Stay With You ✅️

Bởi renkechan

27.5K 3K 1.2K

Kisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang men... Xem Thêm

PROLOG
Those Eyes
MY WISH
MY WISH pt 2
GIFT (?)
TAK ADA YANG BEDA, HANYA ...
RAHASIA (?)
RAHASIA (2)
KENAPA HANYA KAMU..(?)
Self
DIA MILIKKU (!)
DIA MILIKKU (!) 2
DIA MILIKKU (!) 3
KERAGUAN
PERJALANAN BARU DIMULAI
LIKU-LIKU
KUNCI
APA INI KEGELISAHAN?
NOT YOU (2)
NOT YOU (3)
YES I'M
IKAN
YOONMIN
HARI BAHAGIA
PRESENT
PRESENT 2
KEHIDUPAN PERNIKAHAN
MABA VS MASA
JADI....
💜
IS IT FINE (?)
IS IT FINE (?) pt 2
IS IT FINE (?) pt 3
NO, IT IS NOT FINE
🖤
🖤🖤
🖤🖤🖤
🖤🖤🖤🖤
ME, YOU + (SHE)
ME, YOU+ (SHE) 2
ME, YOU + (SHE) 3
ME, YOU+(SHE) 4
THE SISTER
THE SISTER (2)
JUST WE ARE
JUST WE ARE (2)

NOT YOU

469 70 37
Bởi renkechan

"Kamu gak malu dilihat temen-temenmu? Cepet sana masuk. Nanti ketinggalan pesawatnya."

"Hiksss.... nanti langsung telepon ya kak."

"Iya nanti langsung telepon. Kalau perlu langsung video call. Kookie udah besar. Bener kata temen-temenmu Kook. Kamu butuh tau dunia luar tanpa kakak."

"Tapi nanti kangen."

"Gak apa. Demi cita-cita 'kan? Ayo sana cepet itu ditungguin temen-temenmu!"

"Kak Seokjin jangan lupa makan, banyakin istirahat ya kak... hiksss. Nanti kalau uang Kookie udah banyak, kakak gak perlu pergi kerja dari pagi sampai malem. Nanti kakak cukup kerja di tempat kak Yoongi aja."

"Iya sayang. Kerja tempat Yoongi aja. Udah sana cepet lepas peluknya. Sini kakak mau lihat muka gemes kelincinya kakak."

Seokjin mendorong bahu kelinci manisnya perlahan. Sugguh jika ia mampu, ia tak kan membiarkan Jungkook pergi jauh tanpa dirinya. Pemikiran yang tak lazim selalu menghantuinya setiap malam semenjak Jungkook mengatakan bahwa ia akan pergi jauh untuk beberapa waktu.

Mata bulat itu terlihat memerah. Air mata seakan bermain ricuh di pipi kanan kirinya yang licin. Meski terlihat begitu tenang, hati Seokjin sebenarnya menangis dalam diam. Panas dan tertekan, air itu perlahan ia telan kembali seiring berjalannya waktu yang semakin berkurang.

Entah seberapa kuat ia setelah Jungkooknya pergi. Bisa jadi Seokjinlah yang paling tak bisa menahan rindu.

Seokjin mengusap lembut setiap cucuran air mata yang masih enggan terbendung. Senyuman yang begitu hangat ia berikan untuk Jungkook, sebagai bekal delapan bulan kedepan.

"Kak. Kookie berangkat."

Sekali lagi, sebuah pelukan hangat Seokjin berikan dan Jungkook membalasnya tak kalah erat.

"Hati-hati di jalan ya."

"Kookie sayang kakak."

"Me too."

Lambaian tangan tak luput dari penglihatan Seokjin sampai punggung yang selama ini menjadi sandaran ternyaman kala dirinya lelah, berangsur menghilang di balik pintu kaca besar yang terhubung dengan lorong yang di sediakan untuk para penumpang berjalan menuju tangga pesawat.

