[HIATUS - 2026] Count Family'...

By yoggu033

90.2K 13.7K 1.9K

🎐 @yoggu033 | _CFYM_ (Unreliable Updates - [ON GOING]) Title 제λͺ©: Count Family's Young Master Judul Alternati... More

Tags
Chapter 1 β™—
Chapter 2 β™—
Chapter 3 β™—
Chapter 4 β™—
Chapter 5 β™—
Chapter 6 β™—
Chapter 7 β™—
Chapter 8 β™—
Chapter 9 β™—
Chapter 10 β™—
Chapter 11 β™—
Chapter 12 β™—
Chapter 13 β™—
Chapter 14 β™—
Chapter 15 β™—
Chapter 16 β™—
Chapter 17 β™—
Chapter 18 - 19 β™—
Chapter 20 β™—
Chapter 21 β™—
Chapter 22 β™—
Chapter 23 β™—
Chapter 24 β™—
Chapter 25 β™—
Chapter 26 β™—
Chapter 27 β™—
Chapter 28 β™—
Chapter 29 β™—
Chapter 30 β™—
Chapter 31 β™—
Chapter 32 β™—
Chapter 33 β™—
Chapter 34 β™—
Chapter 35 β™—
Chapter 36 β™—
Chapter 37 β™—
Chapter 38 β™—
Chapter 39 β™—
Chapter 40 β™—
Chapter 41 β™—
Chapter 42 β™—
Chapter 43 β™—
Chapter 44 β™—
Chapter 45 β™—
Chapter 46 β™—
Chapter 47 β™—
Chapter 48 β™—
Chapter 49 β™—
Chapter 50 β™—
Chapter 51 β™—
Chapter 52 β™—
Chapter 53 β™—
Chapter 54 β™—
Chapter 55 β™—
Chapter 56 - 57 β™—
Chapter 58 β™—
Chapter 59 β™—
Chapter 60 β™—
Chapter 61 β™—
Chapter 62 β™—
Chapter 63 β™—
Chapter 64 β™— (a/n)
Chapter 65 β™—
Chapter 66 β™—
Chapter 67 β™—
Chapter 68 β™—
Chapter 69 β™—
Chapter 70 β™—
Chapter 71 β™—
Chapter 72 β™—
Chapter 73 β™—
Chapter 74 β™—
Chapter 75 β™—
Chapter 76 β™—
Chapter 77 β™—
Chapter 78 β™—
Chapter 79 β™—
Chapter 80 β™—
Chapter 81 β™—
Chapter 82 β™—
Chapter 83 β™—
Chapter 84 β™—
Chapter 85 β™—
Chapter 86 β™—
Chapter 87 β™—
Chapter 88 β™—
Chapter 89 β™— (Sinfhar's arc end)
Chapter 90 β™—
Chapter 91 β™—
Chapter 92 β™—
Chapter 93 β™—
Chapter 94 β™—
Chapter 95 β™—
Chapter 96 β™—
Chapter 97 β™—
Chapter 98 β™—
Chapter 99 β™—
Chapter 101 β™—
Chapter 102 β™—
Chapter 103 β™—
Chapter 104 β™—
Chapter 105 β™—
Chapter 106 β™—
Chapter 107 β™—
Chapter 108 β™—
Chapter 109 β™—
Chapter 110 β™—
Chapter 111 β™—
Chapter 112 β™—
Chapter 113 β™—
Chapter 114 β™—
Chapter 115 β™—
Chapter 116 β™—
Chapter 117 β™—
Chapter 118 β™—
Chapter 119 β™—
Chapter 120 β™—
Chapter 121 β™—
Chapter 122 β™—
Chapter 123 β™—
Chapter 124 β™—
Chapter 125 β™—
Chapter 126 β™—
Chapter 127 β™—
Chapter 128 β™—
Chapter 129 β™—
Chapter 130 β™—
Chapter 131 β™—
Chapter 132 β™—
Chapter 133 β™—
Chapter 134 β™—
Chapter 138 β™—
Chapter 139 β™—
Chapter 140 β™—
Chapter 141 β™—
Chapter 142 β™—
Chapter 143 β™—
Chapter 144 β™—
CFYM's notes
Characters References 1
Characters References 2
Characters References 3
Characters References 4
Characters References 5
References
Recap
a/n

Chapter 100 β™—

341 51 4
By yoggu033

Dylan ada di sebelah Wistar. Dan mereka berdua sama-sama sedang berada di ruangan Valias.

