Fuck Up the Friendship

Av rayhidayata

82.8K 1.7K 153

[minors do not interact 🔞] Perkenalkan: Renata. Terakhir pacaran lima tahun yang lalu. Alasan putus? Well, k... Mer

but friends don't know the way you taste
0. Kondom
1. Genjotannya Enak
2. Geboy Gengz
3. Janji Taik Kucing
4. Baby Girl
5. Drunk Kisses
6. Ngehindar
7. Menuju Perangkap
8. Jebakan Taik
9. Ketangkap Basah
10. Lawak Lo!
11. Kepergok? Mampus!
12. Kadal Ber-Blush On
13. Sobat Porno
14. Interogasi: Lisa
15. Kutu Ngangkang: Hera
16. Abang Peka
18. Tentang Ciuman Itu (1)
19. Tentang Ciuman Itu (2)
20. Lost and Regret: Olla
21. Masih sama Brengseknya
22. Bye bye, Bian. Hello, Trouble
23. Udah Waktunya: Rena
24. Perasaan Sebenarnya
25. Ajakan Serius
26. She Chooses Him
27. Lupain Joshua Sepenuhnya
28. Si Brengsek
29. You're Fucking Mine
30. Joshua: One Sided Love

17. It's About Time: Joshua

990 32 1
Av rayhidayata

Rena nggak gitu kaget pas Bian langsung nohok bawa-bawa nama Joshua. Just for your information aja wak, keluarga Rena udah pada tau hubungan dia sama Joshua kek gimana. Sohiban udah mayan lama dan semi-semi Tom and Jerry versi barbarly. Ya iya orang kata-kata toxic nggak bisa jauh dari mulut mereka. Secara teknis sih, lebih tepatnya Rena yang sering banget ngumpat. Joshua mah kalem. Cuma ya gitu intinya.

Apalagi sejak lulus SMA sampai sekarang Rena tinggal mandiri meskipun tempat tinggal dia dibeliin sama orang tua mereka. Sengaja banget ngabulin permintaan Rena buat punya apartemen sendiri yang sebelahan sama apart Joshua.

Orang tua mereka bussiness person yang lebih milih tinggal di luar negeri. Hera jelas ngikutin jejak ortu mereka karena tuh cewek juga mutusin buat tinggal di Austria. Olla sama Bian mungkin masih senegara sama Rena tapi tempat tinggal mereka juga pada berjauhan. Ibaratnya dari atas tanah ke dasar palung paling dalam.

Jarang banget mereka bisa ngumpul-ngumpul kek gini. Walaupun gitu, sebagai anak bontot, meski Rena iritasi banget kalau kehidupan pribadinya terlalu dikepoin, dia jelas dapet perhatian paling banyak. Terutama dari tiga kakaknya. Dan, Joshua udah pasti salah satu nama paling atas dalam list yang berhubungan sama Rena.

Gimana nggak coba? Orang habis Rena putus gegara diselingkuhin waktu SMA, dia nggak pernah deket sama spesifik sesecowok. Joshua lah satu-satunya makhluk berkontol yang deket plus akrab sama Rena beberapa tahun terakhir.

Jadi, Rena nggak heran-heran banget kalau Bian langsung nebak ke Joshua.

Rena naikkin bahu. "Mungkin."

"Lo akhirnya naksir sama Joshua?"

"NGGAK GITU JUGA, BANGSAT!" Rena tanpa tedeng aling-aling ngayunin kaki mau nendang betis Bian.

Bian mana ada setolol itu buat diem nunggu tendangan maut Rena. Jelas beliau langsung ngehindar. "Mau cerita?" tawarnya kalem.

Rena emang mau curhat sama kakak-kakaknya, tapi kecepetan nggak sih kalau dia cerita ke Bian sekarang? Mana Rena juga belum ketemu sama Hera atau Olla.

"Eh eeeeh! Belalang nungging nyampe juga cielah."

Siapa lagi yang nyebut Rena kek gitu selain Hera?

