Halooo, selamat datang kembali di 'Mengalah? Gak papa'. Sudah baca part Minum obat ya belum nih? Pasti sudahlah ya? Oke, itu saja kalimat pertama dari saya.
Happy Reading😆
.
.
.
.
.
.
.
Takdir akan sampai ditangan yang tepat, meskipun terkadang melewati orang lain dulu
"Ngapain lo deket-deket sama Leno"
Suara itu berhasil menyita perhatian dari keempat manusia yang sedang duduk, tak hanya mereka bahkan penjaga UKS pun ikut mengalihkan pandangannya karena suara yang menyerupai jeritan itu.
Cilla yang sepertinya menjadi objek pertama jika dilihat dari kilasan mata yang menatapnya tajam pun hanya terdiam membisu. Bahkan rasanya sangat sulit mengalihkan pandangan dari gadis yang semakin mendekat.
"Jauh-jauh lo dari Leno" ucap gadis itu mendorong Cilla dari kursi.
Cilla yang tak siap dengan dorongan itupun lantas terduduk di lantai. Tentu itu membuat yang ada di sana terkejut dengan kejadian itu. Namun tak butuh waktu lama, Cilla kembali berdiri dan membersihkan rok serta tangannya yang sedikit kotor.
"Cil, nggak papa kan? Ada yang sakit?" ucap Leno menatap adik bungsunya dengan tatapan khawatir. Cilla hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Leno kamu panas ya, udah minum obat belum. Kamu jangan sakit dong, nanti aku khawatir sama kamu" cerocos gadis yang mendorong Cilla
"Aku nggak papa kak, kak Salsa kenapa dorong Cilla kayak gitu?" ucap Leno yang tak habis pikir dengan kelakuan kakak tingkatnya
"Kamu ngapain bela dia. Kamu juga, nggak berhasil dapetin Erick mau caper sama Leno. Iya?" sarkas Salsa tersenyum mengejek
"Kak jangan gitu dong sam-
"Gue nggak ngomong sama lo ya, jadi diem" ujar Salsa memotong ucapan Gana yang hendak membela Cilla
Cilla diam, dia hanya diam dan memainkan tangannya. Sesekali menatap Salsa yang juga melihat kearahnya. Kilasan itu dapat Cilla tangkap dengan jelas kenapa sorot kebencian? Apa salahnya? Memangnya tak boleh deket sama Leno yang noteabenya kakak kandungnya sendiri batin Cilla berpikir
"Ngapain masih di sini? Mau caper sama mereka berdua?" ucap Salsa menunjuk kedua teman Leno
"Nggak kok kak, ini mau pergi" jawab Cilla tersenyum simpul dan berjalan setelah menatap Leno
"Satu langkah lagi, aku nggak mau minum obat" ucapan Leno membuat langkah Cilla berhenti, kemudian ia menoleh
Leno menatap Cilla dengan tatapan memohon, berbeda dengan Salsa yang menatap benci dari tadi. Cilla menggerakkan bibirnya tanpa suara maaf
"Udahlah Sal, orang cowoknya nggak mau dia pergi" celetuk siswi yang berjaga di UKS dengan tatapan malas melirik Salsa
Tak bisa dipungkiri betapa kesalnya seorang Salsa sekarang. Sorot benci yang tak pudar itu beralih menatap sosok gadis yang berbicara dengannya. "Nggak usah ikut campur juga kali"
"Jadi gitu cara ngomong junior ke seniornya? Perasaan di PMR tidak pernah diajari untuk kasar" sindir kakak tingkatnya
Tanpa sepatah kata pun Salsa keluar dari UKS dengan wajah menahan malu. Dirinya lupa jika piket jaga UKS sekarang adalah kakak tingkatnya kelas 12. Mau ditaruh mana mukanya saat rapat sore nanti, mana seluruh anggota PMR dan calon anggota.
Salsa keluar, sedangkan Cilla berbalik menuju Leno setelah sang empu melambaikan tangannya. "Obatnya mana?" tanya Cilla to the point
"Dibawah bantal Cil" bukan Leno yang menjawab melainkan Vino sambil menunjuk kearah yang dituju
Mendengar itu Cilla langsung meminta Leno untuk mengambilnya. Karena bagaimana pun tidak sopan jika Cilla langsung mengambil dari bawah bantal yang dipakai Leno untuk mengistirahatkan kepalanya.
"Satu aja"
Tak menghiraukan ucapan Leno, Cilla berdiri dan meminjam sendok kepada kakak yang bertanggung jawab serta meminta air minum. Setelah mendapat apa yang dibutuhkan, Cilla melancarkan aksinya yaitu dengan menghaluskan obat yang akan diminum.
