Celestial Soul Online [End]

By KuroHako

381K 22.1K 1.9K

Rank 3 #Adventure Rank 2 #Adventure Sinopsis; Kisah berpusat kepada Kuro Kanata. Dari luar dia terlihat han... More

Transfer 00 [Prolog] rev.
Transfer 01 [Beginning Player (Liber)] rev.
Transfer 2 [My Skills] rev.
Transfer 3 [Adventure Begin] rev.
Transfer 4 [Death City] rev.
Transfer 5 [Flamia] rev.
Transfer 06 [First Kiss] rev.
Transfer 07 [That is Secret] rev.
Transfer 08 [Fight to Despair] rev.
Transfer 8,5 [Nine Minutes] rev.
Transfer 9 [Happy Birthday (I)] rev.
Transfer 10 [Happy Birthday (2)] rev.
Transfer 12 [Celestial World] rev.
Chapter 13 [Truth] rev.
Transfer 14 [Bonds (I)] rev.
Transfer 15 [Bonds (II)] rev.
Transfer 16 [Bonds (III)]
Transfer 17 [The Twin]
Transfer 18 [The Three]
Transfer 19 [Dimension Break]
Transfer 20 [True God Slayer]
Transfer 21 [God Slayer and Liber)
Transfer 22 [God Slayer and Liber part 2]
Transfer 23 [God Slayer and Liber part 3]
Transfer 24 [God Slayer and Liber part 4]
Transfer 25 [Memories of Secret: The beginning of Everything] rev.
Transfer 26 Memories of Secret ; First Love
Tranfer 27 [Memories of Secret ; Re-Life]
Transfer 28 [Memories of Secret ; The Beginning]
Transfer 29 [Awakening of Darkness]
Transfer 30 [Angels]
Transfer 31 [Beyond The Truth]
Transfer 32 [Guardian part 01]
Transfer 33 <Guardian part 2>
Transfer 34 [Dream World]
Transfer 35 <Never Give Up>
Transfer 36 [Believe]
Transfer 37 [Will]
Transfer 38 [Confrontation]
Transfer 39 [Flamia VS Verona I]
Transfer 40 [Flamia VS Verona II]
Transfer 41 [The Answer is Me]
Transfer 42 [Death and Return]
Transfer 43 [Light and Darkness]
Transfer 44 [Hope and Hopeless]
Transfer 45 [Kuro Kanata]
Extra I

Transfer 11 [Wonderful Gift] rev.

12.3K 620 87
By KuroHako

Time; 2 bulan yang lalu

Sunyi. Sangat sunyi. Semua orang terdiam mematung karena mereka dikejutkan oleh suatu yang sulit terjadi. Angin berhembus kecil dan suara monster mob dikejauhan bahkan terdengar jelas.

"..................eh?"

Apa yang baru saja dia dengar?

Kuro berharap apa yang dia dengar hanyalah candaan atau sebuah mimpi. Dia bahkan berharap ada seseorang yang menamparnya dengan sekuat tenaga agar dia cepat bangun dari mimpi buruk.

"Kuro, apa kau tak dengar? Aku memintamu untuk menikah denganku, sekarang juga."

".........."

Flamia bertanya sekali lagi. Kali ini lebih tegas daripada sebelumnya.

Jika disebut mimpi buruk, itu tak terlalu tepat karena dia diminta untuk menikahi gadis secantik Flamia.

Mimpi buruk Kuro lebih tepat jika berasal dari kedua sisinya yang kini seolah dewa kematian yang mengacungkan sabit mereka di leher Kuro.

Dia akan mati. Mati. Mati dan Mati.

Dia menghembuskan nafasnya untuk mengendalikan dirinya dan mencoba untuk tak panik.

[Onii-chan, apa jawabanmu?]

[Kuro-chan, kami menunggu jawabanmu...]

Suara telepati yang menyeramkan kini berada di kepalanya.

(Bisakah kalian diam sebentar! Aku juga terkejut seperti kalian.)

[........]

[.......]

(Dinginkan kepala kalian terlebih dahulu dan kita dengarkan dulu alasan Flamia mengajakku menikah. Aku akan menjelaskan semuanya kepada kalian nanti, sekarang kita selesaikan ini dulu, mengerti?)

[Tch....]

[Tchh..]

Kuro tersenyum kecut dalam hati.

"Kuro, apa kau mendengarku?"

"Ahh.. maaf, tapi bisakah kau menjelaskan kenapa kau memintaku menikah denganmu?"

Flamia menunjukkan tatapan kesal.

"Tentu karena aku mencintaimu!"

"......"

Meskipun tanpa ragu dan tak terlihat gugup, namun wajah Flamia yang memerah menunjukkan dia malu.

Bulu kuduk Kuro merinding karena merasakan hawa membunuh yang begitu dingin.

Keributan terjadi di antara ratusan liber yang mengelilingi mereka. Sekarang, mereka berempat bagaikan pusat pertunjukkan.

[Onii-chan pasti merayu dia.]

[Ya, tak diragukan lagi. Aku tak menyangka dia playboy.]

(..........)

Kuro hanya bisa terdiam mendengar caci maki yang sedikit ada benarnya (meskipun tidak bermaksud.)

"Dan karena itulah kau mengajakku .....menikah."

Flamia mengangguk.

"Yup. Bukankah kau sendiri yang bilang, aku tak bisa menikah denganmu karena aku tak mencintaimu, tapi sekarang aku mencintaimu, dengan kata lain bukankah itu artinya aku bisa menikah denganmu?"

"""..........""'

Mereka bertiga terdiam karena sadar ada yang salah dengan logika cinta Flamia.

[Onii-chan....]

(Jangan tanya aku. Aku juga tak tahu harus bereaksi apa.)

[Dia polos dalam urusan cinta... menarik..]

Senyuman tipis muncul di bibir Chika. Kuro dan Anna tahu Chika sedang merencanakan suatu yang buruk.

"Ya, benar. Kau bisa menikah dengan Kuro-chan!"

"Eh?"

"Hey, kau dipihak siapa?"

Anna mendekatkan wajahnya ke Chika dengan tatapan marah.

"Percayalah padaku!" ucap Chika dengan nada lirih sekaligus mengedipkan satu matanya.

Ruko percaya karena sudah tahu tanda Chika sedang serius.

Chika menatap ke Flamia yang sudah terlihat senang seperti anak kecil yang mendapat hadiah.

"Tapi kau bisa menikah dengan Kuro jika setuju dengan syarat yang kami buat, mengerti?"

"Hei kenapa ka-"

[ONII-CHAN DIAM SAJA. KAU SENDIRI YANG BILANG AKAN MENERIMA APAPUN. SEKARANG TERIMA SAJA!!]

Dia dimarahi lewat telepati. Kuro langsung membiru karena tak bisa membantah.

Flamia mengangguk berkali kali dengan senang.

"Lalu apa syarat agar aku bisa menikah dengan Kuro?"

Chika melirik ke Anna untuk memberi tanda bahwa ini adalah saatnya.

Anna mengangguk tanda mengerti.

"Anna ikut denganku sebentar! Kuro-chan, kau berdiri di samping Flamia dan jangan bergerak sedikitpun, jika bergerak-"

Chiaki menunjukkan tatapan menyeramkan seperti bisa membunuhmu jika menatap terlalu lama.

"Ba-baik!"

Kuro lalu berdiri di samping Flamia dengan wajah pucat pasi dan membiru. Flamia yang berada di sampingnya tak terlihat gugup sama sekali atau dia sejak awal tak mengerti situasi.

"Kuro, kau baik baik saja?"

"Aku baik baik saja, yang menjadi masalah adalah apa yang mereka rencanakan. Jujur saja aku punya firasat buruk mengenai hal ini."

"Hee..."

Seperti yang Kuro duga, Flamia tak mengerti karena tak mengenal mereka berdua.

Sementara itu, Chika dan Anna berdiskusi tak jauh dari Kuro. Mereka berbisik dan menggunakan telepati, tapi dari reaksi panik dan keberatan Anna, rencana Chika pasti sedikit berbahaya.

