Cousin Love

נכתב על ידי langiittbiruuu

2.2K 454 46

Assalamuallaikum wr. wb. sebelum baca alangkah baiknya follow akun wattpad ini NO PLAGIAT ❌ Kisah ini diambi... עוד

|| PROLOG🍓
Satu🍓
Tiga🍓
Empat🍓
Lima🍓
Enam🍓
Tujuh🍓
Delapan 🍓
sembilan 🍓
Sepuluh🍓
sebelas🍓
dua belas🍓
tiga belas🍓
empat belas🍓
lima belas🍓
enam belas🍓
tujuh belas🍓
delapan belas🍓
sembilan belas🍓
duapuluh🍓
dua puluh satu🍓
dua puluh dua🍓
dua puluh tiga🍓
dua puluh empat🍓
dua puluh lima🍓
dua puluh enam🍓
dua puluh tujuh 🍓
dua puluh delapan🍓
dua puluh sembilan🍓
tiga puluh🍓
info!!
tiga puluh satu🍓
tiga puluh dua🍓
tiga puluh tiga 🍓
tiga puluh empat🍓
tiga puluh lima🍓
tiga puluh enam 🍓
tiga puluh tujuh🍓
tiga puluh delapan🍓
tiga puluh sembilan🍓
empat puluh 🍓

Dua🍓

98 25 6
נכתב על ידי langiittbiruuu

Selamat membaca
Tekan bintang biar enggak lupa yah!!
.
.
.

°°°

Mendengar ucapan Ara membuat ketiga gadis itu terlampau kesal. Jiwa keponya sudah meronta-ronta akan tetapi gadis itu menggantung ucapannya.

"Ck, Ra, apa jawabannya?" tanya Jiya, diikuti oleh Kaila dan Nanda.

"Iya Ra, jawabannya apa?" sambung Nanda.

Ara kini menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan lesu. Membuat Kaila, Jiya dan Nanda ikut menatapnya dengan serius, hingga Ara memberikan ponselnya dan menyuruh mereka untuk membaca sendiri.

Kini ketiga gadis itu mengambil ponsel Ara dan mulai membaca deretan pesan yang di jawab oleh Kak Fadel.

"Aaaaaaa!! malu banget kan udah gue bilang Kak fadel pasti ada ceweknya." ucap Ara dengan menutup mukanya sendiri.

Mereka kini saling pandang, kemudian Jiya mendekat ke arah Ara dan mengelus punggung sahabatnya itu.

"Yaelah gapapa Ra, noh liat kak fadel juga bilang jodoh nggak ada yang tahu kan? Biarpun dia udah punya cewek, yang penting belum janur kuning melengkung." ucap Jiya memberika semangat untuk Ara. Bersaing sehat, tanpa perlu merebut, lagipula Kak Fadel juga sepupu Ara jadi tidak menutup kemungkinan mereka akan bertemu.

"Nah bener, lo mau nyerah?" tanya Kaila

Ara hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak menyerah, mungkin sekarang Kak Fadel sudah mempunyai kekasih, akan tetapi kita nggak tahu kedepannya bakal gimana.

"Nah, semangat dong, lagian Kak fadel nyuruh lo tetap semangat jadi lo jangan lesu gitu napa." sambung Kaila.

Kini Ara pun kembali tersenyum, walau hatinya sedikit merasa sakit, tapi tidak mengapa. Lagi pula ini bukan satu hal yang membuatnya mundur begitu saja. Ara tipikal cewek yang ketika menyukai sesuatu pasti akan terus berjuang untuk mendapatkan, akan tetapi harus terus intropeksi diri. Bersaing sehat tanpa merebut. Itu menurutnya.

Karena menurut Ara tidak ada yang perlu di sesali ketika sudah mengungkapkan sesuatu kepada seseorang. Dunia itu adil kadang ada sedihnya kadang ada bahagianya. Jadi ia tidak perlu bersedih, yang perlu ia lakukan hanya berdoa dan berjuang lagi. Hasil akhirnya ia hanya serahkan sama yang Maha Kuasa.

"Nah gitu dong, udah nggak usah sedih, lagipula lo kan sepupuan. Jadi nggak perlu repot-repot cari muka didepan Kak Fadel." terang Nanda yang di angguki semuanya.

