DEAR, LOVE

By kimbabjuseyo

128K 14.3K 1.6K

[END] Di balik kehidupannya yang sederhana, ia tidak pernah menyangka bahwa sesungguhnya bahwa ia adalah cucu... More

Prolog
Chapter 01: Kim & Jeon
Chapter 02: We meet again
Chapter 03: Accidentally kiss
Chapter 04: Curious?
Chapter 05: I do (not) care!
Chapter 06: I Like...
Chapter 07: What's the feeling?
Chapter 08: Honey...
Chapter 09: Confession
Chapter 10: Trust me, baby!
Chapter 11: Together
Chapter 12: I'm his fiance!
Chapter 13: I'm with you!
Chapter 14: Agreement
Chapter 15: Mine!
Chapter 16: Morning kiss
Chapter 17: I love you!
Chapter 18: What if...
Chapter 19: Sorry, Taehyungie...
Chapter 20: Run to you 🔞
Chapter 21: Break up?
Chapter 23: Happiness is you
Chapter 24: Lovely
Chapter 25: Pregnant?
Chapter 26: Baby aegi
Chapter 27: Be careful!
Chapter 28: Don't Go!
Chapter 29: The baby smile...from the sky
Chapter 30: Finally
Chapter 31: Sweet Nite (M) 🔞
Chapter 32: My Happiness (End)

Chapter 22: I miss you

3.2K 416 41
By kimbabjuseyo

***

Jungkook segera melepas tangan lelaki yang berusaha menahan tubuhnya hingga menyentuh pinggangnya. Ia lalu mundur dua langkah sekedar mengambil jarak. Jungkook kembali melihat ke arah Taehyung berharap lelaki itu menatapnya, namun sepertinya percuma, Taehyung masih berbincang dengan gadis itu bahkan tertawa. Melihat Taehyung yang tidak menoleh padanya, Jungkook hanya tersenyum getir bahkan mengabaikan panggilan lelaki yang menolongnya beberapa saat lalu.

Lelaki yang menolong Jungkook adalah tuan muda Cha. Bukan dengan sengaja datang ke Jepang untuk menemui atau mengejar Jungkook, Eun Woo datang karena tugas dari ayahnya. Dan mengapa ia berada di hotel yang sama, karena itu adalah pilihan dari kliennya. Eun Woo memeta, mengarahkan pandangannya sama dengan Jungkook beberapa saat lalu, ia pun melihat seseorang yang pernah ia temui sebelumnya, Taehyung. Eun Woo bahkan tahu, wajah Jungkook yang terlihat bersedih, dan Taehyung yang bersama dengan seorang wanita. Eun Woo maju satu langkah mendekati Jungkook. Namun, belum sempat ia mengatakan sepatah kata, Jungkook sudah meninggalkannya, meninggalkan restoran itu.

Ya, sepertinya tidak ada alasan untuknya tetap tinggal di sana. Taehyung bahkan mengabaikannya dan asik dengan seorang wanita. Melihat reaksi Jungkook, Eun Woo pun melangkah menghampiri Taehyung dan wanita itu. Bukan, karena Eun Woo pun harus menunggu kliennya di sana pagi itu. Eun Woo berdiri di samping meja Taehyung. Merasakan seseorang di sampingnya, Taehyung mendongak dan hanya tersenyum pongah saat melihat sosok yang menatapnya tajam.

"Kau tidak tahu kalau Jungkook datang ke sini? Kau benar-benar tidak tahu atau sengaja tidak mau menemuinya karena wanita ini?" sindir Eun Woo.

"Dia...?" tanya wanita itu.

"Bukan siapa-siapa, nuna... Bukan orang penting!" balas Taehyung.

"Kau tahu bukan, aku belum menyerah mendapatkan Jeon Jungkook!" jelas Eun Woo.

Braaakkk!

