JAYDEN, 18:23

By youraraa_

1.8K 271 68

[Jung Jaehyun ㅡ End] "Sosoknya terasa begitu nyata, meskipun aku tak dapat menyentuhnya. Dialah satu-satunya... More

Chapter 1: Pindah Rumah
Chapter 2: Sekolah Baru
Chapter 3: Mimpi Indah
Chapter 4: Sentuhan
Chapter 5: Sosok Menyeramkan
Chapter 6: Jeff
Chapter 7: Pembersihan
Chapter 8: Pelukan
Special: Hint & Casts
Chapter 9: 1823
Chapter 10: Kabut Hitam
Chapter 11: Boneka Abdi
Chapter 12: Santet
Chapter 13: Kekasih Masa Lalu
Chapter 14: Kisah Sebenarnya
Chapter 15: In de Gloria
Chapter 16: Misi Berdarah
Chapter 17: Rindu
Chapter 18: Keajaiban

Chapter 19: Akhir yang Bahagia

72 10 7
By youraraa_

"Jadi begini rasanya hidup bahagia bersama Anna."

🍂

Jayden terdiam sambil memandang kosong ke arah Anna. Ia sama sekali tak pernah memiliki spekulasi seperti yang Anna pikirkan. Semenjak Yudha membantunya membalaskan dendam pada Dimas dan membantunya hidup sebagai manusia berkekurangan selama dua tahun ini, sama sekali tak pernah terbesit di pikiran Jayden bahwa Yudha lah dalang yang sebenarnya.

Ia pikir Yudha benar-benar mau membantunya dengan tulus untuk membayar dosa-dosanya di masa lalu, bukan malah sebaliknya. Pasalnya Jayden sudah tak seperti dulu. Kekuatannya telah lenyap, ia kini hanyalah seonggok manusia lemah yang bahkan butuh bantuan tongkat untuk membantunya berjalan.

"Jeff? Kenapa diam saja?" Anna angkat bicara, ia sudah tak sabar karena lelah menunggu respons Jayden yang nyatanya malah hanyut dalam pikirannya sendiri. Anna pun sempat mengamati mata Jayden. Ada lingkaran berwarna putih yang memang menutupi bola matanya, sehingga ia berasumsi bahwa sebenarnya Jayden bisa melihat.

"Aku hanya tidak bisa memastikan apakah dugaanmu itu benar atau tidak, karena aku bahkan tidak memiliki kekuatan seperti dulu. Kini aku tidak bisa merasakan apa-apa." Jeff menundukkan kepalanya, ia sebenarnya masih merasa malu karena terlihat sangat lemah di hadapan wanitanya.

"Sudahlah, sekarang biar aku yang gantian menjagamu. Sepertinya sedikit kekuatanmu ada padaku sekarang." Anna terkekeh pelan, berusaha mengusir kesedihan di wajah Jayden.

"Dan aku menyayangimu, Jeff." Anna menangkup wajah Jayden dengan kedua tangannya, lalu mendaratkan bibirnya pada Jayden. Anna menutup matanya dan melumat bibir Jayden dengan lembut.

Jayden yang tidak siap itu pada awalnya sedikit terkejut dengan ciuman mendadak dari Anna. Namun ia segera menyesuaikan diri dan membalas ciuman Anna. Ciuman hangat yang pada akhirnya bisa Jayden dan Anna rasakan secara nyata.

Tak henti-hentinya airmata Jayden mengalir. Ia menyesal tak menemui Anna sejak awal, karena dengan bodohnya ia hanya memerhatikan Anna dari jauh, tanpa berani mendekatinya.

"Tunggu, ada yang aneh." Batin Anna. Ia pun melepaskan ciumannya dan membuka kedua matanya.

Betapa terkejutnya Anna ketika ia menyadari jika dirinya dan Jayden kini tengah berada di dalam rumah lamanya. Jayden yang juga ikut membuka matanya pun bingung, pasalnya ia juga bisa merasakan keanehan yang kini menyergap indera perasanya.

"Anna, apa hanya perasaanku saja atau memang saat ini kita tengah berpindah tempat?"

"Jeff, sepertinya dugaanku memang benar. Ada yang tidak beres. Tenang saja, mulai detik ini aku akan melindungimu. Aku tak akan membiarkanmu pergi dariku lagi. Kamu tunggu di sini, ada yang harus aku cek."

Anna berdiri dan memerhatikan kondisi rumah lamanya yang kini sudah ditinggalkan. Memang dibiarkan kosong begitu saja karena tak ada seorangpun yang mau membelinya. Kesan angker yang sangat kuat membuat orang-orang enggan meliriknya.

"Anna, kamu pergi kemana? Tolong jangan membuatku khawatir!" Jayden yang merasa panik itu memilih berdiri dan meraba sekitarnya. Tongkatnya tadi terjatuh, dan kini ia hanya bisa melayangkan kedua tangannya ke udara, berusaha mencari keberadaan Anna dengan jalannya yang sedikit tertatih.