Ia berbalik. Tangannya ia ayunkan lunglai, menyugar rambut hitamnya yang mulai memanjang. Hatinya kalut namun ribuan doa selalu ia panjatkan untuk keberhasilan Jungkook.































****

Beberapa bulan berlalu dan hubungan keduanya masih dan selalu berjalan dengan baik. Tak ada perbedaan waktu yang mencolok antara tempat tinggal keduanya. Hanya selisih satu hingga dua jam dan itu tak menyulitkan komunikasi antara Seokjin dan Jungkook.

"Kelihatannya capek banget ya?"

"Iyaaaaa. Baru sampai udah disuruh latihan."

"Semangat dong sayangnya kakak. Kurang empat negara kan ya?"

"Hu'um. Mau cepet pulang. Mau peluk-peluk, cium-cium, manja-manja."

"Hahahha. Sabar ya sayang."

Hari ini adalah bulan ke lima Jungkook berada jauh dari Seokjin. Rindu keduanya semakin tak terbendung namun beruntunglah teknologi canggih tak luput dari kemajuan jaman. Hampir setiap malam Seokjin menghubungi Jungkook. Bukan ia ingin mengganggu istirahat si manis namun itulah pemaksaan yang dilontarkan Jungkook padanya. Kelinci nakal itu mengatakan bahwa "Kalau sehari aja kakak gak telepon Kookie, awas aja! Kookie marah. Terus ini ya, kakak gak boleh selingkuh dari Kookie! Kalau sampai kakak diem-diem selingkuh dari Kookie, nanti Kookie doain kakak gak bisa kentut selama satu bulan!"

Ultimatim itu tentu tak membuat Seokjin takut. Malahan ia tertawa hingga mengeluarkan air mata saat Jungkook mencoba mengatakan isi hatinya. Perihal ancaman tentang perselingkuhan, sebenarnya Jungkook tak main-main. Hanya saja tak akan mungkin ia mendoakan yang tak baik untuk kekasihnya bukan?

"Kak."

"Hng?"

Dari dapur kontrakan, Seokjin masih sibuk mengaduk kimchi yang ia buat untuk dirinya sendiri. Matanya tak lepas dari irisan-irisan sayur mayur yang dibalut dengan bubuk cabai dan beberapa bumbu tambahan di dalam mangkuk besar. Sejak dulu, Seokjin biasa membuat kimchi yang akan habis jika dimakan selama satu bulan.

"Kakak lihat sini!"

"Apa sayang? Bentar ya. Ini udah mau selesai." Seokjin tetap melanjutkan kegiatannya tanpa berniat melihat ke arah kamera. Pikirnya, acara membuat kimchi ini segera ia selesaikan agar lebih cepat dapat bercengkerama dengan kelinci manisnya.

"Ck."

Mendengar decakan yang keluar dari mulut sang kekasih, seketika membuat Seokjin mengangkat tangan dan melepaskan sarung di tangannya. Ia berjalan mendekati ponsel dan berfokus pada kelinci tampan yang bibirnya kini berlomba lebih panjang mana jika dibandingkan dengan hidung.

"Kakak sayang disini. Kelinci sayang mau ngomong apa?"

"Gak jadi."

"Jangan ngambek dong. Kookie kan lagi jauh. Kakak gak bisa nih ngebujuknya pakai cium-cium."

"Dih mesum!"

"Lah. Kan emang biasanya suka dicium-cium pipinya? Bagian mananya yang mesum?

"Oh pipi."

"Ya emang Kookie maunya apa? Hayoo!"

"Ih, apa sih! Gak jelas tau kak seokjin."

"Hahaha. Muka kamu merah banget Kook. Dingin ya disana?"

"Dingin apanya. Yang ada panas nih badan aku." Jungkook berucap lirih hingga tak terdengar di telinga Seokjin.

"Apa? Jangan ngedumel gak jelas gitu. Kakak gak bisa denger Kook."

"Apa? Enggak ada apa-apa."

"Hmmm."