Mereka sudah pernah berada di ruangan itu sebelumnya. Juga sudah pernah melihat sekacau apa pemandangan yang ada di sana.

Wistar bertanya sembari memanggil Valias. "Kenapa kau memanggil kami ke sini?"

Valias menyerahkan dua buah kertas pada mereka. Satu untuk masing-masing.

"Mereka." Valias menoleh ke arah kertas-kertas dan buku-buku itu. Membuat gestur yang bisa langsung ditangkap oleh kedua remaja itu. "Mereka tertulis dalam simbol tulisan yang berbeda. Artikan mereka dan bantu aku menyelesaikan semua kertas yang ada di sini. Jika sudah selesai, kita akan membakar mereka."

Kedua mata Wistar membulat. "Bakar?" Lalu dia menyadari hal lain. "Um, bukankah kau sendirilah yang menulis mereka? Kau tidak bisa langsung membaca mereka saja?"

"Untuk mempersingkat waktu." Valias menjawab tanpa melihat ke arah Wistar. Sudah pergi untuk mengambil beberapa kertas yang akan menjadi bagiannya sendiri.

Berbeda dengan Wistar, Dylan sudah mempunyai spekulasinya sendiri. Dia tidak mempertanyakan apapun dan langsung ikut mengambil setumpuk kertas yang akan dia jadikan bagiannya. Wistar hilang tingkah di tempatnya, tidak menyangka Dylan yang kritis akan langsung menuruti ucapan Valias tanpa mempertanyakan apapun. Tapi dia pun mempunyai rasa penasarannya sendiri akan apa sebenarnya yang ditulis Valias di kertas-kertas itu. Dia akhirnya mulai membuat penerjemahannya mengikuti petunjuk yang ada di kertas yang tadi diberikan Valias.

' Elf. Raja meninggal. Seseorang melukai telapak tangannya sendiri. Kepalaku terpenggal. '

Mata Wistar melotot ketika dia menyadari kalimat apa sebenarnya yang baru saja terbentuk dari hasil terjemahannya. "Hei Valias." Dia melihat Valias dengan mata nanar. "Apa ini?"

Valias menaikkan sebelah alisnya.

"Ada apa?"

Wistar mengangkat kertas hasil terjemahannya tadi. "Kau ... kau akan mati?"

Dylan terdiam. Valias di sisi lain mengerutkan kening. "Apa?"

"Itu isi tulisannya." Wistar berkata dengan suara nyaris bergetar. "A- Atau, ini bukan tulisanmu? Ini bukan tulisanmu, kan? Bukan kaulah yang menulis ini makanya kau meminta bantuanku dan Dylan untuk menerjemahkan mereka. Begitu kan?"

Valias terdiam.

Dia kira Norra akan mengatakan sesuatu tapi remaja itu tidak mengatakan apapun. Valias berucap. "Lanjutkan dulu saja."

"Lanjutkan? Mana bisa aku begitu saja melanjutkan?" Kedua mata Wistar terbuka lebar. "I- Ini, ini tentang kau." Suaranya gemetar. "Kecuali kau memberitahuku kalau ini bukan sungguhan tulisanmu maka baru aku bisa tenang."

Dylan menunggu respons Valias. Valias membuat pertimbangan bagaimana dia akan merespon. "Bukan aku yang menulis mereka."

Raut wajah Wistar rileks sedikit. "Bukan kau?"

"Hm."

"Sungguh bukan kau?"

"Bukan."

Wistar menghembuskan napas lega sedikit. Dia meraih sisi kiri dadanya, mengetahui betapa tegang dirinya tadi. "Yasudah kalau begitu."

Wistar melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda sedangkan Dylan tidak kunjung melepaskan matanya dari Valias di kejauhan. Memiliki dugaannya sendiri dan tidak tau perasaan seperti apa yang seharusnya dia miliki.

Valias teringat dengan apa yang pernah diucapkan Norra.

"Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak pasti."

Valias berpikir mungkin Norra mengatakan itu karena dia pernah melihat sendiri gambaran masa depan dimana dia mati. Meskipun dia sadari dia tidak tau mati seperti apa yang sebenarnya Wistar maksud barusan. Mati karena sakit? Karena kutukan itu? Atau justru mati terbunuh oleh seseorang?