Anna tak menggubris teriakan Jayden. Ia berjalan menuju ruang tengah dan duduk di sofa. Ia memejamkan matanya, berusaha untuk berkonsentrasi penuh. Anna sadar jika memang memiliki sedikit kekuatan supranatural semenjak terbangun setelah tidur panjangnya selama tiga hari waktu itu. Hanya saja ia belum pernah mencoba untuk mengeluarkan kekuatannya.

Anna merasakan tubuhnya bereaksi dengan sendirinya. Bibirnya tiba-tiba saja menggumamkan mantra-mantra yang bahkan tak dimengertinya. Dengan khidmat Anna terus memejamkan matanya sembari lisannya dengan lancar merapal mantra.

"Uhuk!" Jayden memuntahkan darah dari bibirnya secara mendadak. Tubuhnya ambruk ke lantai, lalu ia mengerang kesakitan sembari memegangi dadanya.

Anna mengabaikan suara kesakitan tersebut sembari terus merapal mantra. Keringat dinginnya mulai bercucuran, namun ia tetap terus berkonsentrasi karena ada hal ghaib yang hendak mencelakai mereka berdua.

"Kedua mata menjijikkan itu buatku saja. Aku yang akan membuangnya." Bima tiba-tiba saja muncul setelah Mala dan Isakh tewas.

"Wiryan, terima kasih. Kamu sungguh luar biasa dalam bermain peran." Bima menepuk pelan punggung Wiryan yang kala itu tengah bergetar hebat. Arka dan Hatta kebingungan, mereka berdua tak paham dengan situasi yang sedang mereka saksikan.

Bima tersenyum miring. Skenario yang ia buat ternyata membuahkan hasil. Ia pun membawa kedua mata Isakh yang masih berlumuran darah, lalu melemparkan mata tersebut ke dalam sumur tua yang ada di belakang rumah.

Anna meneteskan airmatanya dengan kedua matanya yang masih tertutup rapat. Hatinya sangat sakit ketika mengetahui fakta yang sebenarnya. Semua kejadian di masa lalu murni rencana Bima, dan kedatangan Yudha dua tahun lalu hanya untuk mengelabui memori Jayden dan juga dirinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18:23, dan suara teriakan kesakitan dari Jayden sungguh memilukan hati.

Anna terus menggigit bibirnya hingga mengeluarkan darah. Namun ia tak mau menyerah begitu saja. Malam ini ia harus berhasil mengalahkan Yudha, karena jika tidak, hidup keduanya tak akan pernah bahagia.

"Argh! Arghhh!!!" Jayden berguling-guling di lantai sembari meremas kedua matanya. Ia sangat kesakitan, bahkan sampai tak sadar jika kedua matanya sudah mengeluarkan darah sejak tadi.

Tanpa diduga, pintu tiba-tiba saja didobrak dari luar, menampilkan sosok Juan yang langsung berlari menghampiri Jayden dengan wajah panik. "Tolong bertahan, gue mohon! Lo harus bertahan! Sebentar lagi semuanya selesai. Tolong tunggu Anna dan Tio sampai selesai."

Juan kalang kabut. Ia tidak tahu harus berbuat apa karena Jayden terus saja berteriak kesakitan. Ia berusaha menahan tubuh Jayden, sembari memerhatikan adiknya yang masih merapal mantra.

Jika tidak diberitahu oleh Tio yang mendadak muncul di kampusnya siang tadi, Juan tidak akan tahu jika adiknya sedang berjuang seorang diri. Tio sudah menceritakan semuanya dari awal, hingga alasannya pindah sekolah ketika itu karena ia merasa bersalah pada Anna.

Perihal Dimas, Tio pun tahu segalanya. Dimas ditumbalkan oleh Yudha agar kekuatan lelaki itu semakin kuat. Yudha lah dalang di balik semua ini. Di kehidupan lalu, maupun di kehidupan sekarang. Jika Yudha tak dikalahkan sekarang, maka yang akan menjadi tumbal berikutnya adalah Jayden.

Yudha ingin menyingkirkan Jayden sepenuhnya setelah lelaki itu bisa kembali dalam wujud manusia, agar ia bisa memiliki Anna seutuhnya. Yudha tak akan pernah bisa mengalahkan Jayden jika Jayden belum berwujud manusia biasa, sehingga ia berpura-pura baik dengan membantu Jayden hidup.

Tio yang mengetahui hal tersebut tak bisa tinggal diam. Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, ia pun bersatu dengan Anna untuk mengalahkan Yudha.

Malam semakin larut, erangan Jayden semakin lama semakin tak terdengar. Tubuhnya kelelahan, kesadarannya pun berangsur-angsur hilang. Tepat sebelum jam 12 malam, Anna berteriak kencang dan membuka kedua matanya.