Rena noleh. Hera keliatan santuy keluar rumah nyamperin. Nggak lama habis Hera udah jalan memasuki area lapangan basket, Rena juga ngeliat Olla ikutan ke arah mereka.

"Kurus amat lo." Itu komentar Hera pertama kali pas nyapa Rena. "Udah gue bilang. Mending lo ikut gue ke Wina."

"Mau Wina, mau ke Antartika, lo pilihan terakhir gue buat numpang hidup," sahut Rena blak-blakan.

Hera ngedikkin bahu. "Whatever."

Rena sama Hera saling tukeran tatapan maut. Rena mah udah serius ye kan buat nantangin Hera, eh si kakaknya yang hina nista dina itu malah gerak-gerakkin lubang hidung. Rena auto muncratin ludah gegara ketawa liatnya.

"LIUR LO, TOLOL!" protes Hera.

"LO NGAPAIN JUGA, GOBLOK."

Mereka ketawa nggak lama kemudian. 

Hera inisiatif meluk Rena duluan bentar. Nggak perlu lama-lama soalnya ini bukan drama mellow berlinang air mata.

"I'm serious. Eat more." Hera ngingetin. "Jangan sampai sakit. Repot nanti."

Funfact yang sebenernya nggak penting-penting banget: Rena hampir diboyong sama orang tua mereka buat tinggal di Amerika.

Walaupun akhlaknya setipis kulit bawang merah, Rena tetep nyandang predikat anak kesayangan. Orang tua mereka kekeh mau bawa Rena ke Amrik. Cuma Rena-nya ogah dari awal. Sempat cekcok lah terjadi adu mulut bla bla.

Yang turun tangan buat ngeyakinin ortu mereka tidak lain adalah Hera sebagai anak tertua. Iye, akhlak Hera juga nggak ada bagus-bagusnya emang, tapi somehow kakaknya sebiji ini opininya paling berpengaruh di keluarga mereka dibanding sama yang lain.

Jaminannya udah jelas kalau Rena kenapa-napa, Hera yang mampus.

Jadi, Rena maklum aja kalau Hera semi-semi sok perhatian kek gini. Ya iya lah. Kalau Rena ampe tipes, Hera juga yang kena.

"Aman lah." Rena ngibasin tangan.

Rena beralih ngeliat Olla yang dari tadi diem doang. 

Pas tatapan mereka saling ketemu, si Olla anjir langsung mukanya ada komuk nyebik.

"NGAPE?" Rena auto nyalak.

"Kirain lo udah lupa kalau punya kakak cewek selain Hera," tukas Olla.

Rena rolling eyes. "Baperan amat, njing. Lo juga diem bae daritadi."

"Kirain." Olla maju buat meluk Rena juga. Sama kayak Hera, pelukannya singkat. "Bener kata Hera. Lo makin kurusan."

"Pilihan gue. Lo pada nggak usah khawatir, deh." Rena ngeyakinin. "Gini-gini gue jarang sakit."

"Akhlak dia yang masih sakit," Bian nyeletuk.

"DIEM KAU, JAHANAM!" Rena ninju perut samping Bian.

Bian ngaduh walaupun nggak keras-keras amat. "Sejak kapan tinjuan lo jadi lumayan kuat?"

"Sejak gue tau lo bakal di sini, Bang." Rena ngedelik.

"Alright. That's enough." Hera ngelerai. "Gue udah kelar masak."

Rena sama Olla dan Bian paham. Mereka bertiga ngekor Hera yang jalan duluan masuk lagi ke rumah.

Begitu masuk, Rena ngeliat pemandangan seisi rumah Hera. Terakhir Rena inget, perabotannya masih pada nggak lengkap. Sekarang udah beda. Jangankan perabotan, hiasan kayak guci, vas bunga, akuarium juga ada. Bener-bener kayak rumah yang dihuni sepanjang tahun sama Hera.

"Lo ada rencana tinggal di sini agak lama, Her?" tanya Rena.