Taehyung memukul meja membuat wanita itu menatap Taehyung cemas. Tentu saja bahkan dialah yang membantu Taehyung membalut luka di tangannya. Taehyung tampak kesal lalu berdiri dan menatap Eun Woo tajam. Tidak takut, Eun Woo pun menatap tajam Taehyung.

"Lalu apa kau pikir aku menyerah?" Taehyung mencengkram kerah Eun Woo. "Jangan pernah bermimpi mengambilnya dariku, tuan muda Cha. Bahkan kau sampai sengaja mengejarnya ke sini? Lalu dengan seenaknya menyentuhnya?" Taehyung semakin tajam menatap Eun Woo.

"K-kau melihatnya?"

"Sekali lagi kau melakukannya, aku akan mematahkan tanganmu!" Taehyung kini melepaskan cengkraman tangannya dan sedikit mendorong. "Enyah kau dari Jungkook, mengerti?!"

"Kau tidak apa-apa?" tanya wanita itu. Taehyung hanya mengangguk. Lalu wanita itu melirik ke pergelangan tangannya, ia menatap arloji yang melingkar di sana. "Ah, sorry, sudah waktunya. Suamiku akan cemas kalau sampai aku terlalu lama meninggalkannya. Uhm, lukamu tidak terlalu dalam, tapi tolong jangan sampai infeksi. Bersihkan dan oleskan salep agar cepat kering. Dan soal kekasihmu...pikirkan baik-baik atau kau akan menyesal," pesan wanita itu.

"Terima kasih, nuna. Maaf, merepotkanmu. Datanglah ke Seoul, kami akan menjamumu," ujar Taehyung.

"Ya, karena kesibukan suamiku aku harus pergi dan pindah dari satu kota ke kota lainnya. Tapi, tolong sampaikan salamku untuk semuanya, khususnya Hoseok, ok?"

"Baiklah..." jawab Taehyung. Ia lalu mengangkat tangannya dan menunjukkan tangannya yang berbalut perban saat wanita itu berdiri. Wanita itu pun mengangguk, lalu pamit pada Taehyung juga Eun Woo. "Aku pergi dulu. Lihat...bahkan ponselku sudah berdering lebih dari dua puluh kali..."

Taehyung mengangguk, lalu wanita itu meninggalkan Taehyung dan Eun Woo. Eun Woo masih bersama dengan Taehyung, seolah malas, Taehyung melanjutkan kegiatannya. Ia tampak menyeduh secangkir teh hangat dan mengabaikan Eun Woo. Merasa diabaikan, Eun Woo duduk tanpa permisi di hadapan Taehyung. Dan sungguh malas bagi Taehyung harus berbagi meja dengan lelaki itu apalagi ia sangat tahu bahwa Cha Eun Woo menyukai kekasihnya.

"Sepertinya hubungan kalian tidak dalam keadaan baik-baik saja?" sidik Eun Woo.

"Baik-baik saja atau tidak, bukan urusanmu! Dan kalaupun sedang tidak baik-baik saja, kau tidak akan mendapatkannya! Camkan itu!"

"Tch! Kau saja lebih asik mengobrol dengan seorang wanita dibandingkan menemuinya? Kau tahu, ia pergi begitu saja! Kau gagal karena telah membuatnya marah, tuan muda Kim!"

Taehyung akhirnya berdiri, setelah mengusap bibirnya yang sedikit basah dengan sebuah tisu, tanpa sepatah katapun Taehyung meninggalkan Eun Woo. Bahkan ia mengabaikan panggilan Eun Woo padanya. Saat sampai di lobby, Taehyung tampak menelpon seseorang dan setelah itu ia pun bergegas meninggalkan hotel. Tugas dari sang kakek pun selesai, sudah waktunya ia kembali ke Seoul. Sepertinya ia mempercepat jadwal kepulangannya setelah tahu bahwa saat itu Jungkook tengah dalam perjalanan menuju airport. Pemuda manis itu pun memutuskan untuk kembali ke Seoul. Jauh di lubuk hatinya, ia ingin bersama dengan Taehyung, namun sepertinya keadaan saat itu tidak memungkinkan saat itu. Taehyung masih marah dan kecewa padanya. Jadi, Jungkook pun ingin memberi Taehyung waktu untuknya juga hubungan mereka.