Tapi Anna tiba tiba sangat senang.

Kuro bertanya dalam hati apa yang membuat Anna seperti itu?

Setelah selesai, mereka mendekat ke arah Kuro dan Flamia.

"Aku akan mengirimkan pesan yang berisi syarat kepada kalian berdua. Kuharap kalian membacanya dengan hati hati dan teliti." kata Anna.

Yang mendapat pesan pertama kali adalah Flamia. Isi pesan tak terlalu panjang, tapi Flamia terlihat sedikit tak senang.

"Apa kau keberatan?" tanya Chika.

Flamia menggelengkan kepalanya dan justru tersenyum.

"Aku sama sekali tak keberatan dan justru sangat senang kare-"

"Stop. Sekarang diam dan perhatikan saja!"

Flamia menuruti.

Chika dan Anna tersenyum licik seperti iblis kejam karena rencana mereka berhasil. Mereka juga menikmati saat salah satu Valkryie Maiden menuruti apapun yang mereka mau.

Sekarang giliran Kuro.

"Onii-chan, kuharap kau membacanya dengan hati hati."

Kuro lalu menerima sebuah pesan yang panjang. Sangat panjang.

Kuro menelan ludahnya karena tak menyangka syarat begitu banyak dan lebih mirip sebuah kontrak.

Satu persatu dia membacanya, tapi baru membaca awalannya, Kuro ingin pingsan.

Buruk. Syarat itu sangat tak menguntungkan Kuro.

Yang lebih buruk adalah kenyataan bahwa dia tak memiliki kesempatan untuk menolak semua syarat itu.

(Mereka benar benar memanfaatkan Flamia. Mereka benar benar iblis.)

Yang membuat Kuro terkejut, syarat itu juga berisi penjelasan Kuro tak bisa menolak.

Setelah beberapa saat, Kuro selesai membaca dan paham semua syarat itu.

"Baiklah, aku akan melakukan semua yang kalian minta. Aku akan menikah dengan Flamia,-"

Flamia memeluk Kuro. Chika dan Anna sekarang tak ada aura kecemburuaan dan justru terlihat senang.

Tapi aura kecemburuan tetap terpancar dari Liber yang menonton mereka.

"Bisakah kau menahan diri sebentar saja?"

"Ops.. maaf.."

Flamia melepas pelukannya dengan malu malu.

"Tapi aku juga memiliki syarat. Bagaimanapun juga ada beberapa hal yang masih mustahil kulakukan. Ruko, akan kuberi tahu syaratku di dunia nyata karena ini pribadi."

"Baiklah, aku juga sudah menduga syaratku sedikit membuat Onii-chan kesulitan."

Mereka berdua memunculkan menu window dan log out, tapi tubuh mereka masih tetap di tempat dan tak bergerak seperti mayat. Kondisi seperti ini disebut Semi Log Out.

Saat tubuh mereka hampir terjatuh, Chika dan Flamia dengan sigap memegangi tubuh mereka.

"Kenapa mereka log out?"

"Ada berapa hal yang perlu mereka lakukan, tapi bisa dibilang Kuro-chan hanya memberikan hadiah ulang tahun terbaik yang pernah ada di dunia ini."

"Aku tak terlalu tahu, tapi -eh? Hadiah ulang tahun? Oh.. aku ingat Kuro tak datang karena bilang Anna-chan berulang tahun... "

"Ya, dan kau memberikan hadiah terburuk, tapi berkat kau dia juga mendapat hadiah terbaik."

"Eerrr... mungkinkah aku berbuat kesalahan?"

Chika menggelengkan kepalanya dan justru tersenyum kecil.

".....entahlah.."

Sekitar sepuluh menit, Kuro dan Anna kembali Online. Tubuh mereka kembali hidup dan bergerak.

Satu yang berbeda, Anna langsung terlihat lebih senang dan berseri seri.

Kuro hanya tersenyum kecut melihat itu.

Syarat yang Anna ajukan adalah suatu yang harus dia lakukan cepat atau lambat, karena itulah Kuro tak terlalu merasa keberatan.

Kuro lalu melirik Chika dan Flamia yang juga terlihat senang.

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" tanya Kuro. "Sebenarnya aku tak tahu bagaima-!?"

Tak hanya Kuro, Chika dan Anna terkejut saat tiba tiba cahaya terang muncul di bawah kaki mereka.

Cahaya itu cukup membuat mata sakit, jadi secara reflek mereka bertiga menutup mata mereka.

Perlahan mereka membuka mata. Mereka terkejut lagi karena sudah berada di tempat lain.

(Cahaya tadi pasti berasal dari item teleportasi.)

Tak hanya Kuro, Chika dan Anna juga berpikir sama.

Taman yang indah dan terawat dapat terlihat dengan jelas. Angin terasa sangat menyejukkan dan cahaya orange pertanda mulai malam bagaikan lukisan yang sangat indah.

Langit mulai malam karena CSO dan dunia nyata memiliki perbedaan waktu, yaitu 6 jam lebih lambat. Dengan kata lain, saat ini di dunia nyata pukul sekitar 12 malam.

Mereka tak perlu takut terlalu lama online karena besok adalah hari libur.

Pertanyaannya adalah, dimana mereka?

Kuro melirik sekeliling dan akhirnya dia menemukan sebuah bangunan besar yang indah, tapi Kuro langsung tahu itu adalah sebuah gereja yang megah. Atau bangunan yang mirip gereja.

"Dimana ini? Aku tak pernah melihat tempat seperti ini?"

Chika juga bingung seperti Kuro.

Dia sudah banyak menjelajah dunia CSO, tapi tempat yang kini mereka datangi tak pernah dia lihat.

"Tempat ini adalah Holy Sactuary, tempat kita berempat menikah."

"Hehh- Apa?!"

Yang paling terkejut adalah Chika.

"Apa maksudmu berempat?" tanyanya lagi.

"Bukankah kau juga menikah denganku?" jawab Kuro dengan santai.

Chika mematung karena tak mengerti. Dia memang menyarankan selain menikah dengan Flamia, Kuro juga harus menikah dengan Anna.

Tapi dia tak menyangka Anna telah mengubah isi syarat itu.

Chika menoleh ke arah Anna dengan tatapan jengkel dan malu, tapi Anna hanya tersenyum kecil.

[Maaf, Chika-chan. Tapi hanya inilah yang bisa kulakukan untukmu]

".............."

Dan setelah mendengar telepati Anna, Chika sadar Ruko sudah tahu semuanya. Tentang perasannya dan juga tentang hubungannya dengan Kuro.

"Tapi aku tak menyangka kau sudah menyiapkan semuanya." Kuro menoleh ke arah Flamia sambil menunjukkan tatapan heran.

Flamia melangkahkan kakinya menuju gedung. Kuro dan lainnya mengikuti dari belakang.

Flamia tersenyum.

"Tentu, sebenarnya aku ingin menikah setelah kita mengalahkan Demon King, tapi aku malu memintamu."

Mereka langsung terkejut karena mendengar suatu yang tak terduga.

Kuro mendesah. Chika dan Anna tersenyum kecut.

"Lalu apa yang terjadi jika aku tak mau menikah denganmu? Mengikatku dengan rantai seperti yang biasa ka- Heey.."

Kuro berhenti karena Flamia menunjukkan ekspresi akan melakukan seperti yang dia katakan.

(Dengan kata lain, menolak atau menerima, aku akan tetap menikah dengan Flamia. Ohh.... tuhan, kau pasti membenciku.)

Kuro membiru dan pucat pasi setelah sadar doanya tak terkabul. Bukannya masalah berkurang, tapi masalah justru bertambah. Bertambah banyak.

Mereka sudah dekat dengan pintu gerbang yang besar dan indah. Setelah dekat, mereka sadar bangunan itu ternyata lebih indah.

Bangunan dinding yang bersih dan putih. Banyak ukiran berwarna emas yang mewah dan indah. Lantai juga terbuat dari batu alam yang unik.

Tapi mereka ada dalam sebuah game, tempat seperti itu cukup banyak, jadi tak ada yang terlalu terkejut.

"?"

