Maaf, Aku Terlambat

By tariaje_

135K 5.2K 472

{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} "Karel, kamu sudah makan? "Peduli banget gue udah makan apa enggak," "Eh ... De... More

Prolog
Cast
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65 - hari ke 5
Chapter 66
Bukan update
Chapter 67 - hari ke 4
Chapter 68
Chapter 70
Chapter 71 - hari ke 3
Chapter 72🥀
Chapter 73 - hari ke 2 🥀
Chapter 74 - Titip anak-anak.
Chapter 75 - Kawah Putih 🥀
Chapter 76 - Maaf Aku Terlambat, Pelangi 🥀
Chapter 77 -Heartbeat 🥀
Chapter 78 - Hari Kejadian -
Chapter 79 - Binar -
Chapter 80 - Binar -

Chapter 69

666 20 13
By tariaje_

Oi, gue kembali. Setelah lebih dari 4 bln gak pernah up. Laptop gue agak sakit kemarin wkwkwk. Dan Alhamdulillah udah sehat.

Gimana kabar pembaca cantik² dan ganteng² nya othor? Sehat iya. Jangan sakit dan tetap semangat kalian, dimana pun kalian berada.

Gue Dateng nuntasin janji gue semalam. Maaf banget, semalam gue langsung tepar, Pulang shiff sore Ampe mau jam 9 malam. Udah mandi ini itu. Giliran megang laptop. Gue malah tepar ngantuk berat😂 bangun² langsung kalang kabut. Mau up gue belum revisi. Baca ulang wkwkwk.
Alhasil baru bisa up jam dan di detik ini.

Maaf iya atas keterlambatan ini.

Semoga kalian ttp suka dan selalu kawal Karel binar sampai end🫶🏻🫠 loveyou💜

Chapter ini lebih dari 2000 kata.

Selamat menikmati🫶🏻
















🥀🥀🥀


Karel belike :




🥀🥀🥀


Karel dan Binar akan melanjutkan perjalanan setelah keduanya mensejahterakan perut mereka.

Keduanya pun keluar dari rumah makan tersebut.

"Pak" Panggil Karel ke laki-laki di sana, yang mengenakan topi jerami lusuh di kepalanya.

Bapak itu pun menoleh setelah menertibkan motor-motor pengunjung yang tengah beliau jaga.

Karel mendekati bapak tersebut diikuti Binar disebelahnya.

"ini buat bapak," Karel menyerahkan sebungkus nasi hangat beserta
air mineral ditangannya yang langsung beralih ke tangan bapak tersebut.

Dengan raut kelewat bingung dan kaget, bapak tersebut sempat terdiam kaku. Tangannya masih menggantung diudara sambilan melihat kantung plastik hitam yang sekarang tengah di pegangnya.

"Bapak makan dulu, setelah itu pulang iya" sambung Karel.

Bapak itu beralih menatap wajah cerah pemuda yang sekarang berdiri sejajar didepannya. Belum sempat bapak tersebut membalas ucapan pemuda tersebut. Lebih dulu Karel menyambut tangan sebelah bapak itu dan memberikan beberapa lembar uang seratus.

Tak habis-habis keterkejutan si bapak, hingga menggenang lah sudut mata senja nya.

"Terima kasih banyak nak" Bapak tersebut membungkukkan badan penuh haru.

Beliau tukang parkir di tempat tersebut, sejak kedatangan Karel di tempat itu, pandangan Karel teralihkan oleh kegigihan bapak tersebut, hatinya terenyuh melihat keadaan bapak tersebut yang jauh dari kata layak.

Dengan keadaan kaki yang tidak sempurna, bapak itu tak kenal lelah. Terik matahari yang siapa saja merasa letih dan tak betah. Bapak itu selalu menyita perhatian karel. Mondar mandir walau jalannya tidak normal. Senyum dan peluh tulus tetap terpancar di raut wajahnya.

Karel menggenggam kedua tangan bapak tua tersebut, menatap bola mata merah berlapis beningan hangatnya.

Karel tersenyum "sekarang istirahat dulu, kerjanya ditunda dulu iya untuk hari ini"

Sang bapak mengangguk.

Binar tersenyum melihat ini, sungguh ini diluar kendali mereka. Ia jadi teringat apa yang pernah ia lakukan pada supir angkot di sekolahnya dulu. (kalian masih ingat kan? Ingat dong iya 😊)

Hari beranjak siang, motor mereka terus melaju membelah jalanan Kota Bandung.

Dekapan Binar tak surut sedikitpun pada perut Karel.