****

Kini Ara tengah duduk selanjar di sofa sambil menikmati cemilan ditangannya, hingga suara sang mamah membuat atensinya teralih dari ponselnya.

"Ra, mamah boleh minta tolong nggak?" tanya Anila membuat Ara langsung menghampiri sang mamah.

"Boleh, emang apa?" tanya Ara, gadis itu masih memakai baju daster dengan rambut yang ia cepol asal.

"Ini bawain kue brownies ke rumah Kak Fadel, sekalian kamu jalan-jalan ke sana, udah lama kamu enggak ke sana, tante Naila tanyain loh." ucap Anila, membuat Ara menarik senyumnya ke atas. Akan tetapi, terlintas di otak kecilnya mengenai confes tadi siang membuatnya sedikit malu untuk bertemu dengan Kak Fadel.

"Gimana mau?" tanya Anila sekali lagi.

Tanpa pikir panjang Ara langsung mengiyakan ucapan Anila, segera ia naik ke lantai dua dan mengambil switer untuk ia pakai. Lagian rumah mereka tidak begitu jauh hanya beda komplek.

Setelah ia perbaiki penampilannya, dengan sedikit memoleskan liptin di bibir cantiknya, dan sedikit bedak agar tidak terlihat kusam. Ia kemudian segera keluar dan mengambil motor scoopy nya.

Udara sore hari ini cukup sejuk untung ia memakai switer yang sedikit tebal. Langit tidak begitu panas dari hari biasanya.

Tidak membutuhkan waktu yang begitu lama, 30 menit kini Ara sudah sampai di Rumah yang terlihat besar dan elegan dengan corak perak yang berlapis didinding rumah itu.

"Mang, bukaa." ucap Ara kepada salah satu satpam yang sudah jelas mengenal dirinya.

"Eh neng Ara, lama enggak datang main ke sini." ucap Satpam, Pak Budi yang sudah lama bekerja di rumah itu.

"Hehe, Ara sibuk kuliah jadi jarang main ke sini." jawabnya dengan senyum manis di pipinya.

Setelah pagar itu dibuka dengan lebar, gadis itu segera masuk dan memarkirkan motornya. Jantungnya berdegup kencang.

"Oke Raa, nggak usah gugup kalau liat dia." gumamnya. Kaki kecilnya melangkah menuju pintu dan memencet bell, hingga wanita paruh baya membukakan pintu.

"Halo tante Assalamu'alaikum." ucap Ara, membuat Naila, Bunda Fadel, tersenyum melihat ponakan jauhnya itu. Perlu kalian ketahui Ara dan Fadel sepupu 3 kali. Keluarga mereka juga terbilang cukup dekat.

"Aduh, Waalaikumsalam cantik, lama kamu enggak datang ke sini. Ayok masuk."

Kini Ara mengikuti langkah Naila untuk masuk ke rumah, matanya ia endarkan disetiap penjuru rumah itu mencari satu objek yang ia sukai.

"Tan, ini Ara bawa brownies dari mamah." ucap Ara dengan menyerahkan satu brownies yang diterima langsung oleh Naila dengan senang hati.

"Wah, bilang sama mamah kamu, makasih loh,"

"Makasih kembali hehe."

"Berhubung kamu datang, jangan dulu pulang yah, makan dulu tante baru masak banyak tadi." ucap Naila membuat Ara mengangguk semangat.

"Ra, tante boleh minta tolong nggak? Tolong panggil abang di atas," ucap Naila, mendengar kata abang, Ara tahu yang dimaksud adalah Kak Fadel, yah Fadel adalah anak pertama dan ia mempunyai adik perempuan yang juga akrab sama Ara..

"Eh, Kak Fadel?" tanya Ara, membuat Naila mengangguk tersenyum. Sumpah Demi apapun, tangan Ara tiba-tiba dingin.

"Iya, dia lagi tidur sepertinya, tante minta tolong buat bangunin yah, kamu tahu kan kamarnya dimana?"

Ara sudah pasti tahu, ia juga sering ke sini. Lantas ia mengangguk dan kakinya melangkah menuju ke lantai atas. Menetralkan jantungnya sendiri.