Setelah sampai di airport, Taehyung tahu keberadaan Jungkook dari informasi salah satu orang kepercayaannya. Ia pun tidak menyangka bahwa Jungkook memutuskan mempercepat kepulangannya. Bahkan Taehyung sadar, Jungie, Jungkookie, Kookie sedang takut padanya. Taehyung tampak mempercepat langkahnya dan mencari keberadaan Jungkook. Taehyung memang memberi waktu untuk Jungkook, namun bukan berarti ia mengabaikannya. Bagaimanapun pemuda manis itu datang menyusulnya.

Taehyung duduk tak jauh dari posisi Jungkook dan Jungkook pun tidak menyadari kehadiran lelaki tampan itu. Wajahnya masih terlihat sedih, tatapannya kosong. Jungkook hanya menatap orang-orang yang berlalu lalang berharap salah satu dari mereka adalah Taehyung. Namun, sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya. Ya, mungkin itulah yang ada dalam pikiran Jungkook. Nyatanya lelaki itu ada bersamanya, tak jauh dari posisinya. Mungkin karena hatinya sedang kacau saat itu, ia hanya ingin cepat kembali ke Seoul. Jungkook ingin segera melupakan kebodohannya di Jepang. Tak lama, terdengar suara bahwa penerbangan menuju Seoul akan segera diberangkatkan.

Jungkook berdiri dan melangkahkan kakinya pelan menuju boarding gate. Taehyung mengikutinya dan masih mengambil jarak dengan pemuda manis itu. Setelah beberapa saat, Jungkook pun sampai di cabin. Dan bahkan sampai pesawat itu lepas landas, bangku di samping Jungkook masih kosong. Mungkin karena lelah, Jungkook pun tertidur. Tak lama setelah ia tertidur, datanglah seseorang duduk di samping Jungkook. Sosok itu menghela nafasnya pelan saat melihat Jungkook yang menyandarkan kepalanya pada sisi jendelan pesawat. Masih bisa ia lihat, sepasang mata itu sedikit bengkak karena menangis. Dengan pelan dan berhati-hati, ia meraih kepala Jungkook lalu menyandarkan di bahunya.

"Hyungie...maafkan aku... Jangan...jangan menemui wanita itu. Jungie bersalah...maaf..." lirih Jungkook dalam tidurnya. Air matanya kembali turun meskipun dalam tidurnya. Taehyung pun tahu Jungkook menyesalinya namun hatinya masih sedikit sakit dan kecewa atas apa yang Jungkook lakukan. Jadi, yang busa ia lakukan sekarang adalah memberikan masing-masing waktu berpikir agar kelak tidak akan ada kejadian serupa. "Hyung..." lirih Jungkook lagi.

"Hm...aku di sini...Jungie..."

***

Tiga minggu kemudian...

"Masih belum berbaikan?" tanya Bambam pada Jungkook.

Seperti biasa mereka akan berada di cafetaria kampus untuk beberapa saat setelah kuliah berakhir. Jungkook hanya menggeleng pelan. Sejak kembali dari Jepang, ia lebih sering diam jika bersama dengan Bambam. Namun, sangat berbeda saat Jungkook bersama dengan sang kakek ataupun sang ibu angkatnya. Dan tentu saja ia tidak akan menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya itu, Bambam.

"Aku bahkan tidak berani mengiriminya pesan, Bamie. Aku takut. Tapi...ini sangat berat untukku..." Jungkook menjedakan sejenak ucapannya. "Aku sangat merindukannya... Aku ingin melihatnya, ingin mendengar suaranya...aku rindu saat ia tersenyum padaku. Aku rindu saat ia memanjakanku, Bamie... Aku merindukannya..." ujar Jungkook memelan di akhir kalimatnya.