Apapun itu, Valias mendapatkan keputusan bahwa dia akan mencoba menghindari masa depan Norra itu.

Di istana, Frey yang ada di ruangannya didatangi oleh seorang pelayan yang memberitahunya bahwa Markuis Sera sudah ada di depan pintu istana dan sebentar lagi akan sudah ada di ruangan tamu pribadinya.

Frey memasang muka melongo tak percaya. Mendengkus terhibur kemudian.

Dia pasti ingin balas dendam padaku.

Ketika dia ke ruangan itu dengan Kalim, Markuis Sera dan Lucius sudah ada di sana. Frey tidak repot-repot memberi penghormatan. Dia langsung menghampiri sofa dan menduduki salah satunya.

Lucius membungkukkan bahu dan merendahkan sedikit kepalanya. "Frey. Maaf untuk kedatangan kami yang tidak mengabarkan terlebih dahulu."

Frey mengayun-ayunkan tangannya. "Sudah biasa."

Frey melihat ke arah Markuis Sera, tersenyum. "Lama tidak berjumpa, Paman. Ulang tahunku waktu itu juga kau tidak datang. Isi suratku membuatmu cemas?"

Willard membuat muka tidak senang. "Kau sedang merencanakan sesuatu. Apa yang kau rencanakan itu?"

"Setelah membuangku dan tidak mengindahkanku selama dua tahun, kau ingin tau apa yang kurencanakan?" Frey memasang senyum miring.

Willard menggelapkan wajahnya. Frey tidak terpengaruh. "Setelah ini kau tidak akan bisa mengabaikanku lagi. Karena aku sudah bukanlah seorang putra mahkota yang tidak akan melakukan apapun."

"Apakah itu karena dipicu oleh putra Count Bardev?"

Frey menaikkan sebelah alisnya. Willard hanya balas memandang Frey tanpa mengatakan apapun. Frey menjawab apa adanya. "Benar."

"Kau tidak mempunyai pendirian yang seharusnya dimiliki seorang calon raja." Willard berucap dengan pandangan datar tanpa emosi. "Apa yang akan orang-orang katakan ketika mereka mengetahui bahwa pergerakanmu dipengaruhi seorang putra bangsawan yang bahkan lebih muda darimu?"

Frey meraih wajahnya seraya tertawa-tawa kecil hingga kedua bahunya bergerak naik turun. "Sudah kuduga Paman akan berkomentar itu."

"Tapi aku sudah tidak mempedulikannya lagi." Frey menurunkan kembali tangannya. Tersenyum licik. "Yang terpenting adalah aku menunaikan peran yang kupunya sebagai seorang putra mahkota. Terlepas bagaimana orang membuat spekulasi terhadapku. Soal mereka bisa kuatur."

"Apakah Paman masih ingin tau apa sebenarnya yang kurencanakan, atau tidak?"

Dalam diamnya Willard membuat penilaian-penilaiannya terhadap Frey. Tapi pada akhirnya dia menyuruh Frey untuk menjelaskan rencana yang dimaksudnya. Tidak mengetahui kalau yang Frey beritahukan kepadanya hanyalah seporsi kecil dari lapisan terluar rencana sebenarnya yang Frey rakit. Dengan bantuan timbal balik dari Valias.

Di sore harinya, setelah sang tamu sudah kembali ke kediamannya, Frey memanggil Kalim menanyakan apakah Wistar sudah pulang. Jawaban yang dia dapatkan membuatnya melongo.

"Pangeran Wistar akan menginap di kediaman Count Bardev bersama Tuan Muda Dylan dan Tuan Muda Valias, Yang Mulia."

Frey membuat gerutu-gerutuan. "Membuat iri saja."

Berbeda dengan ketiga dari mereka, Frey tidak punya keleluasaan untuk meninggalkan istana seperti mereka. Karena semua pekerjaan Frey terpusat di bangunan tempat tinggalnya itu. Kecuali ada sesuatu yang mengharuskannya meninggalkan istana, maka dia kurang lebih terkurung di tempat kerja dan beberapa titik tertentu bangunan itu.

Tapi daripada dia, apa yang dirasakan Azna pastinya lebih buruk lagi. Adik perempuannya itu bagaikan burung dalam sangkar yang tidak pernah dibiarkan untuk melihat dunia luar. Frey menghela napas memikirkan dia harus mengajak Azna pergi berjalan-jalan sekali-sekali. Begitu juga ibunya.