Tiba tiba pintu terbuka. Dua orang wanita berpakaian sister dengan kalung salib emas menggantung di leher mereka.

Yang sedikit mengejutkan, wajah mereka sama. Ya. Mereka kembar. Dan keduanya cantik seperti bidadari dan memancarkan aura suci.

"Kalian yang akan menikah hari ini?" tanya salah satu suster.

Flamia mengangguk lalu menjawab,

"Um. Bisakah kalian melakukan persiapan secepatnya?"

"Kami mengerti. Untuk calon pengantin wanita, silahkan ikut saya."

"Sedangkan calon pengantin pria, ikuti saya."

Anna kegirangan dan sudah terlihat tak sabar. Chika hanya bersikap santai, namun sedikit murung.

Mereka bertiga lalu mengikuti salah satu suster. Kuro juga sama menuju ruangan lain.

Kuro mengikuti tanpa ragu suster menuju ruangan yang ada di dalam bangunan, tapi saat melihat sekeliling dengan teliti, dia sadar bangunan bernama Holy Sactuary ini sedikit berbeda dengan yang selama ini dia lihat di CSO.

Tapi bukan itu saja yang mengganggu pikirannya.

(.......)

Dia melihat suster di depannya, yang membuat Kuro heran, suster itu tak memiliki HP bar yang menunjukkan nama, jenis (NPC, Monster) dan level.

(Mungkinkah AI (kecerdasan buatan)?)

Kuro dan suster itu lalu memasuki salah satu kamar. Dari segi desain dan benda yang ada di kamar itu, ruangan itu adalah tempat ganti pakaian.

Yang mengejutkan Kuro, ada sebuah pakaian pengantin pria putih yang dipasang dalam sebuah patung.

Dari ukurannya, tampaknya pakaian itu sudah sesuai dengan ukuran tubuhnya.

(Ini mirip seperti pernikahan asli di dunia nyata.)

Kuro mendesah kecil.

"Silahkan anda berganti pakaian dengan yang sudah kami siapkan."

Kuro melangkah dan menekan pakaian itu. Sebuah menu dan Kuro  memilih untuk mengenakan pakaian.

Dalam sekejap, pakaian Kuro langsung berubah menjadi pakaian putih.

"Hmmm... apakah ini cocok denganku?"

"Ya. Anda terlihat lebih tampan dan tak terlihat jelek lagi."

"........."

Kuro kagum ternyata AI itu diprogram untuk terlalu jujur atau diprogram untuk menghina.

Kuro lalu mendekat ke cermin untuk melihat penampilannya.

Tak buruk. Itulah yang dipikirkan Kuro.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Silahkan. Apa yang anda ingin tanyakan?"

"Mungkinkah tempat ini memang khusus untuk menikah?"

Suster itu tak langsung menjawab dan sedikit ragu.

"Sudah kuduga kalian bukan AI biasa."

Suster itu sedikit terkejut setelah Kuro mengatakan itu.

Tapi Kuro hanya tersenyum kecil.

"Aku hanya bertanya, tapi aku tak akan memaksa. Lagipula aku hanya penasaran."

Suster itu memasang wajah rumit.

"...tempat ini adalah tempat pernikahan khusus untuk Valkryie Maiden. Liber biasa tak tahu tempat ini."

"Sudah kuduga seperti itu."

Kuro sudah tahu karena aneh jika Liber berpengalaman seperti Chika tak tahu tempat ini. Dan satu satunya Liber yang mempunyai pengetahuan tentang CSO lebih baik dari siapapun adalah Valkryie Maiden.

"Selain kami, apakah ada Valkryie Maiden lainnya yang pernah menikah disini?"

"Tidak. Flamia-sama adalah Valkryie Maiden yang pertama kali menikah. Ngomong ngomong, tolong ambil ini."

Suster itu memberikan sebuah kotak kecil yang seperti kotak perhiasan.

Kuro menerimanya lalu membukanya dan menemukan 4 cincin yang berhiaskan batu permata yang indah. Tapi ada satu cincin yang berbeda.

"Yang satu adalah untuk anda, sedangkan 3 lainnya untuk pengantin wanita."

Kuro tersenyum lalu menutup kotak itu.

"Ya ampun, aku tak menyangka akan menikah seperti ini dalam sebuah game."

Setelah siap, Kuro sudah berada dalam aula utama tempat mereka menikah.

Karpet merah dan seluruh ruangan dihiasi mawar putih yang memberikan aroma wangi ke seluruh ruangan.

"Apakah tak ada pendeta disini?"

Kuro bertanya kepada suster yang berdiri tak jauh darinya.

"Aku tak menyangka anda bodoh."

"Ugh!"

"Pernikahan di CSO hanyalah mengucapkan sumpah lalu memasang cincin di jari mempelai wanita. Tolong jangan samakan dengan dunia nyata."

"........"

Kuro sekarang tahu apa yang harus dia lakukan.

Tiba tiba pintu terbuka. Peri kecil muncul dan menaburkan bunga kecil dan kerlap kerlip yang indah.

Dan yang paling indah adalah 3 pengantin sekarang terlihat dan datang.

"............."

Kuro tercengang karena mereka bertiga sangat berbeda. Lebih cantik dan bagaikan bidadari.

Meskipun pakaian mereka tak terlalu berbeda dan hanya memiliki beberapa bagian saja yang berbeda, tapi Kuro harus mengakui, mereka benar benar cantik.

Peri kecil juga mengiringi mereka dan membuat mereka lebih indah.

(Aku akan menikah dengan mereka?)

"um?"

Kuro menyadari yang paling berbeda adalah Chika. Penampilannya yang sedikit tomboy kini berubah menjadi lebih feminim. Apalagi dengan make up dan lipstik kemerahan yang membuat Chika benar benar berbeda.

".............."

Kuro benar benar terpesona. Disaat dia melihat bibir Chika, dia ingat kembali saat mereka berciuman.

"Buu.. Onii-chan tidak adil. Sejak tadi hanya melirik Chika-chan saja. Bukan hanya Chika-chan saja yang akan menikah dengan Onii-chan."

"Ah... maaf, aku hanya terkejut karena melihat suatu yang jarang kulihat."

Wajah Chika memerah dan sedikit menunduk karena malu.

"Bodoh!"

"Sekarang, kita mulai saja. Aku sudah tak sabar."

Flamia yang paling tak sabar dalam hal ini. Meskipun seharusnya yang tak sabar adalah Anna, namun tampaknya Anna kalah dalam hal ini.

"Aku juga tak sabar. Tapi aku tak menyangka akan menikah dengan Onii-chan dua kali."

"Ya. ....aku juga sama."

Kuro hanya tersenyum kecil.

Setelah itu, mereka bertiga berbaris di depan Kuro.

Musik tiba tiba berbunyi dengan lembut entah darimana dan tak terlalu keras. Bunga bunga dan cahaya kecil mengiringi dimulainya proses pernikahan mereka.

Sebuah panel muncul di depan Kuro yang berisikan sumpah yang harus dia ucapkan.

Kuro mengambil nafas terlebih dahulu sekaligus mempersiapkan mentalnya. Dan setah siap, diapun mengucapkannya,

"Aku Kuro, dengan ini menyatakan Flamia, Chika, dan Anna sebagai istriku. Aku bersumpah untuk selalu bersama meskipun dalam susah, senang, duka maupun dalam pertempuran yang akan menanti di masa yang akan datang meskipun melawan dewa sekalipun."

"Aku bersumpah."

".....aku bersumpah."

"Aku bersumpah."

Sumpah yang hampir mirip dengan dunia nyata, tapi di bagian akhir benar benar aneh dan seolah menentang keberadaan dewa. Mungkin ini disesuaikan dengan game yang bertunjuan membunuh Demon God (Dewa Iblis)

Panel muncul di depan mereka berempat, tanda ritual pernikahan hampir selesai. Yang perlu Kuro lakukan adalah memasang cincin ke jari manis mereka.

Kuro mengambil cincin dan memasang satu persatu di jari mereka, dan untuk menyingkat waktu dan perebutan, dia menyuruh mereka bertiga memasangkan cincin di jarinya.

