"apa yang lebih tenang dari langit malam? cinta yang tidak dibalut kebohongan"
-SERENDIPITY-
🌻🌻🌻
bertahun-tahun Paul dihantui rasa bersalah akibat kecelakaan itu. ia selalu menyalahkan dirinya sendiri atas koma nya Eca. jika saja dulu dia tidak mengiyakan seruan Eca yang ingin mati karenanya, mungkin kecelakaan hebat itu tak pernah terjadi. atas kejadian di masa lalu itu, Paul ikut terlibat, ia juga salah.
Paul bohong soal bola pada Nabila, nyatanya tak ada masalah apa-apa dengan bola, laki-laki itu terpaksa bohong karena ia tak tahu harus bagaimana mengatakan yang sebenarnya terjadi pada Nabila, lebih tepatnya Paul belum siap menceritakan masa lalunya dengan Nabila.
beralasan karena bola, nyatanya Paul tengah sibuk merawat mantan pacarnya itu.
terhitung dengan hari ini, Paul sudah tiga hari ada di rumah sakit, dengan dasar menebus rasa bersalah di masa lalu. Paul menemani Eca yang masih terbaring lemah di atas brankar.
"cukup Nyoman, aku udah kenyang."
Paul mengangguk, ia menyudahi aktivitas nya menyuapi Eca makan.
"lo minum obat ya, abis itu lo tidur." perintah Paul yang diangguki oleh Eca.
setelah minum obat, Eca terlihat tersenyum melihat betapa telatennya Paul merawatnya selama ini.
kamu masih sama, Nyoman. batin Eca.
"gue pergi dulu ntar gue balik lagi."
"mau kemana?" tanya Eca lirih.
"gue mau ketemu nabila." jawab Paul apa adanya.
Eca menghela napasnya, "aku takut sendiri Nyoman, tunggu sampai Dimas datang yaa."
Paul tak bisa membantah, ia tahu Eca memang takut kesendirian, itu terjadi sejak di tinggal pergi kedua orang tuanya secara bersamaan, gadis itu menjadi sangat takut sendiri.
"iya." putus Paul, ia kembali duduk di samping brankar Eca.
Eca tersenyum senang melihatnya, "Nabila pasti cantik yaa."
Paul tak menjawab.
"Nabila beruntung ya bisa dapetin kamu." ungkap Eca.
"gue yang beruntung, bukan Nabila." sahut Paul.
Eca mengangguk kecil lantas tersenyum, "kalau aku boleh pulang dari rumah sakit, aku mau ketemu sama Nabila, boleh gak?"
"ngapain?"
"aku cuman mau kenalan aja siapa tahu bisa jadi teman, kamu kan tahu sendiri aku gak punya teman cewek sejak aku koma. emang kamu mau aku sama kamu terus?"
"ya enggak lah." ketus Paul.
Eca terkekeh, "makanya aku mau kenalan sama Nabila biar aku punya teman selain kamu. entah kenapa aku ngerasa Nabila pasti orangnya menyenangkan."
"apalagi waktu kamu cerita Nabila itu anaknya random dan ceria, pasti Nabila anaknya juga lucu." sambung Eca.
Paul tersenyum mendengarnya, "kapan-kapan kalau waktunya tepat, gue kenalin."
Eca tersenyum sumringah dibuatnya, "yeayy makasih yaa Nyoman!" girangnya.
***
Nabila menggerutu kesal, sudah satu jam lebih ia menunggu Paul di rumah pohon. tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Paul juga tak bisa dihubungi, entah kenapa akhir-akhir ini Paul menjadi sulit memberi kabar padanya.
padahal pagi tadi Nabila sangat bersemangat untuk menunggu waktu sore datang. saat mengetahui Paul punya waktu senggang bisa keluar dari asrama, membuat Nabila bersemangat untuk mereka bis bertemu walau sebentar.
mas pacarnya Nabila
ok sayang
sampai ketemu di rumah pohon nanti sore yaa
Nabila menghela napasnya, menatap nanar pesan terakhir dari Paul. beberapa pesan sudah Nabila kirim tapi tak kunjung ada satupun pesan yang di balas Paul.
entah kemana perginya laki-laki itu. Nabila tak tahu.
"kamu kemana sih powl." kesal Nabila.
"padahal kamu sendiri yang bikin janji, tapi kamu sendiri yang ingkari." ucap Nabila tertunduk lesu.