Di tempat Valias, setelah seharian berurusan dengan kertas-kertas dan penerjemahan-penerjemahan itu, Valias memberitahu kedua remaja itu bahwa sekarang sudah saatnya untuk mereka beristirahat. Wistar langsung mengerang menjerembapkan punggungnya sendiri ke lantai, membalik-balikkan badannya ke sisi kiri dan kanan membiarkan tubuhnya meregangkan dirinya sendiri. "Jika kita melakukan ini secara konsisten, dalam empat hari kita pasti bisa menyelesaikan mereka semua."

"Lalu setelah kau mengumpulkan semua informasi yang tersebar di kertas-kertas yang diterjemahkan olehku dan Dylan, kau akan mempertimbangkan apa yang akan kita lakukan selanjutnya, begitu kan?

Valias bergumam mengangguk mengiakan. Wistar membangun dudukkan dirinya lagi. "Kau harus lihat apa saja yang sudah kuterjemahkan. Aku banyak dibuat kehilangan kata-kataku."

"Tapi aku ingin bertanya untuk memastikan lagi." Raut Wistar skeptis memandang Valias. "Kau bersungguh-sungguh mereka ini bukanlah hasil tulisanmu sendiri? Orang lain lah yang menulis mereka dan kau memintaku dan Dylan membantumu menejermahkan mereka untukmu. Benar begitu kan?"

Valias mengangguk mengiakan lagi. Wistar cemberut memberungut. "Tapi kenapa aku merasa mereka seperti merupakan sesuatu yang ditulis olehmu sendiri?"

"Ini tentang bagaimana berbedanya cara seseorang disebut dengan bagaimana cara anggota keluargamu disebutkan di sini." Wistar berkata. "Jika itu orang lain, maka penulisannya adalah pria itu atau wanita itu. Tapi lalu ada ayah dan Danial."

"Penulisnya, aku yakin yang disebut sebagai ayah itu adalah Count Hadden. Penulisnya menganggap Count Bardev sebagai ayahnya, dan dia menyebut Danial dengan tanpa panggilan honorifiknya."

"Jika bukan kau lalu siapa lagi?" Wajah Wistar muram oleh kecemasan dan spekulasi.

Valias tidak merespons Wistar untuk beberapa saat. Dia sadari Norra tidak membuat suara apapun ketika tulisan tangannya di kertas-kertas itu diungkit. Kenapa? Valias berpikir Norra ingin dia saja yang merespons Wistar. "Tidak bisa kusebutkan siapa. Tapi memang benar bukan aku."

Wistar mengerutkan kening keheranan. Lalu matanya membuka melebar seraya dia tampak seperti baru saja menyadari sesuatu. "Barangkali, kau punya saudara yang lain lagi selain kedua adikmu itu?"

Valias menaikkan alisnya. Bertanya-tanya apakah dia akan menyangkal dugaan yang dibuat Wistar itu atau dia biarkan Wistar berpikir seperti itu agar dia tidak bertanya-tanya lagi. "Hm."

Wistar melongo. Pikirannya tak fokus, matanya mulai melihat kesana kemari seraya dia bergumam-gumam sendiri. "Keluarga Count Bardev atau keluargaku sendiri, mana yang paling berskandal?"

Di sisi lain Dylan juga punya dugaannya sendiri. Tapi dia tidak akan menyuarakannya. Tidak ketika Wistar ada di sana. Karena dia berpikir Valias punya alasannya sendiri untuk menyimpan fakta tentang keberadaan Norra.

Jadi yang menulis mereka adalah Norra, bukan Valias.

Jika dia bisa bicara pada Valias lewat dalam sana kenapa dia tidak beritahukan saja langsung Valias apa isi tulisan-tulisannya itu? Kenapa dia membuat Valias menerjemahkan mereka sendiri sampai dia perlu meminta bantuanku dan Wistar?

Dylan tidak mengerti. Tapi dia memiliki sebuah kecemasan.

Atau dia sudah tidak ada bersama Valias di sana lagi?

Itu lah yang lebih mengganggu Dylan daripada apa saja yang sudah dia temukan dari hasil terjemahannya sendiri tadi.

Ketika sudah waktunya tidur setelah makan malam yang disiapkan oleh Alister, Alister memberitahu Wistar dan Dylan tentang ruangan yang bisa mereka berdua masing-masing tempati. Tapi ucapan Wistar mengejutkan mereka bertiga.