Tulisan di panel berubah menjadi ritual pernikahan telah selesai. Disaat yang bersamaan, Kuro mendapat pemberitahuan bahwa batas privasi telah dihapus dari mereka berempat.

Dengan kata lain, sekarang Kuro bisa melakukan apapun terhadap mereka dan sebaliknya.

(.............. bukankah aku akan mendapat masalah?)

Tak hanya masalah di CSO, tapi di dunia nyata, tapi jika menyesal, sekarang sudah terlambat.

"......hmm.. Biasanya pengantin akan berciuman setelah sumpah selesai dan sekaligus untuk mengesahkan pernikahan, sekarang siapa yang lebih dulu mencium Kuro-chan?"

Flamia dan Anna melirik satu sama lain dan menunjukan aura persaingan.

Sedangkan biang kerok justru tersenyum kecil dan menonton.

Bagi Kuro, ini adalah masalah pertamanya setelah menikah.

"Anna-chan, karena aku yang terkuat, maka aku yang mencium Kuro terlebih dahulu."

Flamia mendekat, tapi langsung ditarik oleh Anna.

"Sayang sekali, kekuatan tak ada hubungannya dengan hal ini. Yang paling berhak adalah aku, adik dan sekaligus istrinya."

"Aku juga istrinya. Lagipula jika bukan karena aku, kau tak bisa menikah dengan Kuro, jadi mengalahlah."

"Sayang sekali, aku tak akan menyerahkan keperjakaan Onii-chan!"

"KENAPA SAMPAI MEMBAHAS HAL ITU?" teriak Kuro.

"Sayang sekali akulah yang akan mengambil keperjakaan Kuro. Hm? Apa itu keperjakaan?"

Mereka saling mendekatkan wajah dan saling menatap satu sama lain. Percikan terlihat di antara mereka bersamaan aura yang mulai panas.

Kuro tersenyum pahit dan tak tahu cara memisahkan mereka. Sedangkan Chika justru menonton di samping Kuro.

"Hei bisakah kau melakukan sesuatu?"

"Melakukan sesuatu? Ah.. tentu saja."

Chika memegang kepala Kuro dan langsung menciumnya. Kuro terkejut dan tak bisa mengelak, tapi saat itulah dia merasakan sensasi yang sudah lama tak dia rasakan, yaitu bibir Chika.

"Heii.. itu tak adil!"

"Aku tak percaya kau mengambil kesempatan!"

Anna dan Flamia langsung mendorong dan berebutan untuk berciuman dengan Kuro. Kuropun kewalahan karena akhirnya dia dicium secara bergiliran oleh 3 istrinya.

(Ah.... )

Dia mendesah dalam hati, tapi dia senang dan tak menyesali pernikahannya.

Setelah 1 jam, akhirnya Kuro bisa bernafas dengan lega. Mereka berganti pakaian lalu pergi setelah berpamitan dengan suster kembar.

Saat ini mereka ada di taman tempat pertama kali tiba.

"Sekarang bagaimana kita kembali, jujur saja aku tak tahu tempat ini dimana."

Saat ini mereka tak tahu dimana mereka. Apakah Midgard, Nilfheim dan dua dunia lainnya.

"Tenang saja."

Flamia mengambil sebuah kristal teleportasi berwarna merah di tempat penyimpanan itemnya lalu mengaktifkan kristal itu.

Lingkaran sihir muncul di bawah kaki mereka dan cahaya terang sekali lagi menutupi pandangan mereka.

Setelah mata terbuka, mereka sampai di depan sebuah pintu gerbang istana yang besar. Langit sudah malam, tapi mereka tahu saat ini berada di hutan.

"Dimana kita?" tanya Kuro.

"Ini adalah rumahku,"

Mereka bertiga langsung melebarkan matanya karena tak menyangka rumah Flamia adalah sebuah istana.

"Tapi sekarang adalah rumah kita."

Flamia tersenyum senang. Dia lalu berjalan ke arah pintu gerbang besi yang secara otomatis terbuka.

Tak tahu harus bereaksi seperti apa, mereka bertiga hanya bisa mengikuti.

Liber bisa membeli rumah di CSO secara bebas, tapi harganya tidak murah bahkan untuk rumah yang ukuran kecil.

Itulah kenapa, saat mengetahui rumah Flamia adalah sebuah istana, maka pertanyaanya adalah seberapa banyak uang Flamia?

Saat berjalan menuju rumahnya, armor dan seluruh perlengkapan Flamia berubah menjadi pakaian sehari hari, yaitu berupa rok pendek dan kaos.

Ini adalah kemampuan lain dari skill [Auto Use].

Kuro dan lainnya juga berganti pakaian seperti yang Flamia lakukan. Kuro berganti celana jeans hitam panjang, kaos dan jaket hitam. Anna berganti one piece putih dan gaya rambut yang diikat menggunakan pita merah. Chika berganti celana pendek, sepatu boots dan sweater lengan pendek.

"Rumah ini berada di Midgard, tapi karena merupakan wilayah pribadi, maka tak ada orang yang bisa masuk kecuali kita."

Chika memeriksa peta Midgard dan melacak posisi mereka saat ini. Dan dia terkejut saat mengetahui sebenarnya tak jauh dari sebuah kota besar.

"Aku tak menyangka selama ini tak ada yang menemukan rumah sebesar ini." ucap Chika

"Tapi saat kau bilang rumah kita berempat dengan kata lain ini juga rumah kami?"

Flamia mengangguk.

Setekah mendengar itu Anna kegirangan, sedangkan Chika melihat status pemilik rumah memang adalah mereka berempat.

Mereka disambut oleh pelayan laki laki dan 6 maid. Dari status bar, mereka adalah NPC yang diperkerjakan di rumah itu.

Saat pertama kali memasuki rumah, mereka terkejut karena mereka benar benar seolah memasuki istana megah. Semua perabotan dan hiasan adalah item no 1 yang mahal.

Mereka melewati lorong dan berbagai ruangan, tapi tujuan mereka adalah ruang makan.

Mereka akan segera makan malam karena di CSO sekarang pukul 7 malam lebih meskipun di dunia nyata pukul jam 1 pagi lebih.

Makanan yang tersaji juga bisa dibilang memenuhi meja makan yang besar. Daripada makan malam, mungkin lebih cocok disebut sebuah pesta.

Kuro sedikit terkejut saat dipersilahkan duduk di kursi utama oleh pelayan.

"Mulai sekarang kau adalah suamiku, dengan kata lain kau adalah pemimpin rumah tangga di keluarga ini, jadi sekarang itu adalah tempatmu."

Kuro tersenyum kecut.

"Jadi peranku sebagai suami sudah dimulai kah..."

Kuro tak tahu harus berkata apa lagi.

Dia akhirnya duduk. Flamia dan Anna duduk di kursi paling dekat dengan Kuro, sedangkan Chika di samping Anna.

Mereka makan malam seperti biasa dan tak ada keributan berarti. Meskipun mereka baru menikah, tak ada ide atau usul untuk mengadakan sebuah pesta atau semacam perayaan.

Mungkin ini dikarenakan gaya hidup di dunia nyata yang sederhana dan tak melakukan suatu yang tak perlu.

Makan malam selesai, mereka berempat lalu menuju ke kamar mereka yang cukup besar dan memiliki tempat tidur yang cukup untuk 6 orang.

Kuro tersenyum kecut, tapi karena belum mengantuk, mereka memutuskan untuk beristirahat di beranda istana sambil menikmati bintang di langit dan beberapa awan tipis.

Kuro yang paling merasa lelah oleh tekanan batin dan fisik akhirnya merebahkan badannya di kursi panjang. Sedangkan ketiga istrinya duduk di meja bundar sambil menikmati minum teh.

"Flamia-chan, pertama tama aku ingin mengucapkan terima kasih karena berkat kau, aku mendapatkan suatu yang sudah lama ku inginkan."

"....kau tak usah berterima kasih. Bukankah aku yang berusaha merebut Kuro dari kalian? Aku tak pantas mendapat terima kasih."