Ia kini menunduk. Hening beberapa saat, dan tak lama, Bambam bisa melihat tubuh Jungkook sedikit bergetar seiring tubuhnya yang kian merosot, menumpukan dahinya pada lengannya di atas meja.

"Hey...Kookie...kau menangis?" tanya Bambam sangat hati-hati. "Kookie...kau dengar aku? Kau baik-baik saja?" tanya Bambam lagi seraya menepuk pelan lengan Jungkook.

Tak ada jawaban dari Jungkook membuat Bambam semakin khawatir. Bambam kembali menepuk pelan lengan Jungkook dan sedikit menenangkannya.

"Kau bisa menceritakannya padaku, Kookie. Jangan kau pendam sendiri. Katakan saja, apa yang bisa kulakukan untukmu? Apa yang bisa kubantu? Katakan, huh?"

"Aku ingin melihatnya Bamie, aku merindukannya...sangat merindukannya. Huks...huks...aku merindukan hyungie..."

Entahlah, mungkin sangat terkesan cengeng, tapi sepertinya ia tidak peduli. Hatinya sakit saat kembali teringat wajah Taehyung yang dingin padanya. Wajah Taehyung yang sangat kecewa padanya. Karena penyesalan itulah yang selalu mengurungkan niatnya menemui Taehyung. Memang sakit, Jungkook hanya tidak ingin Taehyung membencinya saat melihat wajahnya.

Bambam berdiri, lalu menarik tangan Jungkook. Membuat sahabatnya itu menepis tangan Bambam. Bahkan matanya masih tampak berair, hidungnya merah. Jungkook menatap Bambam penuh tanya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Ikut aku! Kau pernah mengatakan kekasihmu itu tuan muda Kim bukan? Ia pasti ada di perusahaan besar itu kan? Kim Group?" Bambam kembali menarik tangan Jungkook namun Jungkook kembali menepisnya. "Kalau kau hanya berdiam diri disini, menangis, ia tidak akan pernah tahu bahwa kau juga sakit. Kau sudah menyesal, Kookie! Kalau ia tidak menemuimu, kau yang menemuinya. Kau yang bersalah dalam hal ini, mengerti? Sekarang kita pergi!"

Bambam kembali menarik tangan Jungkook. Sepertinya percuma Jungkook melawan, sepertinya Bambam pun kesal dengan sahabatnya itu. Bambam tidak peduli lagi, ia hanya tidak ingin melihat sahabatnya bersedih. Bahkan ketika salah seorang bodyguard kakek Jeon hampir menahannya, ia tidak peduli.

"Jangan menyentuhnya, ia temanku, ahjussi. Sahabatku, Bambam..." ujar Jungkook.

Sang bodyguard pun mengangguk. Jungkook akhirnya mengajak Bambam masuk ke dalam mobil yang biasa menjemputnya. Setelah mendengar ucapan Bambam, orang itu melajukan mobilnya meninggalkan kampus. Bambam yang berucap karena Jungkook hanya diam. Setelah membelah jalanan kota Seoul siang itu, akhirnya mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di lobby utama perusahaan Kim. Bambam keluar terlebih dulu, Jungkook masih diam. Ya, ia takut kalau Taehyunh marah padanya. Ia tidak ingin lelaki itu membencinya.

"Keluar! Atau aku akan menyeretmu, Kookie!" ancam Bambam. "Apa kau mau dia benar-benar meninggalkanmu? Mengabaikanmu? Jika maafmu belum cukup, minta maaflah sekali lagi. Kalau perlu sampai kau lelah. Kalau ia tidak bisa menerimamu, tinggalkan!" tegas Bambam.