Binar menatap dalam diam wajah Karel tertutup helm itu, sesekali Binar tersenyum kecil.

"Gila"

Secepat itu Binar melunturkan senyum, cemberut.

"Bilang, jangan senyum kek orang gila"

Plakkkk ...

"akhhh," Karel mengaduh.

"Kok mukul sih" sambungnya, tadi ia lihat dari kaca spion segala aktivitas Binar dibelakangnya.

"Focus, gak usah banyak omong" Cibir Binar dengan raut malasnya.

Karel pun terkekeh, mengangguk dan langsung menggeber motornya menyalip tanpa ragu mobil dan motor di depan nya.

Tiga puluh menit telah dilewati, tiba lah mereka di sebuah jalan lenggang yang di bilang sangat sepi, hanya satu atau tidak dua motor yang sempat karel lihat gerakannya, bekas-bekas bangunan dulu nan tua masih terlihat walau beberapa kayu nya telah kropos dimakan rayap dan usia.

Untuk pertama kalinya ia dan Binar melewati jalan ini setelah masa itu pergi.

"Ka ...," Binar memanggil Karel setelah dirasa putaran roda motor yang dikenakan melambat. Tangan kiri cowok itu memegang tumpukan tangannya, terasa keringat bercampur dingin menyergap kulit setelah bersentuhan dengan kulit Karel.

"Kita pulang aja yuk" Bnar mengelus punggung tangan Karel, tampaknya cowok itu seperti gelisah dan takut.

"Gakpapa, aku baik-baik aja,"

"Bi, gakpapa kan?"

Binar mengangguk bersamaan dengan motor tersebut terus membawanya ke tempat dimana tragedy orangtuanya harus kehilangan hidupnya.

Tepat disebuah pertengahan pasar, yappp ... sedari tadi mereka sudah memasuki area pasar yang telah ditinggal kan, bekas tabrakan bruntun karena truk gandeng yang menewaskan seorang wanita dewasa ditempat, pasar itu ikut kena imbasnya, sebagian bangunan disampingnya telah hancur akibat hentakan keras truk tersebut.

Jadilah bangunan pasar tersebut sudah tidak digunakan lagi. Apalagi desas desusnya bikin orang-orang yang kadang lewat jalanan itu cukup bikin bulu kuduk merinding.

Jadi bekas bangunan pasar itu di biarkan terbengkalai begitu saja, tidak di tindak lanjuti oleh pemerintah yang punya tanah tersebut.

Karel berhenti di pinggiran jalan, menatap hampa ke arah aspal di sana.

Bekas beberapa percikan darah menghitam dan mengering tak luput dari pandangan karel, sampai-sampai tiang listrik yang jaraknya cukup jauh pun kena oleh percikan darah tersebut. Area itu benar-benar ditinggalkan.

Karel akan turun namun di cegat oleh Binar, ia menoleh ke belakang, dari balik helm nya, ia melihat Binar menggeleng tak mengizinkan.

Binar pun membuka kaca helm Karel dan melihat raut pucat pasi yang sekarang ada pada Karel. Keringat mulai meluncur di sudut pelipisnya.

Binar menatap sedih melihat keadaan Karel, ia tau pasti karel kembali mengingat kejadian itu.

"Kita pulang iya? Kamu tidak baik-baik saja" Binar mengusap peluh yang beberapa jatuh mengenai pipi cowok itu.

"gakpapa" jawab Karel.

Mau tak mau Binar turun lalu Karel setelahnya.

Keduanya mematung melihat bekas-bekas yang masih tersisa dua belas tahun silam.

Iyaaa ... setelah kejadian itu, Binar tidak lagi kembali ke lingkungan ini, ia langsung di bawa ke dinas sosial dan perlindungan anak guna mendapatkan pengobatan traumatis dan perbaikan psikologinya, secara saat itu ia masih kecil dan sudah tau jika orangtuanya di tabrak, setelah sebulan sembuh dari keadaan, Binar kecil pun di tempatkan di panti asuhan, ia tidak punya keluarga dari pihak ayah ataupun ibunya, satu pun.

Disaat itu juga ... ia terpisah dengan Karel. Cowok itu langsung di bawa ke Jakarta guna mendapatkan tindakan medis yang terbaik, luka karel kecil terbilang parah pada saat itu.

Pasar ini sejalan dengan Kompi Tentara tempat ia tinggal dulu. Oleh karena itu, sebelum memasuki kawasan Kompi Tentara, mereka harus melewati pasar ini terlebih dulu.