Ketika sampai dipintu berwarna abu-abu, ia sedikit gugup, kemudian ia mengangkat tangannya membentuk kepalan untuk mengetuk pintu itu.

"Kak Fadel, ini Ara di panggil Tante Naila ke bawah." ucap Ara dengan pelan. Ia menggerutu kesal, bagaimana mungkin seseorang didalam dan mendengar suaranya kalau terlalu kecil seperti itu.

Mau membuat knop pintu tapi ia sedikit tidak berani, lantas ketika ia ingin mengetuk kembali, pintu tersebut dibuka dari dalam. Menampilkan sosok lelaki dengan tinggi diatas rata-rata dengan memakai kaos hitam dan celana sampai batas lutut, rambut ya g sedikit acak-acakan, dapat Ara tebak lelaki itu baru saja bangun dari alam bawah sadarnya.

"Halo Kak, heheh" Ara mengumpat dirinya sendiri, bisa-bisanya ia jadi seperti malu di depan sepupunya sendiri yang merupakan crush nya.

Fadel yang baru saja bangun kini menatap gadis didepannya dari atas sampai bawah, baju daster dan dilapisi switer, rambut yang dicepol asal.  Apalagi Ara yang lebih pendek darinya hanya sebatas dada lelaki itu.

"Cute"

"Kenapa nggak masuk?" tanya Fadel, membuat Ara terdiam beberapa saat, apa katanya masuk? Bisakah Ara pingsan sekarang, apa lelaki ini sedang mimpi atau kesadarannya belum sepenuhnya terpenuhi.

"Eh, anu nggak kok, tuh tante Naila nyuruh gue buat manggil lo Kak." ucap Ara membuat Fadel mengangguk.

Ketika Ara ingin berbalik, suara Fadel membuat langkahnya terhenti.

"Lo tunggu di sini, gue cuci muka dulu, ntar barengan ke bawah."

Ingin rasanya Ara teriak sekarang juga. Tetapi ia tahan, kemudian mengangguk setuju. Fadel menghilang dari balik pintu.

Menunggu 5 menit, kemudian cowok itu keluar dengan muka yang terlihat segar dan rambut yang basah akibat terkena air.

"Yok," ajak Fadel.

Ara pun mengikuti langkah cowok itu dari belakang.

"Gue bukan majikan, samping gue aja, nggak perlu di belakang." ucap Fadel, membuat pipi Ara panas seketika, ia berusaha menyembunyikan rasa kesaltingannya.

Fadel hanya terkekeh melihat tingkah Ara yang menurutnya sangat lucu.

"Lo udah kuliah kan?" tanya Fadel membuat Ara mengadakan pandangannya kepada cowok itu.

"Iya udah. Kenapa emang?"

"Oh nggak, tinggi lo gini yah dari dulu." ucap enteng Fadel membuat Ara sedikit kesal. Apa cowok itu sedang mengejek dirinya?

"Haha canda, gimana soal itu, lo beneran?"tanya Fadel dengan menekankan langkahnya. Membuat Ara ikut memelankan langkahnya, ia tahu kemana arah perkataan cowok itu.

" Eh, gimana yah, nggak gimana-gimana sih kak, hehe."

"Lo nggak sakit hati kan? Kalau iya gue minta maaf."

Ara langsung menatap cowok itu dan menggelengkan kepalanya. Ia tidak sakit hati, berkomunikasi secara langsung saja sudah membuatnya sangat senang.

"Nggak kok, siapa yang bilang gitu."

"Yah siapa tahu, biasanya cewek gitu kalau ditolak pasti sakit hati."

"Hahah, lo kan udah punya cewek kak. Jadi gapapa sih."

Fadel hanya mengangguk, ia jadi legah kalau tahu gadis itu tidak sakit hati karena dirinya. Ia sebenarnya takut membuat gadis sakit hati, karena ia mempunyai seorang adik perempuan.

"Yaudah turun yuk, pasti mamah manggil buat makan."

***

Di meja makan, kini Ara sudah ikut bergabung dengan keluarga Fadel, untuk makan bersama.

"Mah, Ainun mana?" tanya Fadel.

"Oh, lagi ada les, abis ini kamu jemput yah, sekalian ajak Ara juga pasti Ainun senang kalau ketemu sama Ara." ucap Naila membuat Ara tersedak. Membuat Fadel buru-buru mengambilkan air untuknya.