"Hei Dylan. Valias. Jika kita malam ini tidur di satu tempat tidur yang sama saja bagaimana?"

Dylan mengerutkan kening. "Jangan seret Valias pada keinginanmu."

"Tapi kita sudah, sedangkan Valias belum." Wistar memberungut bersikeras. "Kita akan lebih banyak bekerja bersama setelah ini. Jadi kenapa tidak lakukan saja?"

Valias memikirkan yang Wistar maksud adalah sesuatu seperti sleepover. Sejujurnya dia belum pernah melakukan itu sebelumnya sebagai Abimala bersama teman-temannya. Karena dia selalu menggunakan waktu kosongnya bekerja dan dia tidak pernah sempat menerima ajakan teman-temannya untuk berkunjung hingga menginap di tempat salah satu dari mereka.

Dia merasa yang diinginkan Wistar tadi bukanlah sesuatu yang buruk. Pada akhirnya Wistar masihlah remaja yang ingin memiliki waktu bersenang-senang dengan teman-temannya.

"Aku tidak keberatan."

Dylan terhenyak. Wistar terdiam dengan mata yang berbinar-binar. "Ayo!"

Mereka bergantian menggunakan ruang kamar mandi di kamar Norra itu untuk membersihkan diri dan berganti pakaian tidur, lalu mereka bersama menempati satu tempat tidur yang sama yakni tempat tidur Norra. Valias menjadi yang di tengah sedangkan Dylan ada di kanan dan Wistar ada di kiri. Sebelum mereka tidur setelah Alister pergi itu Wistar bicara memulai percakapan kecil di antara mereka bertiga. "Valias. Yang akan menjadi penerus pemegang posisi ayahmu sebagai kepala keluarga Bardev adalah adikmu Danial, kan? Kenapa tidak kau? Kau sendiri yang menolak. Apakah karena kau tidak ingin menjadi kepala bangsawan?"

Valias merespons. "Benar. Danial juga punya potensi yang lebih besar dariku."

"Dylan adalah putra tunggal. Selain dia tidak ada lagi yang bisa meneruskan posisi Duke Adelard." Wistar berucap. "Selain itu Duke Vidor juga sudah tidak memiliki sanak saudara lagi. Mereka semua sakit. Yang mempunyai marga Adelard sekarang hanyalah Dylan dan Duke Vidor sendiri."

Suara Wistar mendadak berubah lebih lesu. "Aku ... jadi memikirkan ini. Seandainya waktu itu kau tidak menyelamatkan Kak Frey, dia pasti sudah tidak ada sekarang."

Wajah Wistar pucat. "Jika dia tidak ada,"

"apa yang akan kulakukan? Aku ... tidak bisa membayangkannya."

Seraya memandang langit-langit yang sebetulnya tetap terselimuti kegelapan hingga dia nyaris tidak bisa melihat bagian apapun dari langit-langit tempat tidur itu, Valias bicara pelan. "Tidak akan ada yang akan terjadi pada Yang Mulia Frey. Dia aman. Aku juga akan memastikan kehidupannya."

"Kenapa kau bisa begitu yakin? Dan kenapa kau rela berbuat jauh untuk Kak Frey? Mungkin dia seorang calon penerus tahta yang penting untuk kelangsungan Hayden tapi dia bukanlah keluargamu sendiri." Wistar di sebelahnya bicara nanar.

"Keluargaku juga tinggal di Hayden, Yang Mulia." Valias berkata padanya. "Jika ada sesuatu yang terjadi di Hayden, keluargaku pun juga akan terkena pengaruhnya."

"Yang Mulia Frey mengisi posisi Raja diperlukan untuk menjaga kekokohan kerajaan Hayden," ucapnya. "Beliau jelas merupakan penerus takhta yang sah dan dia pun memiliki apa yang dibutuhkan seorang pemimpin alias Raja."

"Tapi di samping seorang Raja beliau juga lah seorang anggota keluarga bagi keluarganya. Beliau adalah kakak Anda dan Putri Azna. Dan beliau adalah putra sulung Yang Mulia Ratu Vilda."

"Kehadiran Yang Mulia Frey penting untuk keluarganya dan juga untukmu. Aku tidak keberatan menjaga keselamatannya."