Sebenarnya, ada satu jalan lain ... hanya saja Karel ingin melewati jalan penuh kenangan mereka dulu, Binar sudah mengintrupsi cowok itu lewat jalan lain saja, Karel bersi keras, ingin mengunjungi sekalian memberi bela sungkawanya yang terlambat ia lakukan.

Karel melangkah kan kaki perlahan, ia mendekati area di mana ia melihat ibu Binar tewas setelah menyelamatkannya.

Ia ingat raut wajah histeris ibunya Binar saat tubuhnya di dorong dan terpelanting cukup jauh hingga kepalanya terbentur keras mengenai tiang listrik besar di tepi jalan.

Ia melihat, dari sisa-sisa kesadarannya, kedua orangtua Binar langsung diterjang hebat truk gandeng yang datangnya entah dari mana dan setelah itu pengemudinya kabur begitu saja.

Dengan darah mengucur di kepalanya, Karel kecil seperti mencoba meraih-raih dua orang dewasa disana yang sudah tidak sadarkan diri, terkapar dengan mengenaskan.

"Ayah, Ibu, maafin aku" Seiring ingatan itu berputar, suara Karel kian melemah.

Ia merasa tidak sanggup, Karel pun bersimpuh ditengah aspal, memegang aspal yang menjadi saksi tempat seorang wanita tersebut menghembuskan nafas terakhirnya.

Binar ikut disamping Karel, ia mengelus pelan punggung cowok itu.

"Sudah iya, sekarang kita jalan lagi" Ucap Binar mencukupi hari ini, ia tidak tega melihat Karel seperti ini. Pasti cowok tersebut selalu menyalahkan dirinya.

Apa yang menimpa orangtuanya dulu, Binar sudah ikhlas, berlapang dada atas kematian orangtuanya, ia sekarang sudah bangkit sekalian merajut kembali kebersamaannya dengan Karel, membantu pria itu kembali ke tubuh sehatnya.

"Pelangi"

"Iya, kenapa? Karel pusing?" Ujar Binar cepat disela lamunannya, mengecek keadaan Karel.

Cowok itu menggeleng, tersenyum kecil.
"Seharusnya, aku gak ngotot ikut ke pasar bareng orangtua kamu. Seharusnya mereka masih hidup ...," tahan Karel mengambil nafas dalam penuh sedihnya.

"Kalau aku gak minta aneh-aneh" Racau Karel terlihat mulai kacau. Cowok itu terduduk kaku penuh rasa bersalah.

Waktu itu, ia akan kerumah Binar, pada saat mobilnya memasuki area pasar, ia melihat orangtua Binar tengah berjalan beriringan, ayah Binar yang membawa belanjaan sambil menggandeng tangan istrinya.

Dengan antusiasnya, Karel kecil merengek meminta diturun kan oleh pak sopir yang merangkap jadi bodyguard pribadi Karel kecil.

Dengan berat hati, pak sopir pun menurunkan Karel tepat di belakang orangtua Binar.

Sebelumnya sopir tersebut sempat melarang dengan bilang pasar sedang ramai dan tidak baik buat dirinya. Tetap saja Karel kecil tidak perduli dan memilih membuka pintu mobil, berlari menyamai langkah orangtua Binar.

Niat hati, sekalian ke rumah Binar, tidak apa-apa kan ia menikmati jalan minggu pagi nya hari itu. Toh ... orangtua Binar akan pulang sebentar lagi dan ia bisa bertemu lalu bermain berasama Binar. itu yang dibenaknya.

Karel kecil pun diterima dengan senang hati, ia sempat di ajak berkeliling sambilan membeli permen gula yang dibentuk ikan.

Saat itu tengah ngetrend dikalangan anak-anak sepertinya.

Tapi sayang ... hal tersebut jadi malapetaka buat hidupnya, menjadikan ia hidup dalam bayang-bayang monster.

"Karel gak salah," Binar mencoba membangunkan tubuh Karel, hanya saja ia tidak kuat, Karel berat buat tubuh mungilnya. Alhasil ia kembali bersimpuh membersamainya.

"Itu hal disengaja yang dibikin orang lain"

Mendengar itu, cowok pun langsung menoleh. Raut kaget dan sedikit penasarannya terlihat nyata, ia tidak tahu akan ini.

"Siapa?"

Jujur, saat kejadian itu berlangsung, diambang kesadarannya yang menipis, ia sempat melihat siluet pengemudi truk tersebut, sialnya ... ia tak melihat dengan pasti seperti apa wajah lelaki tersebut.

Hanya mengenakan masker dan topi hitam, tidak bisa melihat dengan jelas.