"Sudahlah, jangan murung. Kami awalnya memang marah, tapi berkat kau semua berakhir lebih baik. Lagipula jika bukan karena kau meminta menikah, kami juga tak bisa menikah dengan Kuro-chan."

"Yahh.. meskipun dalam game.." tambah Anna.

".....game kah..."

Flamia tiba tiba murung sambil melirik ke arah Kuro yang sedikit terlihat pucat pasi.

Flamia sadar meskipun mereka menikah, tapi itu hanyalah hubungan yang terjalin dalam sebuah game.

"Kenapa kau sedih? Bukankah kau seharusnya senang?"

"Aku tidak sedih, tapi aku hanya iri kepada kalian berdua."

""............""

"Di dunia nyata kalian adalah orang terdekat Kuro dan orang yang paling mengenal Kuro. Dan jika bukan karena kalian, aku yakin Kuro akan menolak menikah denganku, benarkan?"

".....um..."

Anna tak menemukan jawaban yang tepat.

"Ya, tapi Kuro-chan belum tentu menolak. Mungkin kami adalah orang terdekat Kuro-chan, tapi kami tahu Kuro-chan bukanlah orang yang akan memutuskan suatu tanpa alasan yang jelas. Aku yakin jika dia tak punya perasaan terhadapmu, dia akan langsung menolakmu atau bahkan langsung menjauhimu."

"Dan itulah yang membuat kami sedikit tak suka kepadamu." tambah Anna. "Meskipun baru sebentar, kau telah membuat Onii-chan memiliki perasaan terhadapmu, sedangkan aku yang sudah bertahun tahun bersamanya justru selalu dianggap seorang adik dan bukan wanita."

Anna mendesah dan terlihat murung saat mengingat kembali siapa dirinya di depan mata Kuro. Seorang adik manja. Tak lebih dan tak kurang.

"Tapi kenyataan kalian selalu bisa bersama Kuro tetaplah tak berubah. Kalian bisa selalu bersama di dunia nyata, sedangkan aku hanya bisa bertemu di dunia ini."

"Jika seperti itu, kenapa tak bertemu di dunia nyata? Tapi aku menyarankan kau tak melakukannya karena jika kau tahu kebenarannya, kau akan lebih tersakiti."

Chiaki paling tahu tentang kenyataan dan kehidupan di dunia nyata. Rumit dan terlalu banyak misteri di dunia Kuro, tidak lebih tepatnya di keluarga Kuro.

"Chika-chan...."

Anna bisa mengerti karena dia juga mencintai Kuro, tapi ada sedikit perbedaan di antara mereka.

"Jangan kawatir, aku tak akan melakukan hal itu karena bagaimanapun, aku tak mungkin bertemu dia di dunia nyata."

"Ah.. kau benar... Di dunia nyata kalian jarang sekali muncul... Sebenarnya apa alasan kalian para Valkrie Maiden jarang terlihat?"

Kehidupan Valkyrie Maiden di dunia nyata sangatlah misterius. Ada yang bilang mereka NEET, orang kaya, cheater dan lainnya, tapi tak ada yang tahu kebenarannya.

Identitas sebenarnya di dunia nyata juga tak diketahui oleh umum. Dan ini membuat ada pemikiran bahwa mereka sebenarnya adalah AI atau NPC yang canggih.

Tapi rumor hanyalah rumor.

".....i-itu karena..."

Flamia menggigit bibir bawahnya dan terlihat gugup. Tubuhnya juga sedikit gemetar.

"Sudahlah," ucap Anna tiba tiba. "Kalian pasti punya alasan sendiri untuk jarang muncul, tapi aku harap bisa bertemu denganmu di dunia nyata, Flamia-chan."

"............"

Chika ikut tersenyum karena merasakan hal yang sama.

"Sebaiknya kita nikmati saja sekarang ini karena jika bukan game, kita bertiga tak mungkin akan bisa menikah dengan Kuro-chan."

Di dunia nyata, Jepang. Poligami adalah suatu yang dilarang, tapi di CSO tidak. Inilah yang membuat mereka bertiga bisa menikah dengan Kuro.

Pernikahan seperti mereka tidaklah jarang, tapi jarang yang bertahan lama karena konflik.

"Ya kau benar." ucap Flamia sambil melirik cincin yang menjadi simbol pernikahan mereka. "tapi aku tetap tak bisa seperti kalian."

Anna dan Chika sadar, dalam pernikahan ini, Flamia mungkin yang paling merasa tak diuntungkan. Dia memang menikah dengan Kuro, tapi dia hampir tak mengenal Kuro seperti mereka berdua.

Chika mendesah kecil.

"An-chan, bagaimana kalau kita memberikan waktu untuk mereka berdua."

"Ehhh.. " Anna langsung terlihat menolak. "Tapi jika mereka berduaan, mereka bisa saja melakukan ini, itu dan apa kau lupa kita baru menikah, dan ini malam pertama kita, apa kau ta- Ouh!"

Chika menjitak kepala Anna dengan pelan.

"Bodoh, kita ada di game. Mereka tak akan melakukan macam macam, tapi karena batas privasi telah dihapus, mereka paling akan berciuman seperti binatang."

"Kenapa kau mengatakannya seperti itu?"

Wajah Anna memerah. Hal yang sama juga terjadi kepada Flamia seolah dia membayangkan hal itu.

"Yah.. intinya adalah mereka tak akan melakukan hal lebih. Meskipun sudah menikah, kita ada di game, jadi meskipun mereka tak tahan ingin melakukan sex, mereka tak akan bisa, mengerti?"

Anna berpikir sejenak.

"Ahh.. kau benar. Jika dipikir pikir lagi mereka berciuman, tapi tak menggunakan tubuh asli, jadi kurasa tak dihitung."

"Ya. Itulah maksudku. Jadi kita biarkan mereka berdua lebih mengenal satu sama lain."

"Ta-tapi...."

Ruko masih menentang.

"Lagipula hanya malam ini. Kenapa tak mengalah untuk satu ini? Jika kau mampu, mungkin kesan Kuro-chan terhadapmu akan sedikit berubah."

"Maksudmu?"

"Kuro-chan menganggapmu lebih dewasa, dan itu artinya..."

Anna langsung paham apa yang dimaksud Chika. Dia juga membayangkan apa yang terjadi jika Kuro menganggap dirinya lebih dewasa.

"Baiklah, aku akan membiarkan kau berduaan dengan Onii-chan, tapi hanya untuk malam ini."

Chika tersenyum kecil setelah Anna setuju dengan usulnya.

Tapi Flamia justru terlihat tak senang dan lebih mirip orang bingung.

"Ummm... aku punya pertanyaan, ....apa itu sex?"

""........""

Mereka berdua tak tahu harus berkomentar apa.

Tak hanya polos dalam urusan cinta, tapi juga polos dalam urusan masalah dewasa. Sulit dipercaya orang sepolos Flamia mengajak menikah seseorang.

Tapi tak butuh waktu lama Chika dan Anna tahu apa yang harus mereka perbuat terhadap Flamia.

Mereka melirik satu sama lain untuk mengkonfirmasi apakah mempunyai pikiran yang sama.

"Flamia-chan, kurasa saatnya kau mendapatkan..."

"Pelajaran tentang apa itu sex dan masalah dewasa lainnya."

Senyuman iblis muncul di bibir mereka. Mata mereka menunjukkan akan meracuni otak Flamia yang masih polos dan suci.

Karena tak mengerti, Flamia tersenyum senang tanda tak sabar.

Sementara itu, Kuro sedang melakukan suatu yang sangat penting, yaitu menyusun jadwalnya dan mempersiapkan mental untuk menghadapi masalah yang akan datang baik di dunia nyata maupun CSO.

Berbagai panel berisi tulisan ada di depan Kuro.

(Sekarang di internet pasti sedang membicarakan pernikahanku dengan Flamia. Dengan kata lain, mereka pasti akan mencari tahu siapa diriku di dunia nyata.)

Kuro memunculkan panel baru yang menunjukkan berita seputar VRMMO. Dan sudah ditebak pernikahannya menjadi perbincangan hangat.