Ia segera berlari sembari menangis dan memeluk Jayden yang sudah tak sadarkan diri. Dikecupnya berkali-kali wajah Jayden, berharap lelaki itu segera sadar kembali. Sebenarnya ia bingung dengan kehadiran Juan, namun Tio yang juga muncul tiba-tiba dengan wajah kelelahan itu sudah membuatnya mendapatkan jawaban.

"Terima kasih atas bantuanmu, Tio. Kak Juan, terima kasih."

Tio dan Juan hanya mengangguk, lalu Juan membantu membopong Jayden dengan bantuan Tio. "Anna, ayo kita pulang. Lupakan semua kenangan menyakitkan di rumah ini. Papa dan mama juga sudah menunggu di rumah."

"A-aku di mana?" Jayden pada akhirnya membuka mata setelah semalaman penuh tak sadarkan diri. Kini ia berada di rumah Anna, dan Anna pun tetap setia menunggu Jayden hingga lelaki itu sadar.

Anna langsung bangun dari duduknya dan menatap mata Jayden, sudah tak ada lingkaran putih yang menutupi bola mata lelaki itu, namun anehnya Jayden tetap tak menatap langsung ke arahnya.

"Jeff, sudah sadar? Kamu ada di kamarku, di rumahku yang baru."

Jayden langsung bangun dan meraba Anna yang tengah duduk di hadapannya. Anna kembali menangis, tak menyangka jika ia tak bisa mengembalikan penglihatan Jayden meskipun berhasil mengalahkan Yudha.

"Jeff, maaf. Aku tidak bisa mengembalikan matamu, padahal aku dan Tio sudah berhasil mengalahkan Yudha." Mendengar hal tersebut Jayden hanya bisa tersenyum tipis. Ia merengkuh Anna ke dalam pelukannya, memberikan pelukan hangat sembari menggeleng pelan.

"Sudahlah, tidak masalah, sayang. Aku bisa menyentuhmu seperti ini saja sudah membuatku bahagia. Ternyata kekuatanku kini ada padamu. Jadi sekarang gantian, kamu yang harus menjagaku." Jayden terkekeh, namun Anna malah menangis semakin kencang.

Tangisan tersebut membuat Juan dan bahkan Tio langsung datang secara bersamaan dan masuk ke dalam kamar. Rupanya Tio ikut menunggu sampai Jayden sadar, penasaran apakah penglihatan Jayden bisa kembali.

Juan dan Tio yang awalnya mengira Anna menangis karena Jayden bisa melihat kembali, kini keduanya hanya bisa terdiam dengan wajah sedihnya. Sepertinya memang ada yang harus dikorbankan ketika lelaki itu kembali dalam wujud manusianya.

Keadaan terakhir di kehidupan lalunya harus ia tanggung seumur hidup, dan kedua matanya tak akan bisa kembali lagi.

Namun Jayden tidak peduli lagi. Meskipun ia sedih karena sudah tidak bisa melihat wajah Anna lagi seumur hidupnya, tapi yang terpenting ia bisa tetap terus berada di sisi Anna sampai maut memisahkan keduanya.

"Anna, apa kamu janji akan terus berada di sisiku meskipun aku tidak bisa melihat lagi?"

Anna mengangguk dengan cepat. "Tanpa kamu suruh pun selamanya aku akan terus menempel padamu, Jeff. Jadi, jangan bosan denganku dan jangan berani untuk pergi dariku tanpa seizinku!"

Jayden terkekeh. "Tidak akan, sayang. Aku juga ingin bilang kalau aku sangat menyayangimu, Anna." Jayden mengecup pipi Anna, dan dibalas kecupan juga oleh Anna di pipi Jayden.

Juan dan Tio hanya bisa mendesah pelan melihat tingkah keduanya, lalu pergi ke luar kamar dengan wajah kesal.

🍂

F i n

Continue Reading

You'll Also Like

Fix You By JM

Teen Fiction

11.5K 2.5K 41
Kehidupan sekolah dan hubungan percintaan Lara Anastasya yang tadinya adem ayem menjadi kacau akibat terseret dalam masalahnya Raja Bestari. • Fanfic...
9.5K 1K 30
EN- REMAKE PROJECT [M] Kematian Sunghoon benar-benar merenggut sisa kebahagiaan yang dimiliki Wonyoung. Gadis itu kehilangan arah dan tak tahu cara b...
77.9K 8.7K 67
"Niel tidur sebentar dulu, ya?" Kapan pun dan di mana pun, entah karena penyakitnya atau pun hal lainnya, kematian selalu mengincar mangsa yang lemah...
41.2K 1.9K 16
Michelle kingstone sibungsu Dari keluarga Kingstone yang memiliki sifat manja,Cerewet,bar bar dan sedikit bandel.ia memiliki kembar yang bernama Marv...