Hera noleh. "Nggak seneng?"

"Nanya doang, elah." Rena geleng-geleng. "Sensian amat. Habis ditolak cowok bule mana?"

"Gue nggak ada waktu buat cowok." Hera ngajak adik-adiknya ke ruang makan.

Rena duduk di salah satu kursi, sebelahan sama Bian. Diliatnya Hera sama Olla yang sibuk nyendokin makanan tersaji di meja gantian.

Hera jelas beda dari terakhir yang Rena liat pas mereka video call-an beberapa bulan lalu. Pas itu rambut Hera dicat blonde. Sekarang rambutnya balik jadi item. Potongannya juga jadi sebahu doang. Seinget Rena, rambut Hera panjang ampe punggung awalnya.

Sementara Olla kebalikan dari Hera soal potongan rambut. Dari pendek jadi panjang. Jelas itu ekstensi soalnya jelas nggak mungkin lah kalau rambut seleher bisa tumbuh sedada dalam waktu singkat.

"Bonyok gimana, Her?" Olla nanya di sela-sela makan.

Rena yang baru nyentong nasi ke piring ikutan kepo sama jawaban Hera.

Hera ngelirik Olla. "Masih berantem sama mereka?"

Olla naikkin bahu. Rupanya milih diem nggak ngomong lagi dan fokus makan.

Hubungan Olla sama ortu mereka dari yang Rena denger lagi dalam term kurang bagus. Rena nggak tau detailnya tapi katanya Olla sampai sekarang masih belum baikan juga sama orang tua mereka.

"Bian, bokap nyuruh gue buat ngeyakinin lo sama peluang kerjaan di Amerika." Hera bersuara lagi.

Bian dengan santai ngerespons, "Nggak tertarik. Gue suka sama kerjaan sekarang."

"Kerjaan freelance yang gajinya nggak pasti?" Hera nyodok kenceng banget.

"Her, nggak usah ngatur apa yang gue mau dan nggak mau." Bian berujar dingin.

"Soooo," Rena berusaha buat mecahin rasa canggung di meja makan. "Minum-minum nggak habis ini?"

Hera diem bentar. "Gue adukin bonyok lo, bego!"

"GIH! Kek lo nggak minum aja, babik." Rena nyenye-in Hera. "Berani taruhan lo sekali minum harganya lima kali lipat dari punya gue."

"Ya jelas lah." Hera langsung ngaminin. "Nanti gue keluarin."

"ANJAY!" Rena langsung girang.

"Joshua gimana, Re?" tanya Olla ngalihin topik obrolan.

Rena yang awalnya mau bacotita lagi jadi ngerem mendadak. Mingkem. Diliatnya Hera sama Bian juga natap dia. Jelas kalau semua kakaknya pada penasaran sama jawaban Rena soal pertanyaan barusan.

Sebagian dari diri Rena masih ngerasa dia nggak siap buat ngobrolin masalah Joshua, tapi momen mereka ngumpul gini jelas nggak bakal kejadian lagi dalam waktu dekat.

Rena ngehela napas. "Gue mau curhat soal Joshua."

Anehnya, nggak ada satu pun dari kakak-kakaknya yang keliatan kaget.

Hera naikin alis bentar sebelum bilang,

"It's about time."





















Fortsett å les

You'll Also Like

1.2M 57.5K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
270K 11.1K 37
°Jangan lupa follow sebelum baca° Aira Mutya. Seorang perempuan yang memantapkan hatinya untuk berhijrah. Mulai dari mencoba menutup aurat dan taat b...
1.9M 123K 27
Bertemu mantan saja sudah membuatku tak keruan apalagi jika sang mantan justru tinggal di samping rumah dan mendekatiku lagi seperti tidak pernah ada...
16.2K 596 4
Bercerita tentang Guinevere Winters, seorang komandan pasukan militer perempuan pertama sekaligus prajurit pelindung raja di kehidupan sebelumnya. Ke...