Identitas dirinya juga sudah ketahuan.

(.......aku rasa ini bukan masalah besar. Yang menjadi masalah adalah bagaimana menjelaskan bahwa aku tak hanya menikah dengan Flamia, tapi juga mereka berdua.)

Kuro mendesah kecil lalu melirik mereka bertiga yang sedang asik membahas suatu yang kelihatan penting.

(Mereka cepat akrab, syukurlah.)

Masalah sedikit berkurang. Tapi masalah masih banyak.

Kuro lalu mencari berita lainnya di media sosial. Dan hasilnya tak terlalu mengherankan, semua media sosial membahas Kuro.

Caci maki dan pujian dia terima, tapi caci maki lebih mendominasi.

Tapi itulah kengerian media sosial.

(Mereka hanya bisa membahas omong kosong, jujur saja aku kasihan dengan mereka.)

Kuro menguap karena sudah mengantuk. Dia benar benar lelah hari ini.

"Um?"

Kuro sadar mereka bertiga sudah selesai dan mendekat ke arah Kuro. Yang menjadi masalah adalah wajah Flamia yang semerah tomat matang.

(Apa yang mereka lakukan terhadap dia?)

Kuro tahu seberapa polos Flamia, dan itu artinya Flamia mudah terpengaruh. Dan pengaruh yang paling buruk datang dari dua orang lainnya.

"Onii-chan, aku dan Chika-chan akan log out. Kami memberikan waktu malam ini untuk kalian berdua, jadi lakukan apapun yang kalian mau."

"......sampai jumpa, nikmati malam pertama kalian."

"Ho-"

Sebelum sempat selesai, Chika dan Anna sudah log out dan menghilang.

Sekarang beranda hanya ada Kuro dan Flamia.

Sayangnya, wajah Flamia yang memerah dan sedikit tak berani menatap dirinya membuat Kuro sadar Chika dan Anna sudah melakukan sesuatu terhadap Flamia.

"Err.. kenapa kau tak duduk?"

"......un.."

Flamia mengangguk lalu melangkahkan kakinya menuju kursi panjang yang ada di dekat Kuro.

Dan entah mengapa Flamia yang biasanya banyak bicara kini justru menjadi pendiam.

"Apakah mereka melakukan sesuatu terhadapmu?"

"...ti-tidak. Mereka tidak melakukan apapun. Mereka sangat baik kepadaku."

"Begitu rupanya." Kuro lalu menoleh ke arah langit yang dipenuhi bintang. "Tapi aku harap kau tak murung. Aku tak suka itu."

"......."

"Jadi jika ada masalah, lebih baik kau mengatakannya."

Flamia lalu sadar Kuro mencemaskan dirinya. Perubahannya pasti membuat Kuro kawatir.

"Maaf telah membuatmu kawatir."

Kuro hanya tersenyum kecil setelah tahu Flamia lebih baik dan sudah kembali seperti biasanya.

"Mereka berdua memberikan waktu untuk kita agar bisa mengenal lebih baik, tapi aku ragu kau akan menjawab semua pertanyaanku atau kau tak akan menjawab jujur pertanyaanku, benarkan?"

"Kuro, kenapa kau berkata seperti itu? Kau adalah suamiku, sudah pantas aku menj-"

"Kau tak usah memaksakan dirimu!"

"........"

"Aku sadar Valkryie Maiden mempunyai rahasia besar tentang CSO, tentang dunia ini. ....jadi meskipun kau mengatakanya hanya karena aku suamimu, maka aku memilih tak akan mendengarnya."

"Ta-tapi-"

"Sudahlah, apa kau lupa dengan apa yang kukatakan saat kita harus melawan Demon King? 'Aku akan selalu bersamamu dan tak akan meninggalkanmu sendirian.' Jadi jika sudah saatnya, aku akan meminta kau memberi tahuku."

Kuro tersenyum lebar, tapi dia langsung menguap. Meskipun di CSO baru jam 8 malam, tapi di dunia nyata sudah pukul jam dua malam lebih.

Pikirannya sudah terlalu lelah.

"Kuro, apa kau baik baik saja dengan ini?"

"Flamia adalah Flamia. Itu sudah cukup bagiku. Jika aku tahu sebenarnya siapa dirimu, apakah kau akan berubah? Aku rasa tidak."

"..............."

Flamia tercengang dengan apa yang dia dengar, tapi yang paling penting, dia merasa bahagia dan bersyukur karena tak salah memilih orang.

"Jadi apa yang ingin kau tanyakan tentang diriku? Aku akan menjawab semua pertanyaanmu selama bisa aku jawab."

Flamia tersenyum.

Dia memang tak terlalu mengenal Kuro di dunia nyata, jadi yang dia tahu hanyalah sebatas kehidupan Kuro di CSO.

"Baiklah, jika kau akan menjawab pertanyaanku, maka ada satu pertanyaan yang sudah lama aku pendam."

".........."

"...bagaimana bisa Chika-chan dan Anna-chan jatuh cinta kepadamu? Selain itu, bukankah Anna-chan adalah adikmu?"

Flamia penasaran alasan kenapa mereka berdua bisa jatuh cinta kepada Kuro. Dia pasti ingin tahu dengan kisah orang yang mempunyai posisi yang sama dengannya.

"Satu hal yang harus kau tahu, Anna bukanlah adik kandungku, jadi dia mencintaiku bukanlah suatu masalah."

"Heeehhh!!"

Flamia benar benar terkejut.

"Kedua, jika kau bertanya alasan dia jatuh cinta kepadaku, maka aku tak tahu karena cinta adalah suatu yang rumit."

"Ah... kau benar. Aku bahkan tak tahu kapan jatuh cinta kepadamu."

"Tapi jika awal dia jatuh cinta, maka mungkin itu saat kami berada di Water Park dua tahun yang lalu."

"......."

"Saat itu, Ru-Anna tenggelam karena kakinya keram. Aku berhasil menyelamatkannya, tapi saat aku tahu dia tak bernafas, aku langsung melakukan nafas buatan."

"Ah..."

Flamia mulai sedikit mengerti.

"Kami sudah berciuman beberapa kali, jadi itu bukan masalah besar bagiku, tapi setelah itu, Anna sudah tak menganggapku sebagai kakak, tapi sebagai lelaki. Dan itulah ceritanya."

Setelah mendengar itu, Flamia paham yang bersalah adalah Kuro. Tapi Kuro melakukan itu demi menyelamatkan Anna. Itu adalah suatu yang wajar dilakukan seorang kakak.

Flamia mendesah kecil.

"Lalu bagaimana dengan Chika? Jangan bilang kau memberikan nafas buatan lagi!?"

"Chika, Aku dan Anna adalah teman masa kecil, jadi kami sudah sangat akrab. Tapi tiba tiba dia menyatakan cinta padaku."

"Dan kau menolak?"

"Aku menerimanya karena aku juga mencintai Chika."

"......."

Mendengar itu, Flamia cukup terkejut. Dengan kata lain Chika adalah cinta pertama Kuro.

"Tapi kami tak menjalin hubungan karena suatu alasan yang cukup rumit. Sekarang kami kembali menjadi teman masa kecil, tapi jujur saja, aku masih punya perasaan terhadapnya."

"........begitu rupanya. Aku sedikit merasa lega setelah mendengarnya. Tapi aku ingin tahu perasaanmu terhadapku."

Kuro tak langsung menjawab dan menunjukkan eksresi rumit.

"Maaf Flamia, jujur saja aku masih tak tahu perasaan apa yang kumiliki terhadapmu."

"......."

"Tapi saat bersamamu aku merasa senang. Itu saja."

Kuro lalu berdiri dan bersiap melangkahkan kakinya.

"Aku ke tempat tidur lebih dulu, Flamia."

"............."

Flamia terdiam karena masih terkejut dengan jawaban yang dia terima. Sedangkan Kuro sudah melangkahkan kakinya pergi ke kamar mereka dan tak log out.

Saat ini perasaan campur aduk menghampiri Flamia.

Dia mencintai Kuro dan berhasil menikah dengan Kuro, tapi apakah Kuro mencintai dirinya?