Jungkook akhirnya keluar dari mobil. Ia berjalan di belakang Bambam. Mungkin karena sudah beberap kali datang ke perusahaan Kim, beberapa orang mengenali Jungkook dan menyapanya. Ditambah lagi ia adalah cucu tuan Jeon, yang sangat terkenal dan berpengaruh di Asia. Belum sampai mereka menuju lift, tampak Jimin dan Yoongi berjalan ke arah lobby dan tentu saja ia melihat Jungkook.

"Halo, Jungkook," sapa Jimin.

"H-halo juga, Jimin hyung..." balasnya.

Jimin menyadari wajah Jungkook, ada gurat sedih dan juga baru saja menangis. Jimin mendekati Jungkook. "Kau mencari Taehyung?" tanya Jimin.

"Apakah tuan Kim ada?" sahut Bambam. Jimin menatapnya, lalu menatap Jungkook. Seolah paham, Bambam mengulurkan tanganny pada Jimin lalu Yoongi. "Panggil saja Bambam...aku sahabat Kookie. Ah, maksudku sahabat Jungkook. Kami datang untuk mencari tuan Kim Taehyung," jelas Bambam.

"Ah, jadi kalian masih bertengkar," balas Jimin. "Hufh! Padahal sudah kunasehati tidak baik bertengkar terlalu lama. Kupikir kalian sudah berbaikan sebelum ia pergi bersama kakeknya ke London."

"L-London? Sejak kapan, hyung?"

"Mungkin karena terlalu tiba-tiba, jadi ia tidak sempat memberitahumu. Satu minggu setelah kembali dari Jepang, ibunya sakit. Dan saat itu sepertinya ia sedang meeting di luar jadi mungkin ia langsung terbang saat kakek Kim menjemputnya. Ia bahkan menelponku menggunakan ponsel kakek Kim dan mengatakan ponselnya tertinggal saat meeting, jadi aku yang mengambilnya." Jimin menatap Jungkook, kemudian tersenyum. "Jangan berpikir macam-macam saat ia tidak menghubungimu. Bukan karena ia tidak peduli padamu, mungkin ia tidak sempat atau ada sesuatu yang lebih penting dan tidak bisa ditunda..."

Jungkook mengangguk, "Terima kasih, hyung."

"Apa kau akan ke atas? Aku bisa memberimu access card ke ruangannya," tawar Jimin. Jungkook menggeleng. "Uhm, kalau kau ingin menghubunginya, coba kontak kakeknya saja. Aku bahkan tidak tahu di sana ia membeli ponsel baru atau tidak, karena ia belum menghubungiku."

"Aku mengerti, hyung. Terima kasih..." jawab Jungkook. Jungkook menatap Jimin, sepertinya ada sesuatu yang lelaki itu hendak katakan padanya. Sepertinya Jimin tahu Jungkook menyadari tatapannya, ia pun tersenyum. "A-ada apa, hyung?"

"Kau tahu...aku sama sepertimu. Punya tunangan...seorang laki-laki. Aku pun akan berpikiran sama tapi...tidak pernah terpikirkan olehku melakukan hal yang seperti kau lakukan pada Taehyung. Aku sepenuhnya paham dan mengerti, tapi...baginya...itu seperti kau meragukan ketulusannya, cintanya padamu. Ia pasti ragu apakah kau benar mencintainya dan itu wajar. Tapi, Jungkook-ah...seseorang yang mencintai kita...pasti akan menerima apapun keadaan kita. Kelebihan dan kekurangan kita...bahkan saat memutuskan menerima pertunangan seorang lelaki dan memutuskan ingin menikahimu...itu artinya ia sudah tahu resiko terbesarnya, statusmu, hm?"

Jimin kini mengusap lembut kepala Jungkook yang semakin menunduk.

"Bukan aku mengguruimu, karena kita sama...jadi aku pun punya pikiran yang sama. Ketakutanmu, aku bisa merasakannya... Jangan pernah mengulanginya lagi... Kami tahu, kami semua tahu, Taehyung mencintaimu...sangat mencintaimu bahkan ini pertama kalinya bagi kami melihat Taehyung jatuh cinta..."