Seokjin kembali meletakkan ponselnya dan ia sandarkan pada aquarium yang berisi dua ekor ikan emas. Ikan-ikan itu Jungkook namai 'Jwan dan Jekey'. Jwan, ikan berwarna kuning emas tanpa celah disetiap siripnya. Tampak kokoh dan berwibawa jika dibandingkan dengan ikan Jekey yang berwarna emas dan dibaluti sedikit semburat kemerahan dibagian wajahnya. Ikan itu nampak begitu cantik dan ceria. Persis seperti Jungkook.

"Kak duduk dulu!"

Lelaki berbahu lebar yang kini tengah berdiri dan berniat untuk membuka apronnya, kembali mendudukkan diri di sofa kecil yang baru saja ia beli hasil dari kerja malamnya.

"Siap, kakak duduk. Sekarang mau ngomong apa?"

"Buka dulu apronnya! Kookie risih lihatnya."

"Tadi kakak mau lepas tapi malah kamu suruh duduk."

Jungkook memutar bola matanya jengah. Sungguh kakaknya kini semakin pintar menjawab setiap perkataaan Jungkook.

"Beres. Ayo sekarang Kookie mau ngomong apa?"

"Kak." Jungkook yang tadinya sangat terlihat antusias ingin mengatakan sesuatu, kini tetiba saja terlihat ragu. Ia gigiti bibir tipis bagian bawah yang sampai saat ini bahkan Seokjin belum pernah menyesapnya.

"Kok diem? Jangan digigiti gitu dong bibirnya. Nanti luka."

"Anu..." Jungkook masih saja ragu.

"Kookie mau apa? Ngomong aja. Kakak pasti kasih apapun yg Kookie minta semampu kakak."

"Mmmm... bentar lagi kan Kookie pulang. Mmm... gimana menurut kakak kalau kita...."

"Kita?"

"Kita..... me-menikah?"





Blusshhhh.......






Kini wajah keduanya memerah. Seokjin yang mulanya terlihat percaya diri akan mengabulkan apapun permintaan Jungkook, kini terdiam malu tanpa kata.

Apa Jungkook melamarnya? Ah, lagi-lagi Seokjin kalah satu langkah. Bukankah seharusnya ia yang mengatakan hal itu pada Jungkook?





**

Di beberapa media sosial kini banyak membicarakan penampilan aktris pendatang baru yang berhasil membuat gempar beberapa negara tetangga. Meski peminat seni teater tak sebanyak peminat idol grup band Korea, namun wajah imut dan tampan Jungkook mampu membuat kaum pemuda berbondong-bondong menyukai pentas seni yang biasanya hanya dinikmati oleh orang-orang dewasa dan dari kalangan atas saja.

Saat melihat bagaimana indahnya penampilan Jungkook dari beberapa cuplikan video saja sudah sangat membuat Seokjin bangga. Dan kebanggaan itu kembali menimbulkan sedikit keraguan di hati Seokjin.

Perihal lamaran Jungkook beberapa waktu lalu, Seokjin belum memberikan jawaban atas semuanya. Ia meminta sedikit waktu agar Jungkook lebih fokus lagi padanya karir sebelum memikirkan tentang pernikahan.

Satu minggu lagi Jungkook akan menyelesaikan tournya dan ia akan pulang. Namun Seokjin belum mempersiapkan apapun. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaan barunya di minimarket untuk mengisi waktu malamnya. Pekerjaan yang tak terlalu berat jadi ia pikir Jungkook pasti tak akan marah jika ia bekerja disana.

Seokjin sakit jika menghabiskan terlalu banyak waktu di rumah. Rasa rindu akan kehadiran Jungkook begitu menyiksa waktu Seokjin.

"Terimakasih. Silakan datang kembali."

Malam ini tepat pukul satu dini hari, Seokjin berganti shift dengan yang lain. Pelanggan terakhir selesai ia layani dan ia berjalan menuju kamar ganti untuk mengganti seragamnya. Butuh waktu beberapa menit saja sebelum akhirnya Seokjin berjalan kaki menuju rumah kontrakannya yang tak jauh dari minimarket tempatnya bekerja.