Binar, mau tak mau menyerahkan secarik kertas usang yang dikasi Rosaline waktu itu.

Karel mengambilnya, membaca tulisan yang tak rapi tersebut dengan seksama.

Sungguh hatinya hancur, punggungnya semakin melemas.
Ia tau kemana arah ini akan berlangsung.

Seakan mengerti apa yang di benak Karel, Binar menyahut "orang yang mungkin menaruh dendam pada ayah dan ibu,"

"Dan membuatmu ikut terseret di masalah orangtuaku,"

"Seolah-olah kamu adalah pelaku utama disini"

Binar menunduk, merasa resah melihat reaksi Karel, harusnya ia merahasiakan ini.

Tapi ia tak bisa menyimpan ini terlalu lama, akan semakin terguncang perasaanya dan Karel.

Selesainya akan kertas itu, Karel terdiam. Entah apa yang cowok gagah itu pikirkan, ia kalang kabut, pikirannya kacau sana-sini, mencoba memaksa pikirannya buat ia ingat ... siapa di balik masker itu.

Lelaki yang tega membuat hidupnya dan Binar berantakan.

Sekeras ingatan Karel mencoba menelisik jauh, sekeras itu pula denyutan kepalanya menusuk rongga-rongga tengkoraknya, Karel meringis pelan, tiupan angin menerjang dua remaja yang sama-sama bersimpuh itu.

Ia akan terus coba mengingat, sungguh ia sangat penasaran dan ingin sekali melayangkan bogeman mentah ke pelaku.

Karel pun menunduk sejenak, mengirim doa buat mendiang ibu dari tunangannya, semoga desus tak mengenakkan orang-orang akan jalan itu mereda, dan tak memberatkan timbangan orangtua Binar di sana.


Sebuah plang hijau, bertuliskan Kawasan Tentara terlihat. Kedua remaja itu pun memasuki wilayah tersebut disambut deretan rumah-rumah hijau.

Seiring motor mereka berjalan begitu pula debaran jantung keduanya berpacu. Segalanya yang pertama setelah terakhir kecil dulu.

Ramai-ramai laki-laki dewasa berbadan bagus mengenakan celana pendek serta baju tanpa lengan menyuguhkan mata keduanya, saat itu sore telah menyingsing, aktivitas sore yang kerap kali Karel kecil temui jika berkunjung ke rumah Binar.

Suara teriakan dan kegiatan olahraga sore tak ayal menyita perhatian Karel.

"Mata Bi udah biasa iya lihat badan-badan begitu" Celetuk Karel dibalik helmnya, cowok itu membuka kaca helmnya, sengaja melambatkn laju motornya, sesekali mengecek Binar di belakangnya, tatapan gadis itu tenang dan kalem. Selalu seperti itu membuat karel sejuk ketika menatapnya.

"Iya dong" Sahut Binar sekenanya, sesekali sok menutup mata dan menundukkan pandangan ketika motor mereka melewati kumpulan pria-pria dewasa tanpa baju atasnya tengah bercanda sambil melepas lelahnya setelah olahraga sore.

Bayangkan ... otot-otot perut dan lengannya berkotak sangat simetris.

Siapa yang tidak khilaf melihat yang begini, cuma Binar saja yang sekuat itu tidak tergoda. Andai Sophia menemui yang seperti ini, pasti gadis manis itu ngereog histeris. Binar tersenyum membayangkan jika Sophia yang melihat pemandangan ini, pasti jadi bahan omongan bulan-bulanannya tanpa henti, ahhh ia merindukan sahabat baiknya itu.

"Gak perlu tutup mata, kan yang begini nih yang cewek suka"

Binar mengangkat wajahnya, untung saja sudah lewat, pandangan Binar jadi terbebas.

"Siapa yang bilang seperti itu? Aku dikecualikan," Unjuknya pada dirinya sendiri, menepuk bahu Karel sedikit gemas. Enak aja asal nuduh.

Karel sepertinya tersenyum dilihat dari garis matanya yang menyipit, pantulan kaca spion berhasil Binar tangkap, cowok itu mengangguk.

"Ada yang lebih bagus dari itu kenapa harus tergoda sama yang lain" Celetuk Binar cukup kecil tanpa sadar.

Karel mendengarnya, cowok itu mengangguk kalem "Hmm ... siapa?,"

Cewek itu terlihat masih asik menggerutu ... dengan bibir komat-kamit, ini Binar pasti kesal atas tuduhannya tadi.

Mumpung Binar belum sadar, ia kembali menggoda "Punya siapa yang bagus?"

