Buka saja,” ujar Serena tersenyum lebar.

“Akan kubuka setelah potong kue.” Rere memotong cake itu dengan potongan pertama ia berikan pada Serena. Tidak lupa, terlebih dulu ia menyuapkan sesendok cake pada sahabatnya itu.

“Potongan pertama untuk Serenaku tersayang!” seru Rere membuat mereka tertawa bersama.

“Thanks, Re.”

Setelah berdoa dan memotong kue-nya, Rere membuka kado dari Serena. Melihat isinya membuat Rere menganga, saking terkejutnya. “Na, are you really?”

Pada ulang tahun kali ini, Serena memberikan Rere 2 buah lingerie berwarna hitam dan seperti warna anggur merah. Serena dengan segala idenya. Rere tidak habis pikir dan bertanya-tanya, kapan sahabatnya itu akan kehabisan ide. Karena sepertinya hal itu tidak akan terjadi.

“Kupikir, kamu harus berusaha lebih maksimal lagi, Re. Makannya aku membelikanmu lingerie,” ujar Serena menjelaskan. “Apalagi kamu bercerita padaku jika ingin menaklukkan hati kak Ares. Bukankah ini adalah salah satu caranya?” Lanjutnya tersenyum menggoda.

Pipi Rere seketika bersemu. “Astaga,” ujarnya menanggapi. “Tapi tidak seperti ini juga.”

“Sudahlah, Re. Aku tau kamu ingin membelinya, tapi malu, kan?” ujar Serena. “Jadi, karena aku sahabat yang baik, maka aku membelikannya untukmu.”

Saat mereka berbincang-bincang ringan sembari sesekali berfoto, seseorang yang tidak disangka-sangka tiba-tiba saja datang. Ares. Pria itu pulang ke rumah. Padahal seharusnya dia masih harus berada di kantor. “Ada acara apa ini?” tanya Ares menghampiri 2 wanita yang sedang berada di ruang bersantai.

Saat Rere hendak membuka mulutnya akan menjawab, Serena sudah terlebih dulu menimpali. “Terasa lucu rasanya jika kamu bertanya seperti itu, kak.” Dari kalimatnya saja sudah terdengar mengejek di telinga Ares. Baginya, Serena memang menyebalkan.

“Salahkah jika aku bertanya?” Ares menaikkan sebelah alisnya, menatap Serena datar.

Serena mengangguk dengan santai. “Tentu saja salah. Lagipula sudah berapa lama kak Ares hidup satu atap dengan Rere?”

“Ini ada acara apa, Re?” tanya Ares beralih menatap Rere dan memilih mengabaikan Serena.

“Sudahlah Re, jangan dijawab. Pertanyaannya tidak penting.” Serena kembali memotong pembicaraan.

“Re, bisakah katakan pada sahabatmu itu untuk diam. Aku sedang tidak bertanya dengannya,” ujar Ares tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

“Na, sudah.” Rere menatap Serena, memberi kode sahabatnya itu untuk diam dan tidak meladeni Ares. Lalu setelah itu, ia beralih menatap Ares. “Tidak ada acara penting apa pun, kak.”

Serena mendengus, mendengar jawaban Rere. Ia lalu menatap Ares dengan kesal. “Ini adalah ulang tahun Rere, lima mei. Ingat itu!”

Kalimat Serena membuat Ares terdiam mendengarnya. Ah, ke mana saja dirinya selama ini? Bahkan sebenarnya, tanpa Ares bertanya pun, seharusnya ia sudah paham begitu melihat ruang bersantai yang didekorasi seperti perayaan ulang tahun dengan beberapa balon dan juga ucapan Happy Birthday. Ah, jangan lupakan sebuah cake cantik di atas meja yang sudah dipotong kecil.

Ares mengangguk pelan, tanda ia mengerti. Lalu menatap Rere yang ternyata juga sedang menatapnya. “Selamat ulang tahun, Re.”

Rere tersenyum, mengangguk. “Terima kasih, kak.”

Lalu tanpa disangka, Ares memberikan pelukan hangat pada Rere membuatnya terkejut. “Maaf, karena tidak tau hari bahagiamu.”

“Ah, tidak apa, kak.”

Saat Rere melepaskan pelukannya karena merasa canggung, ia bertanya untuk mengalihkan. “Tumben kak Ares pulang. Ada yang tertinggal?”

“Ah, aku merasa tidak enak badan dan sepertinya perlu istirahat. Berada di kantor membuatku merasa semakin pusing,” balas Ares menjelaskan.

“Pantas saja badan kak Ares terasa hangat,” gumam Rere yang masih bisa didengar Ares karena jarak mereka yang dekat. Ya, Rere bisa merasakan tubuh Ares yang hangat saat mereka berpelukan. “Istirahatlah, kak.”

“Re, sebaiknya aku pulang. Tiba-tiba saja hawanya terasa panas membuatku malas untuk berlama-lama di sini.” Serena tersenyum hangat menatap Rere, meskipun kalimatnya terdengar sedang menyindir. Tentu Ares merasa, karena sejak dulu memang ia dan Serena tidak pernah akur.

“Pulanglah. Siapa juga yang menyuruhmu untuk berlama-lama di sini.” Bukan Rere yang menjawab, melainkan Ares dengan segala rasa sensitifnya.

Rere yang merasa akan menyaksikan perang dunia ketiga dari dua orang di depannya itu segera menengahi. “Iya, Na. Nanti kita atur jadwal untuk pergi jalan-jalan bersama.”

“Dan kak Ares, sebaiknya kakak ke kamar terlebih dulu. Nanti aku akan menyusul.”

Ares menuruti kalimat Rere, lagipula kepalanya juga sudah terasa sangat pening sekali. Setelah kepergiannya, Rere kembali beralih pada Serena. “Jangan lupa untuk memakai lingerie yang sudah kubelikan, Re.” Serena mengedipkan sebelah matanya menggoda. “Aku pulang terlebih dulu, bye!”

Rere mendengus, karena kalimat pertama Serena. “Oke. Hati-hati, Na. Bye!”















***

part 35 dan 36 sudah up di KaryaKarsa thxyousomatcha ya!

update terakhir di tahun ini. Sampai jumpa lagi di tahun 2024!

pai-paiii

Continue Reading

You'll Also Like

20.5K 2.2K 19
Hazana Kania tidak pernah menyangka jika menjadi bayang-bayang seseorang begitu menyakitkan, terlebih jika yang tega melakukan itu adalah suaminya se...
9.3K 951 15
Gween Calista, harus rela mengorbankan kehormatannya demi biaya pengobatan Geisya Putri, sang adik yang terbaring koma di rumah sakit. Perempuan itu...
2.8K 212 44
Maya tidak punya tujuan hidup selain ingin selalu bersama Noah. Berbagai hal tak masuk akal dia lakukan agar tetap dilihat oleh Noah Malik. Terlalu b...
2.5M 36.3K 28
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...