(Dia bilang senang bersamaku. Bukankah itu hal yang sama kurasakan saat bersama dengannya?)

Meskipun sedikit terkejut, tapi dia berhasil mengambil sebuah kesimpulan.

(Itu artinya, dia juga mencintaiku.)

Flamia tersenyum senang. Dia berdiri lalu menyusul Kuro dengan berlari.

Mereka berdua lalu menuju kamar mereka berdua bersama.

Tak berapa lama, mereka sampai. Kuro langsung merebahkan tubuhnya dan terlihat sangat lega karena akhirnya bisa beristirahat.

Meskipun online, jika tubunya tidur, dia akan bisa beristirahat dengan tenang.

Di sampingnya, Flamia merebahkan tubuhnya dengan tengkurap sambil menggunakan dua tangannya untuk menahan dagunya dan tersenyum senang.

"......."

Wajah Kuro memerah saat mengetahui Flamia telah mengganti pakaiannya dengan piyama tipis.

Dan yang lebih parah, dia tak memakai bra sehingga Kuro bisa melihat cerry kemerahan yang berada dibalik piyamanya.

Kuro langsung menoleh ke arah lain dan berusaha melupakan apa yang dia lihat.

"Kenapa tak menatapku?"

"Bukan apa apa."

Kuro menutup matanya. Disaat yang sama dia mengganti pakaiannya dengan piyama seperti Flamia.

Perlahan dia mulai tertidur dan terlelap, tapi-

"Ugh..."

Dia kembali membuka matanya saat Flamia tiba tiba menindih perutnya.

"Apa yang kau lakukan?"

Kuro bertanya, tapi Flamia justru menunjukkan tatapan kesal.

"Kau adalah suamiku, seharusnya kau lebih tahu daripada aku."

".......?"

"Aku sudah mengganti pakaian seperti ini, tapi kau sama sekali tak tertarik."

Sebuah lingkaran sihir muncul di tangan Flamia, dan Kuro langsung tahu apa yang akan Flamia lakukan.

"Baiklah, aku mengerti. Apa maumu?"

Flamia tersenyum. Disaat yang sama dia menghilangkan lingkaran sihir pertanda dia membatalkan skill [Fire Chain].

Flamia menyingkir dari tubuh Kuro. Sedangkan Kuro duduk di tempat tidur.

"Aku hanya minta ciuman darimu."

Kuro mendesah kecil.

"Bukankah hari ini kita sudah melakukannya?"

"Ya, tapi tadi ada Chika-chan dan Anna-chan. Karena hanya kita berdua, jadi kita bisa bebas."

"..........."

Entah mengapa, Kuro bisa menebak apa keinginan Flamia. Sayangnya, jika menolak nasibnya akan berakhir lebih buruk seperti pengalamannya yang sudah sudah.

Dengan perlahan, Kuro mendekatkan bibirnya ke Flamia yang sudah menutup matanya. Sebelum sempat menyentuh, Kuro berhenti sesaat, tapi akhirnya dia mencium Flamia beberapa detik.

"Hm... lagi.."

Kuro menuruti Flamia dan menciumnya lagi. Kali ini dia mencium Flamia lebih lama dan sedikit lebih agresif.

"!"

Kuro terkejut saat Flamia tiba tiba memasukkan lidahnya dan sekarang yang memimpin ciuman mereka.

Sensasi lembut, manis dan wangi tubuh Flamia terasa begitu menyejukkan Kuro. Perlahan, Kuro akhirnya terbawa suasana dan menikmati ciuman mereka.

Dia memegang pundak Flamia dengan perlahan sambil terus mencium Flamia. Flamia sedikit terkejut saat tangan Kuro perlahan mulai menyentuh dadanya dan dengan lembut menyentuhnya secara langsung. Kuro meremasnya dan perlahan memainkannya.

"Hyahh..."

Flamia mendesah. Tapi Kuro langsung menutup mulut Flamia dengan ciuman lainnya. Tak hanya itu, Kuro mendorong tubuh Flamia sehingga tertidur di kasur.

"Hahh..Kuro.. tung-"

Kuro tak membiarkan Flamia bernafas dan menciumnya lagi. Tangannya kini mengeluarkan api hitam yang langsung membakar pakaian Flamia.

(?!)

Kini seluruh bagian tubuhnya terlihat oleh Kuro, tapi Flamia tak merasa keberatan, tapi bukan berarti dia tak malu.

Wajahnya memerah dan tubuhnya terasa panas. Keringat bercucuran di tubuh Flamia. Hal yang sama juga berlaku kepada Kuro.

Sambil mencium Flamia dan dengan perlahan mencumbu Flamia, pakaian Kuro lenyap.

Flamia mendesah. Dia memeluk tubuh Kuro agar Kuro tak pergi.

"Flamia?"

"Kuro......."

Kuro berada di atas Flamia dengan wajah memerah. Dia bisa melihat seluruh tubuh Flamia seperti saat dia lahir. Kulit putih mulus dan lembut dan tatapan yang menggoda membuat Kuro melupakan segalanya.

Perlahan Kuro mendekat untuk mencium Flamia lagi.

Flamia menutup matanya. Dia memeluk Kuro lebih erat dan merasakan Kuro menyentuh tubuhnya di bagian sensitif tanpa ragu. Flamia tak menolak. Dia menerima Kuro sepenuhnya dan Kuro juga sama.

Air mata mengalir dari kedua mata Flamia. Tapi itu adalah air mata kebahagiaan. Sekarang dia sepenuhnya sudah bersatu dengan orang yang dia cintai.

Tanpa mereka sadari, cincin pernikahan mereka berdua bersinar.

Tapi mereka tak peduli atau tak ingin peduli karena yang paling penting bagi mereka adalah menikmati malam mereka. Malam pertama mereka sebagai suami istri.

Keesokan harinya, Kuro membuka matanya. Pandangannya sedikit kabur dan kepalanya sedikit terasa pusing.

Setelah pandangannya fokus, yang pertama kali Kuro lihat adalah atap kamarnya.

"..........."

Aneh. Kuro ingat dia seharusnya sedang online dan berada di kamar mereka.

Kuro ingat setelah dia mencium Flamia, entah mengapa dia mulai kehilangan kendali dan akhirnya melakukan 'itu' dengan Flamia.

Ini seharusnya tak terjadi. Pikir Kuro.

Tapi mereka adalah suami istri, jadi Kuro berpikir bisa melakukan apapun terhadap Flamia. Dia bahkan tak peduli dia melakukannya dalam sebuah game.

Kuro menoleh ke samping untuk melihat jam.

Pukul 6.30. Ini masih pagi, tapi bagi Kuro ini adalah siang karena Kuro biasa bangun jam 5 pagi.

"....."

Dia juga bisa melihat VR Gear yang terletak di tempat biasa dia meletakkannya.

(Mungkinkah aku log out, tapi aku langsung tertidur?)

Hanya itulah penjelasannya.

Kuro bangun, tapi entah mengapa di merasa kedinginan. Dan setelah dia melihat tubuhnya, dia akhirnya sadar tak memakai pakaian satupun.

".........."

Mungkinkah dia tak sadar melepas pakaiannya?

Kuro melirik pakaiannya yang berserakan di lantai. Meskipun tak tahu apa yang terjadi, dia lalu memakainya satu persatu.

Saat melihat cermin, dia bisa melihat rambutnya yang acak acakan. Tapi ini bukan suatu yang penting.

Kuro berjalan ke jendela, membuka tirai lalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Saat itulah dia mendengar pintu diketuk beberapa kali.

"Onii-chan, kau sudah bangun? Sarapan sudah siap."

"Tunggu sebentar, aku sedang mencuci muka."

"Uh.. baiklah. Tapi cepat sebelum dingin."

"Iya iya.."

Suara langkah kaki menjauh terdengar dari balik pintu yang mempunyai banyak kunci dan gembok. Semua itu hanyalah untuk berjaga jaga kalau Ruko menyusup.

Kuro melangkahkan kakinya ke kamar mandi, tapi tiba tiba mendengar suara desahan seorang gadis dari tempat tidurnya.