Semua itu tak luput dari perhatian kedua sahabat Leno, Gana dan Vino. Sedangkan Leno sendiri menelan ludah kasar membayangkan betapa pahitnya obat yang akan ia minum. Hingga sebuah panggilan membuat mereka mengalihkan pandangan.
"Salah satu dari kalian, isi dulu buku kehadiran ini untuk teman kalian" seru kakak tingkatnya memanggil salah satu dari sahabat Leno
Vino berdiri kemudian berjalan, di sana ia harus menuliskan nama, kelas, kejuruan, dan keterangan sakit.
"Cewek itu siapanya?" tanya kakak tingkatnya berbisik pada Vino yang tengah menulis
"Itu adiknya kak, mereka kembar" balas Vino berbisik pula
"Pantes wajahnya mirip"
"Marga Harsa kak Sifa" ucap Vino sambil melirik name tag dari kakak tingkatnya
"Keluarga yang memiliki tiga anak kembar itu ya" ucap Sifa agak keras sehingga membuat tiga orang lainnya menoleh "Nggak papa kok, lanjutin aja" lanjutnya tak enak
Menuruti perintah Sifa, mereka kembali melanjutkan aktivitasnya. Setelah obat dirasa halus, Cilla menuangkan hasil karyanya itu ke atas sendok besi. Sedangkan yang memegangi sendoknya adalah Gana.
Ya, Gana membantu Cilla ketika melihat yang empu terlihat kesusahan. Lalu Cilla menuangkan sedikit air dan mengaduknya hingga larut. Tak lama obat itu pun berpindah tangan.
Leno menuruti Cilla ketika sang empu memintanya untuk duduk dan memegangi air minum yang ada di botol. Leno menatap lamat obat itu dari tampangnya saja sudah terlihat pahit. Kan memang pahit. Batinnya
Cilla menaikkan alis ketika obat itu masih mengudara di depannya. "Aaaa" ucapnya sembari menggerakkan bibirnya
Lagi dan lagi Leno hanya menatapnya lamat, sungguh tega banget. Masa disuruh minum obat. Belum mendapat aksi apapun dari Leno, Cilla yang tadinya duduk sekarang berdiri.
Melihat itu, Leno menggerakkan mulutnya untuk mendekati obat yang mengudara. Dan ... hap. Obat itu menuju mulut.
"Good"
___
"Kak Zeyn? Kasih coklat?"
Seorang gadis di dalam kelas masih bergelut dengan pikirannya karena kejadian yang sangat tiba-tiba. Bukan, bukan lebay. Hanya saja itu kayak ... hah serius? Aku? Buat aku? Itu yang dipikirkan gadis itu_Disa
Flasback.
Setelah kepergian Erick, Disa memesan makanan dan minuman. Berdebat dengan Erick, membuatnya lapar dan itu menguras energi. Tak lama pesanannya diantar, kemudian ia memakannya setelah mengucapkan terimakasih.
"Hm, enak" gumamnya pelan ketika masakan itu cocok dengan lidahnya
Sensasi pedas campur dan sedikit panas itu membuatnya lahap. Lama kelamaan ternyata itu membuat dirinya mau tak mau harus minum es. Untung saja ia tak lupa beli, karena bagaimanapun tempat penjual makanan dan es favoritnya beda.
Es vanilla itu langsung luruh ketika ia meneguknya. Baru satu detik dia melepaskan gelasnya,
"Buat lo"
Disa menatap lama kepergian laki-laki yang meninggalkan makanan berupa coklat di mejanya. Tentu, dia tahu siapa itu. Itu Zeyn, kakak tingkatnya
"Ada apa gerangan"
Flasback off.
"Mungkin cewek lain udah guling-guling. Masalahnya kenapa coklat? kan aku nggak suka. Yang suka mah Cilla" kesal Disa
Bukannya nggak bersyukur tapi Disa memang tidak menyukai bungkusan yang bernama coklat itu. Entah kenapa? Tentu itu dari kecil
"Kasih Cilla aja deh, tapi sayang ... mana dari kak Zeyn lagi"
Di sisi lain.
"Lo kasih ke siapa coklatnya, wee? Gue tadi lihat Cilla di UKS"
___
Sampai jumpa di part selanjutnya. Saya ucapkan terima kasih telah bergabung di 'Mengalah? Gak papa'.
Semoga kita bisa bersilaturahmi disini.
Dukung penulis dengan memberikan Vote dan Follow juga.
Senin, ada apa dengan Senin?
Hari yang menyenangkan untuk semua, meskipun sedikit gwenchana ... sedikit ko. Hehe
⚘ Tak kasih bunga satu