Blussh

Ara itu gampang salting kalau menyangkut Fadel. Hanya perlakuan yang menurut orang lain biasa saja akan tetapi tidak untuknya.

"Kalau makan hati-hati." tegur Fadel kepada Ara. Percayalah gadis mana yang tidak salah tingkah ketika diperlakukan begitu kepada crushnya sendiri.

"Makasih hehe." jawab Ara dengan cengegesan sendiri.

Naila hanya menggelengkan kepalanya, kalau kalian tanya kemana ayah Fadel, Pratama sedang berada di luar kota untuk pekerjaan tertentu.

Kini setelah makan bersama itu selesai. Fadel pun berpamitan kepada Naila untuk segera menjemput adiknya.

"Mah, Fadel jemput Ainun dulu." ucap Fadel membuat Naila mengangguk setuju.

"Raa, ayok." ucap Fadel membuat Ara mau tidak mau mengikuti cowok itu setelah ia membantu membersihkan bekas makan tadi.

Apa yang kalian rasakan ketika berboncengan dengan crush sendiri? Salting? Senang? Bahagia? Pasti semua itu bercampur aduk. Begitupun yang dirasakan Ara sekarang, tidak henti-henti ia tersenyum sendiri.

"Huaaaa, letoy banget nih hati, udah salting aja." teriak Ara dalam hati. Menikmati perjalanan dengan cowok itu adalah hal yang selalu ia tunggu.

"Raa, lo nggakpapa kalau gue ajak jemput Ainun?" tanya Fadel, membuat Ara sedikit mendekat dan menjawab.

"Nggakpapa kok kak,"

Kini motor scoopy itu melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya, langit yang mulai menampilkan warna oreng, sebentar lagi matahari akan terbenam.

Kini mereka sudah sampai dipekarangan tempat les Ainun, dari arah yang tidak jauh, suara seorang anak kecil berteriak.

"ABANGG!!" pekik seorang bocah dari belakang dengan berlari menghampiri kedua remaja itu.

"Loh ada kak Ara. Halo Kak." ucap Ainun

Membuat Ara terkekeh, dan kembali menyapa bocah itu.

"Hai Ainun, gimana lesnya?" tanya Ara.

"Ah sangat seru."

Asik bercengkrama, kini Fadel pun melirik erloji di tangannya.

"Ayok balik."

Kini kedua perempuan itu mengangguk dan segera pergi meninggalkan area tempat les. Didepan Ainun terus mengoceh yang juga dijawab oleh Fadel maupun Ara.

"Abang, liat sunset yok, itu sunsetnya bagus banget."ucap Ainun, membuat Fadel setuju, segera ia membelokkan motornya ke arah pantai.

Sumpah demi apapun, apa sekarang Ara sedang bermimpi, liat sunset bersama seseorang yang ia sukai.

"Lo nggak buru-buru pulang kan?" tanya Fadel

"Eh, enggak kok, lagian Ainun pengen liat sunset nggakpapa."

Fadel pun hanya mengangguk kini ia menarik tangan Ainun dan berjalan menuju pinggir pantai, banyak yang merasa iri melihat interaksi mereka. Seperti keluarga bahagia.

"Mau gue foto? Berhubung sunsetnya bagus, sayang kalau lo nggak ikut foto." ucap Fadel kepada Ara, yang mengarahkan kameranya kepada gadis itu.

Hahahah😫
Kiw kiw Mas Fadel

Gimana nih? Ayok spam "lanjut"

Jadi Ara pasti salting brutal😭
Huhu

Okey next part....
Tekan bintang yahh hehhe lopyu❤

המשך קריאה

You'll Also Like

2.6K 191 2
"Lagi dimana sayang?" "Emang ada pesan barang?" tanya kurir itu lewat telepon. "Engga, cuma kangen aja" jawab Feolla tanpa rasa berdosa. "Gila!" ump...
4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
706K 55.4K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
312 75 6
"Terkadang kita harus terlihat jahat untuk menyelamatkan orang yang kita cintai" -Aluna- "Aku tau aku salah tapi inilah caraku mencintaimu" -Arshak...