__

Meninggalkan Seokjin yang tengah berjalan kaki, di sofa baru ruang tengah kini Jungkook berada. Wajahnya terlihat masam. Perbincangannya dengan Jaehyun sungguh membebani pikirannya. Jaehyun berhasil mencuci otak polos Jungkook dengan berbagai teori-teori yang cukup masuk akal jika orang awam yang memikirkannya. Tapi ini Jungkook. Ia bukan orang sembarangan. Mereka tak tau menahu tentang kisah hidupnya. Namun sedikit banyak percakapan beberapa jam lalu memang berhasil mengusik hati Jungkook.

"Kook ini kakakmu?" Jaehyun bertanya ketika melihat potret Seokjin yang dijadikan lockscreen ponsel Jungkook.

"Iya. Tapi juga kekasihku. Kenapa Jae?"

"Kau gila Jungkook? Lihat! Kau sekarang seorang artis. Apa kata orang kalau mereka semua tau kekasihmu macam begitu? Kau bisa jadi bahan tertawaan bahkan karirmu bisa saja dipertaruhkan."

"Apa maksudmu Jae?" Jaehyun memutar kursi panjangnya menjadi berhadapan dengan Jungkook.

"Kook. Mending kamu sama aku. Aku punya segalanya. Aku tampan dan penampilanku? Coba lihat, siapa sih yang gak mau sama aku?"

"Aku."

"Ah ayolah Jungkook!"

"Stop Jae. Kamu gak tau apa-apa soal kak Seokjin. Gak seharusnya kamu ngomong kayak gitu soal dia."

"Ck."

Persis saat Jungkook mendecakkan bibir tipisnya yang kini dibubuhi dua buah lubang piercing, Seokjin tiba.

"Kookie. Kamu pulang? Tapi bukannya masih satu minggu lagi?"

Seokjin girang bukan main saat ia tiba di rumah dan mengetahui kelinci manisnya sudah terduduk diam di sofa barunya.

"Kakak kemana aja sih? Sampai jam segini baru pulang. Terus lihat deh, ini rumah berantakan banget. Terus kamar aku? Kenapa kamar aku pengap? Aku jadi gak bisa tidur. Aku tuh capek kak. Aku pengen istirahat tapi rumah malah kapal pecah."

Mendengar kalimat-kalimat yang tak sepantasnya kekuar dari mulut Jungkook membuat Seokjin terkejut. Sungguh, secepat inikah Jungkook berubah? Ya benar, komunikasi keduanya sempat tak berjalan lancar sejak satu bulan yang lalu. Itu dikarenakan kepadatan jadwal latihan Jungkook untuk menghadapi pentas terakhirnya.

"Itu, kakak-"

"Kerja? Iya? Udah berapa kali Kookie bilang buat kakak berhenti kerja kayak gitu lagi. Kak, apa uang dari Kookie kurang? Dari pertama Kookie tanda tangan kontrak, senua uangnya aku kasih ke kakak. Bahkan uang bonus dan bulanan Kookie juga sebagian besar aku kirim kan ke rekening kakak. Apa masih kurang?"

"Astaga Kook."

"Ck. Ishh. Capek Kookie ngomong sama kakak!"

Jungkook berdiri dan melangkahkan kakinya keluar rumah meninggalkan Seokjin yang berusaha mengejarnya.

































-tbc-

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

2.4K 268 7
(Hiatus) kelanjutan dari book I miis youu.. di book sebelumnya memang endingnya sangat tidak memuaskan mungkin, dan disini mungkin aku bakal lanjut...
7K 551 13
Khayalan tingkat tinggi
58.6K 4.4K 39
Jungkook hidup sebatang kara setelah kecelakaan mobil itu merenggut nyawa orang2 terdekatnya , appa , eomma dan jeong hyung . Jungkook kini tinggal b...
49.3K 2.5K 15
Sekuel dari Book I Still Want You Semoga semuanya suka..enjoy 😊