"Iya kamu lah, siapa coba selain kamu. Lagian ngawur sih ngomong asal nuduh"

Jleebbb

Tersadar, bola mata Binar melebar hampur lepas, tangannya langsung membekap mulut lemesnya.

"Hahahahaha ketahuan" Karel terbengek-bengek, ekspresi Binar seperti ini candu. Menggoda binar kegemarannya.

Pukkk

Pukkk

Geplakan sedang pada punggungnya menandakan gadis ini malu, ia melirik spion, tatapan mereka pun bertemu.

Karel melihat pipi Binar merah tomat menahan malu. Secepat kilat Binar memutuskan pandangan.

Ia malu, kenapa ngomong tanpa mikir dulu sih.

"Cieee yang lihat badan bagus" Goda Karel lagi. Melepas stank kirinya, ia meraih tangan Binar yang masih melingkar.

Btw ... motornya jalan melambat iya. Sengaja diperlambat biar sampainya sedikit lama wkwkwkw. Ada aja niat busuk si Karel.

"Gimana? Bagus? Cakep? Kotaknya ada enam loh ini" Gencar Karel tertawa kecil, menggeleng pelan.

Binar aneh-aneh bae, pasti Sophia yang mengajarkan tuangannya jadi seperti ini. Awas aja Binar sampai lepas ke-polos-annya. Karel ikat dipohon pacar si Andre ntu.

"Ke-GR-an deh kamu"

"Iya sayang iya,"

"Gakpapa sih, itu juga akan jadi hak kamu nantinya" Karel mengelus pelan punggung tangan Binar.

"aku jaga diri, perbagus badan hanya buat kamu"

sialan

Otak bocah ini mulai meradang ...

Kaaa ... ingat kata Restu, mau sunat dua kali lu? - othor belike.

Kagakpapa, ajak Binar berenti polos bentaran doang, entar gue tanggung jawab - Karel belike

Astagfirullah, gusti - othor elus dada.

Lanjut ...

Binar menenggelamkan wajah, keningnya bertumpu di punggung bidang Karel.

"Ngawur," balas Binar ketus.

"Kamu gak mau nikah sama aku?"

"Mau lah"

Karel tersenyum, kenapa malah ia yang bikin Binar sedikit keluar jalur.

"Terus kenapa bilang ngawur, emang begitu kenyataanya kan?,"

"Setelah menikah, tubuh kita ...."

PLAKK

"Diem gak lu?" Ancem Binar dengan suara rendahnya, mana logat kosa katanya tidak seperti biasanya. Karel pun kicep takut cenat cenut.

"Fokus, jangan ngomong aneh. Kita masih dibawah umur"

Alhasil, bagai anak yang diplototi emaknya, Karel pun mengangguk cepat. Ngeri juga lihat tunangannya begini, seakan Binar punya dua kepribadian.

Sebentar lagi ... keduanya akan sampai, kawasan Tentara ini sangat luas dan lenggang, satu belokan komplek saja. Mereka sampai ke tujuan.

Dengan dada keduanya yang berdebaran, mereka akan kembali ke ingatan lama mereka pada rumah itu, Binar terlihat sedikit gelisah. Karel merasakan tangan Binar berkeringat. Dingin di balik tangan hangatnya, Karel rasakan.

"Aku disini, dan maaf terlambat menyadari semuanya" Karel berucap, roda motornya terusan saja membawanya masuk, berlayar membawa dua remaja pemimpi itu, mencoba untuk sama-sama terlihat membaik, padahal ... luka yang sepenuhnya belum kering pun kembali terluka, mengingat hal-hal sakit yang mereka lalui.

Semoga hari ini, mereka selalu diberi ketegaran, kadang kita tidak menginginkan namun ... tak ada yang bisa menulis ulang, scenario hidup akan terus berjalan.

Bersambung ...




Outfit Karel Binar pas joging pagi tadi.

Karel ryand samudra

Karel : by tuan putri pelangi 🫶🏻




Binar kianina pelangi

Binar : Pangeran 🤴 terima kasih sepatunya🫶🏻







Udah dulu.

Bhy🫶🏻😋

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 124K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.8M 121K 56
Dari sekian banyaknya rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya. *** #Highest Rank 3 in Brokenhome [26Sep2021] #Highest...
332K 21.3K 60
Attara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam...
Evelyn | END By inn

Teen Fiction

611K 32.2K 52
[Follow dulu, sebelum membaca❤️] [Tahap revisi!] Rank #1 in alone Rank #1 in fiksiremaja Rank #1 in sick Rank #1 in sadromance Rank #1 in bestfriend...