"Aku tahu, hyung...aku bersalah padanya...aku menyesal. Sungguh sangat menyesal...huks huks..."

"Jadikan semua ini pelajaran. Kami pun paham karena kau masih sangat muda... Sekarang, kalau kau tidak ingin ke ruangannya, kau bisa kembali karena kami pun akan pergi. Istirahatlah dulu, Taehyung pasti akan kembali..." pesan Jimin.

Jungkook mengangguk. Tak lama, Jungkook dan Bambam pergi dari perusahaan Kim setelah Jimin dan Yoongi pergi. Dalam perjalanan pulang, Jungkook tampak sibuk dengan ponselnya. Rupanya ia mengirimkan pesan pada sang kakek. Tak lama, ia sedikit tersenyum lalu menelpon sederetan nomor yang ada di ponselnya; kakek Jeon.

"Ha-halo, Kek... Ini Jungkook," sapa Jungkook sesaat setelah seseorang menjawab panggilan teleponnya. Tidak ada jawaban. Jungkook sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya, memastikan panggilannya tersambung. "Ah, maaf...di sana masih terlalu pagi, ya. Maafkan aku, Kek..."
*perbedaan waktu Seoul dan London: Seoul lebih cepat 8 jam dari London. Saat Jungkook menelpon, di Seoul sekitar pukul 3 sore. Jadi, di London sekitar pukul 7 pagi.

Masih hening. Hingga Jungkook mendengar hela nafas seseorang. Jungkook tampak meremat ujung kemejanya. Matanya kembali memburam bahkan hanya mendengar hela nafas Taehyung sudah membuat Jungkook bahagia.

"Hy-hyung...kaukah itu?" Tidak ada jawaban dari lawan bicara Jungkook. Kembali hening beberapa saat. "Aku dengar dari Jimin hyung, ibu hyungie sakit...bagaimana keadaannya? Apa sudah lebih baik?" tanya Jungkook terlihat sangat berhati-hati, seolah tidak ingin salah bicara hingga membuat Taehyung marah.

Jungkook masih menunggu jawaban dari Taehyung. Namun sepertinya, Taehyung masih belum memaafkannya, mungkin. Jungkook pun menghela nafasnya pelan.

"Maafkan aku kalau sudah mengganggumu, hyung... Maafkan aku... Atas semua yang telah kulakukan padamu, aku ingin meminta maaf lagi...Maafkan aku, aku menyesal. Baiklah...aku tidak akan berbicara lebih banyak lagi. Aku akan tutup teleponnya."

Bahkan seseorang di sana bisa mendengar suara Jungkook yang sedikit bergetar. Jungkook kembali mendengar helaan nafas dari lawan bicaranya, Jungkook pun sedikit tersenyum. Paling tidak ia tahu, Taehyung mendengarnya.

"Aku tahu ini percuma dan tidak akan mengubah keputusanmu, hyung...tapi aku akan tetap mengatakannya padamu..." Jungkook menghentikan sejenak ucapannya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Tanpa terasa sepasang iris jelaga itu berembun, dengan bibir bergetar ia berkata,"Aku....

Aku merindukanmu, hyungie... Aku merindukanmu, Kim Taehyung...sangat merindukanmu! Dan juga maafkan aku..."

***

Sorry, belum ketemu dan belum ada interaksi langsung taekook ya...
Biar mereka berdamai dulu dengan hatinya

See you next week

Continue Reading

You'll Also Like

290K 22.5K 103
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
21.8K 1.3K 27
kisah antara si dosen tampan yang memiliki sifat posesif tinggi terhadap semesta nya dan si brandal manis yang menjadi kesayangan si dosen tampan . ...
120K 9.6K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
76.8K 10.6K 25
Vera Anindita, gadis itu dengan konyolnya masuk kedalam game visual novel berjudul "Secret Admirer." Dan sialnya Vera menjadi tokoh figuran (Arabell...