Nabila rela ngebut buat sampai ke rumah pohon setelah pulang kuliah, demi bertemu Paul, karena ia sangat merindukan pacarnya itu.
tak seperti biasanya Nabila yang malah menunggu Paul, biasanya laki-laki itu yang selalu menunggu Nabila. Paul bukan tipe laki-laki yang suka terlambat, dia sangat on-time.
tapi hari ini?
Nabila pasrah, ia menatap jam yang ada di layar ponselnya yang sudah menunjukkan pukul enam lewat mendekati Maghrib.
"apa Paul lagi terkena macet ya?" Nabila mulai menebak.
"atau Paul mendadak gak dibolehin pergi dari asrama."
"tapi kalau emang gak bisa datang seharusnya kan kabarin biar aku gak nunggu kayak gini." sambung Nabila sedikit kesal.
sekali lagi Nabila menelpon Paul, tapi nihil laki-laki tak mengangkatnya.
"kamu kemana powl?" resah Nabila.
***
Di rumah sakit Paul nampak gelisah. ia dibuat cemas oleh keadaan Eca yang mendadak nge drop, detak jantung gadis itu mendadak melemah, dan tiba-tiba jatuh pingsan saat Eca mencoba berdiri tadi.
Paul takut sesuatu yang buruk terjadi pada Eca.
setengah jam Paul menunggu dengan cemas, hingga dokter yang baru saja memeriksa Eca, keluar dari ruang rawat inap Eca.
"gimana keadaan Eca dok?" tanya Paul langsung.
"kamu bisa ikut saya ke ruangan sebentar, nanti saya jelaskan disana." ucap dokter itu.
Paul mengangguk dan mengikuti langkah dokter itu hingga sampai ke ruangan dokter yang menangani Eca.
dokter itu tampak menghela napasnya kemudian menatap Paul, "jika dilihat dari pemeriksaan sementara, Eca mengalami disfungsi otonom, hal ini terjadi karena ada nya kerusakan di sistem saraf ANS nya dan Eca mengalami dehidrasi parah sehingga darahnya menjadi rendah dari normalnya. itu sebabnya Eca bisa tiba-tiba pingsan."
"hal ini bisa terjadi kepada seseorang yang terkena pasca koma."
Paul cukup kaget mendengar nya, "jadi saya harus gimana dok?"
"tenang aja kondisinya tidak terlalu parah kok, kamu cukup berada di sisi dia, jangan tinggalkan dia sendirian selama proses penyembuhannya pasca koma." ucap dokter itu.
Paul mengangguk mengerti, "baik dok."
***
langit sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Nabila masih setia menunggu Paul memenuhi janjinya untuk bertemunya.
entah apa yang ada di pikiran Nabila hingga gadis itu terlihat bodoh menunggu Paul selama itu.
"kamu beneran gak datang powl?" lirih Nabila.
"seharusnya kamu gak usah buat janji kalau gak bisa ditepati." ucap Nabila menyeka air matanya.
untuk pertama kalinya air matanya jatuh karena kecewa.
***
"Paul." panggil Dimas pelan.
"ul." Dimas mencoba membangunkan sahabatnya itu yang terlihat lelap tidur di sofa.
"ul bangun ul."
Paul mengerjapkan matanya, ia merenggangkan otot-otot di tubuhnya yang rasanya hendak remuk karena beberapa hari ini ia tak bisa tertidur pulas selama merawat Eca.
mata Paul menyipit menatap Dimas di depannya, "ada apa?"
"Eca kenapa?" tanya Paul mendudukkan dirinya, ia masih belum sadar seratus persen, laki-laki itu masih mengumpulkan nyawanya.
"bukan soal Eca." ucap Dimas.
"terus?"
"soal Nabila."
deg
nyawa Paul langsung terkumpul saat mendengar nama Nabila disebut. ingatannya langsung tertuju pada janjinya yang akan menemui Nabila di rumah pohon.
"lo lupa ya, lo kan ada janji sama nabila sore tadi." seru Dimas.
"anj! gue lupa!" pekik Paul kaget, "sumpah gue lupa banget!" sesal Paul.
sejak tadi Paul disibukkan dengan kondisi Eca dan menjaga gadis itu hingga ia melupakan janjinya dengan Nabila. Paul langsung membuka ponsel nya yang sedaritadi mati.
seperti dugaannya, benar saja Nabila beberapa kali menghubungi nya. seketika rasa bersalah menyelimuti hatinya.