"?"

Kuro langsung melirik tempat tidurnya dan menemukan sebuah guling, tidak. Seorang gadis yang berada dibalik selimut. Yang lebih parah, gadis itu telanjang.

Dari selimut yang bergeser, Kuro sekarang bisa melihat kedua dada gadis itu.

Kuro langsung menutup matanya.

(Apa yang terjadi? Apakah aku tanpa sadar membawa seorang gadis lalu memperkosanya?)

Itu tak mungkin.

(Apa yang terjadi disini?)

Kuro bingung dan panik karena tiba tiba ingat dia akan mendapat masalah besar jika Ruko mengetahui ada seorang gadis telanjang di kamarnya.

Tapi yang lebih penting bagaimana bisa ada seorang gadis telanjang di tempat tidurnya?

(Aku dalam masalah besar.)

Kuro berkeringat dingin dan keringat bercucuran. Dia panik dan pucat pasi membayangkan apa yang akan terjadi jika Ruko tahu.

"Ha....."

"?!"

Kuro mendengar gadis itu tampaknya sudah bangun.

Kuro langsung penasaran dan membuka matanya sedikit untuk melihat gadis itu.

Tapi yang dia lihat adalah wajah seorang gadis yang sangat dengannya.

"Wha...!"

Kuro terkejut dan hampir melompat. Dia tak menyangka gadis itu sudah ada di dekatnya.

"Kuro, kenapa kau seperti melihat hantu?"

"Eh?"

Entah mengapa Kuro merasa akrab dengan suara gadis itu. Lalu dia memperhatikan sekali lagi gadis itu.

Gadis itu tetap telanjang dan terlihat tak malu, tapi bukan itu masalahnya. Rambut kemerahan bagai api membara, kulit putih seputih susu tak pernah dia lupakan.

"Flamia?"

Gadis itu adalah salah satu Valkryie Maiden dan salah satu istrinya.

(Tunggu, kenapa dia disini?)

Saat sedang bingung, Flamia justru melihat seluruh isi kamar Kuro dengan teliti.

"Hmm... jadi inikah kamarmu? Aku tak menyangka sempit sekali."

"Itu bukan urusa- Huh.. bukan begitu. Cepat kau pakai pakaian, apa kau tak malu?'

Flamia terlihat bingung.

"Malu? Setelah semua yang kita lakukan semalam, aku rasa malu sudah terlambat."

"Eh?"

Kuro terkejut dan bingung. Memang dia melakukan hal itu, tapi itu ada dalam CSO dan bukan dunia nyata.

(Apa yang terjadi disini?)

Kuro benar benar tak mengerti.

"Selain itu, aku tak bisa menemukan pakaianku."

"Pakaian?.. tunggu sebentar!!"

Meskipun tak terlalu mengerti, namun Kuro langsung membuka lemarinya dan mencari baju yang cocok untuk Flamia.

Tok Tok tok... Suara pintu diketuk terdengar lagi. Itu pertanda buruk.

"Onii-chan, apa ada masalah? Aku tadi mendengar suara ribut."

Kuro langsung panik. Dia mempercepat pencariannya dan mengambil kemeja putih lalu memberikannya kepada Flamia.

Tapi Flamia tak langsung menerimanya.

"Suara itu, mungkinkah Anna-chan?"

"Sudahlah cepat pakai!!" ucap Kuro setengah berbisik.

"Onii-chan, apa kau baik baik saja?"

"Uhmm... aku baik baik saja. Tunggulah sebentar lagi!"

"Kuro, cepat pakaikan!"

"Apa kau tak bisa memakainya sendiri?"

Flamia justru bertingkah manja dan tak mengerti situasi.

"Onii-chan, apa yang kau sembunyikan dariku?"

"Eh? Aku tak menyembunyikan apa apa."

Kuro semakin berkeringat dingin dan panik. Dia akhirnya terpaksa memakaikan kemeja.

Dia memasukan dua lengan lalu tinggal mengancingkan pakaiannya.

"Kenapa kau takut jika Anna-chan tahu aku ada disini?"

"Sudahlah, apa kau tah-"

Baammm!!'

Pintu tiba tiba digedor dengan keras. Mungkin Ruko menendangnya.

"Onii-chan... kau tahu, aku benci saat kau berbohong. Siapa gadis yang ada di kamarmu?"

"Gadis? Itu hanyalah suara game!"

"Anna-cha-"

"Bisakah kau diam!"

Tiba tiba suasa menjadi tenang, tapi itu adalah kabar buruk.

"Kamikiri- Ryu [Hammer Fist]"

Booom!! Pintu kamar Kuro yang penuh dengan gembok hancur berkeping keping menyebar ke seluruh kamar Kuro. Ada bagian pintu yang mengenai kepala Kuro dengan cukup keras.

"Ouch.."

Kepala Kuro terasa sakit. Hal itu juga membuat Kuro kehilangan keseimbangan dan dia akhirnya tak sengaja menarik Flamia hingga terjatuh ke lantai.

Buuukk. Mereka terjatuh cukup keras, tapi Kuro baik baik saja. Dia membuka matanya.

Dan apa yang pertama Kuro lihat adalah dua melon besar yang kini berada tepat di bagian wajahnya.

Melon lembut, hangat dan kenyal seperti marsmallow.

(...............ah....)

Kuro langsung berpikir akan mati karena jika Ruko sudah menggunakan Kamikiri-Ryu, maka itu artinya dia benar benar marah.

"Ah... Anna-chan? Aku tak menyangka kau lebih cantik! Rambutmu ternyata juga hitam seperti Kuro. Hmm... kenapa kau tak merubahnya menjadi hitam saja?"

"........................eh?"

Amarah Ruko tiba tiba lenyap saat melihat gadis itu adalah Flamia.

Meskipun posisi Kuro dan Flamia bisa dibilang cukup berbahaya, apalagi dengan Flamia yang telanjang, tapi amarah Ruko tak bisa keluar. Terkejutlah yang kini dia rasakan.

"EEEEEEEEEEEHHHHHHH!!!''

Ruko berteriak dengan kencang sampai tetangga dapat mendengar suaranya.

Sedangkan Flamia,

"Apa ada masalah?"

"Kaulah masalahnya." jawab Kuro yang hampir tak bisa bernafas.

Biografi

=>Liber di CSO bisa melakukan poligami.

=>Setelah menikah, batas pribadi kedua antara Liber akan menghilang. Bersamaan dengan itu, sistem dan skill yang dimiliki dua Liber akan diperbarui.

=>Karena tak ada Valkryie Maiden lain yang belum menikah, maka perubahan sistem yang terjadi belum diketahui. Fenomena yang dialami Flamia adalah salah satunya. Hanya saja, fungsi dengan rating R18+ bisa dilakukan.

=>Sebagai hadiah ulang tahun, Kuro menandatangani lembar surat pernikahannya dengan Ruko. Tetapi karena umur mereka belum cukup, surat itu belum berlaku.

Continue Reading

You'll Also Like

13.1K 1.9K 115
Judul Asli:η©ΏδΉ¦ε₯³ι…ζŠ’θ΅°ιœΈζ€»ε…‰ηŽ― Status:Completed Author:Turn the sky Lian Xi pindah ke esai umum tiran kuno dan menjadi peran pendukung wanita dari keluarga ka...
689K 89.3K 200
Novel ini bukan karya saya. THIS STORY AND NOVEL Isn't Mine I DO NOT CLAIM ANY RIGHTS SELURUH KREDIT CERITA NOVEL INI MUTLAK MILIK AUTHOR (PENGARANG...
55.1K 1.8K 6
[Original Fiction] [Re-Publish] [Slow up] Penampilan. Prestasi. Latar belakang. Semuanya sempurna bagi Hibiki, seorang gadis 16 tahun yang tengah ber...
1.4K 170 18
Novel Terjemahan Kyuuketsu Hime wa Barairo no Yume o Miru Volume 2 - Turbulence in Royal Capital Tipe Web Novel Bahasa Jepang Author Ichiro Sasaki St...