Wistar terlalu terperangah dia tidak mampu mengucapkan kata apapun. Tanpa bisa dilihat siapapun meskipun bisa dirasakan Valias Wistar di sebelahnya itu memutar posisi berbaringnya hingga kini dia memunggunginya. Valias berfirasat Wistar tidak akan mengatakan apapun lagi sampai dia tertidur, jadi Valias pun mulai memejamkan matanya. Tapi justru dia mendengar Dylan bersuara. "Apa yang barusan kau katakan juga berlaku untukmu. Jadi jangan lupa untuk menjaga keselamatan dirimu juga. Yang Mulia Frey pun sudah bilang. Keberadaan dan peranmu juga penting untuk Hayden."

Valias bergumam mengiakan. Norra juga sudah memberitahunya itu. Dan waktu itu pun Valias sudah menimpalinya.

Mungkin dia bukanlah benar-benar keluarga dari siapapun di sini. Tapi dia harus menjaga Norra yang masih ada bersamanya di tubuh mereka itu.

Empat hari berturut-turut digunakan Valias untuk membenahi semua hasil tulisan Norra dengan bantuan Dylan dan Wistar. Lalu dengan bantuan Alister dia melihat dibakarnya semua kertas-kertas itu di hari keenam dengan Dylan dan Wistar di sebelahnya.

Ketika Frey akhirnya melihat mereka bertiga lagi setelah sepekan lamanya, dia sudah tidak lagi sekedar melihat tiga sosok remaja berusia delapan belas tahun yang datang hanya untuk duduk di sofa ruangannya mendengarkannya mengoceh. Melainkan tiga sosok remaja yang sudah melihat banyak fenomena asing bersama, dan sudah siap untuk menggunakan pengetahuan yang mereka punya untuk membuat sebuah perubahan yang besar. Yaitu, dengan berfundamen pada ucapan yang akan dibuat oleh salah satu di antara mereka. Valias sang transmigrator, dan memiliki darah Enrlanil Norra di pembuluh nadinya.

01 Ocbert, 1768

12/10/2023 14:02 2459

_________________

a/n: happy 100th chapter(?)

Udah 100 chapter dan masih belum ada apa-apa. Welp itu karena penobatan Frey pun belum terjadi dan Valias pun belum ulang tahun. Belum ada peresmian jadinya Frey belum bisa jder-jderan melakukan apapun. Tapi aku menggunakan TCF sebagai patokan so I know what I'm doing (⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ

Big appreciate buat yang masih lanjut baca CFYM sampai sejauh ini. You guys are awesome ✨🎉✨🎉

a/n 2: **** in orbit season 2 aku gak muncul-muncul padahal aku mau liat alien rambut merah aku yang punya white flag itu 🔥

Aku kepo. Yoo Ryeo Han pas nulis T/LCF, lagu apa aja ya yang dia dengerin? I assume semua author pasti punya playlistnya sendiri dalam menulis tulisan mereka. Terus, bisa sampe nge-create webnovel semacam T/LCF yang isinya massive itu tuh karena ada referensi dari mana / mana aja?

Frustasi banget aku YRH gak ada medsos. Kayak gw pingin ngeliat dia bikin tweet, gitu. Ngetweet apa kek. That way aku bakal bisa dapet justifikasi kalo YRH tuh manusia sama kayak aku dan kamu. Karena aku mandang YRH tuh kayak bukan mandang orang. She/he is on another level in terms of being an author. I don't know. YRH bagi aku kayak full of mysteries banget aku jadi ribut sendiri pingin tau lebih tentang dia

Continue Reading

You'll Also Like

565 96 8
Keabadian. Janji yang tenggelam. Keputusasaan yang terbakar. Tubuh yang dipertanyakan. Serenio bangsawan muda yang memulai debutnya dibalik bayangan...
411 63 20
"Lo depresi? Lo terbully? Lo cape dikhianati? Lo merasa hidup Lo ampas dan melelahkan sampai-sampai mau mati rasanya? Saran gue, baca buku ini: 'Doom...
23.8K 3.1K 18
Diego Virstone, penyihir terhebat di kekaisaran Weldonia menemui ajalnya yang menyedihkan setelah dikhianati oleh sang kaisar(Derick) yang juga teman...
3.9K 302 13
[Original Story] Ervanell Concleas, seorang pengawal raja Arkain Vandella tewas di tangan musuh saat melindungi rajanya. Beberapa tahun setelah kemat...