"bangsat!" umpat Paul ke dirinya sendiri.
Paul langsung mengambil kunci motornya, "Dim gue titip Eca yaa kalau ada apa-apa kabari gue." ucap Paul sebelum berlari pergi dari ruang rawat inap Eca.
Dimas hanya bisa mengangguk kecil.
sementara Paul ia langsung melajukan motornya agar segera sampai di rumah pohon. ia takut Nabila menunggunya disana. apa yang harus Paul jelaskan, alasan apa yang akan Paul berikan untuk bisa mendapatkan maaf dari Nabila atas kesalahannya hari ini?
***
langkah Nabila berat meninggalkan rumah pohon dengan membawa kekecewaan. sudah pukul sebelas dan Paul tak muncul.
sudah cukup Nabila menunggu sejak tadi sore. barangkali Paul emang lupa karena sibuk latihan main bola di asrama, Nabila tak tahu pasti. yang bisa ia lakukan hanyalah mencoba berpikir positif.
"Nabila." panggil Paul tepat di depan Nabila.
Nabila mendongak, "powl? kamu beneran Paul? aku gak lagi halu kan?" tanya nya tak percaya.
Paul langsung membawa Nabila ke dalam pelukannya, ia merasa bersalah. pasti sudah lama sekali Nabila menunggunya. ini salahnya, Paul sangat menyesal.
"kenapa baru datang?" tanya Nabila.
"maaf." lirih Paul.
"di asrama ada masalah lagi ya?" tanya Nabila.
Paul tak menjawab ia diam hanya semata Paul tak ingin berbohong lebih jauh lagi.
Nabila tersenyum di dalam pelukan itu, ia menghela napas leganya, setidaknya Nabila bisa melihat Paul baik-baik saja sekarang, tadinya ia sempat cemas akan kondisi Paul. setidaknya rasa kecewanya telah terbayarkan karena kedatangan Paul dihadapannya sekarang.
"di asrama gak boleh pegang ponsel ya?" tanya Nabila melepaskan pelukannya.
Paul tersenyum lantas mengangguk kecil, "maaf ya nab."
"aku udah buat kamu nunggu lama. maafin aku." lirih Paul, "kamu kalau mau marah, marah aja nab, aku siap kok dimarahin karena aku emang salah."
Nabila terkekeh mendengarnya, ia pun memukul dada bidang Paul dengan tas ranselnya beberapa kali dengan Paul yang tak melakukan perlawanan apapun.
"lain kali gak usah ngajak ketemu kalau kamu gak bisa!" kesal Nabila.
"kamu tahu gak aku tadi nunggu kamu lama banget! mana gak bisa dihubungin! aku tuh khawatir kamu kenapa-kenapa powl!" Nabila masih terus memukuli Paul dengan tas ranselnya.
Nabila mengatur napasnya yang memburu, lama-lama ia capek juga memukul Paul bertubi-tubi.
"sakit gak?" tanya Nabila pada Paul.
Paul tersenyum sambil menggeleng, "gak sama sekali."
"jangan bohong, pasti sakit yaa, aku tadi pukul kamu ke kenceng-an ya? maaf ya sayang." ucap Nabila jadi tak enak hati.
Paul tertawa gemas melihatnya, tangannya terulur untuk mengusap lembut puncak kepala Nabila, "aku beneran gak papa sayangku. kamu gak perlu minta maaf."
"beneran?" tanya Nabila memastikan lagi.
"iyaa." balas Paul dengan seutas senyum, "aku yang seharusnya minta maaf sama kamu, kan aku salah udah buat kamu nunggu lama tadi. maaf yaa."
Nabila tersenyum usil, "permintaan maafnya di terima asal kamu beliin aku sepuluh kinder joy!"
Paul tertawa gemas, "siap aku beliin deh jangankan sepuluh seratus pun aku beliin buat pacarnya Paul mah." kekehnya.
"ok, deal seratus ya!" putus Nabila senang.
"eh?" kaget Paul. ia tak menduga candaannya malah dijadikan serius oleh Nabila.
"ayok kita pergi ke Indomaret buat beli seratus kinder joy!" ajak Nabila menarik tangan Paul agar pergi dari rumah pohon.
"makasi yaa mas pacar udah traktir seratus kinder joy! baik banget deh mas pacar." seru Nabila girang.
🌻🌻🌻
18.10.23