Rafa

By jeochan_

778K 55.8K 2K

[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa ti... More

prolog
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

3

29.2K 1.9K 16
By jeochan_





Pagi  ini, Rafa tengah bersiap-siap. Ia akan ikut ayahnya ke kediaman Alarick. Mengingat perkataan ayahnya yang mengatakan jika Dean membawakan sesuatu untuknya. Rafa semakin tidak sabar untuk segera pergi ke sana.

Hari ini Rafa tidak membantu ibu dulu, otomatis ia tidak berkunjung ke mansion Ganendra. Pasti abang-abangnya akan mengiriminya pesan secara terus menerus. Berhubung sekarang hari minggu, dan tentu saja sekolah Rafa libur. Ia akan ikut ayahnya dari pagi.

"Sudah?" Tanya Arya memastikan bahwa anaknya sudah bersiap.

"Rafa sudah. Ibu sudah berangkat?" Tanya Rafa.

"Baru saja." Jawab Arya.

Setelah bersiap diri, mereka berangkat menaiki sepeda motor butut milik Arya. Ibunya menaiki sepedanya untuk berangkat ke mansion Ganendra.

Beberapa menit kemudian. Mereka sudah sampai di kawasan mansion Alarick. Bangunan mansion Alarick juga tidak kalah megahnya dengan mansion Ganendra.

"Ayah, Rafa bantu apa?" Tanya Rafa ketika mereka sudah berada di belakang halaman mansion. Dimana itu tempat para pekerja beristirahat.

"Rafa tidak perlu membantu ayah." Tolak Arya.

Rafa menggelengkan kepala tidak terima dengan perkataan ayahnya. "Gak mau, Rafa mau bantu pokoknya, Rafa udah besar harus ikut kerja juga." Ucap Rafa bersikukuh.

Arya mengulas senyum tipis mendengar ucapan anaknya, Rafa memang sudah besar. Tapi perawakannya yang pendek dan memiliki muka yang polos nan imut, masih bisakah dianggap sudah besar?

Akhirnya Rafa diberi tugas untuk menyiram halaman-halaman agar terlihat segar. Beberapa pekerja ada yang menyapu halaman, menyiram tanaman, ayahnya sedang memotong rumput-rumput yang terlihat sudah memanjang.

Deruan mesin mobil memasuki kawasan halaman mansion. Rafa melihat sekilas mobil itu, kemudian melanjutkan tugasnya lagi.

"Rafa."

Suara lembut dari seorang wanita memanggil namanya. Rafa menoleh ke sumber suara. Itu Vania Alarick, nyonya Alarick dan di sampingnya ada Tuan Alarick yang baru saja keluar dari mobil.

Rafa segera menghentikan kegiatannya, lalu berlari kecil menuju tuan dan nyonya Alarick. Setelah Rafa sudah berada di depannya,  Vania segera meraih pergelangan tangan Rafa untuk mengajaknya masuk ke dalam mansion.

"Ayo masuk sayang." Ajak Vania.

Rafa menahan tarikan dari Vania. "Em, Rafa belum se-" Ucapan Rafa dipotong oleh suara tegas nan dingin dari Dirga Alarick.

"Masuk."

Sontak Rafa mengeratkan genggamannya pada Vania. Mau tak mau Rafa mengikuti langkah mereka untuk masuk ke dalam mansion.

"Abang mana mom." Tanya Rafa melihat sekeliling yang ternyata sepi.

Sekarang hari minggu, seharusnya mereka libur juga. Vania mendudukkan Rafa di ruang keluarga. Vania duduk di sebelah Rafa. Sedangkan Dirga berada di seberang.

"Rafa ingin minum apa?" Tanya Vania menawarkan.

Rafa yang kebetulan sangat haus segera menjawabnya. "Rafa mau minuman yang dingin-dingin."

Vania mengalihkan tatapannya ke arah suaminya. Dirga yang peka dengan  tatapan istrinya padanya segera menjawab.

"Kopi." Ujar Dirga.

"Buatkan es jeruk dua dan kopi satu. " Perintah Vania kepada maid yang berdiri di sampingnya, memerintahkan maid itu untuk segera membuatkan minuman untuknya.

"Baik nyonya. " Balas maid itu dengan menunduk hormat, lalu pergi untuk menjalankan tugasnya. Sekarang di ruang keluarga hanya ada Dirga, Vania dan Rafa.

"Dean sedang berada di kantornya karena ada urusan, mungkin habis ini dia pulang. Elang dan Alan sedang olahraga pagi di taman. Dan Vano, dia tidur di kamarnya. Sana bangunin. " Jelas Vania.

"Vano masih tidur?" Tanya Rafa memastikan.

Kekehan ringan keluar dari mulut Dirga. "Panggil Vano abang, atau dia akan merajuk seperti tempo dulu. "

Vano suka merajuk jika Rafa memanggilnya tanpa embel-embel abang. Umur mereka memang sama. Jika dilihat dari postur tubuh, Vano lebih tinggi dan kekar dari Rafa yang hanya sebatas pundak Vano. Tubuh Rafa juga kecil nan mungil. Jadi jelas Vano yang lebih cocok dipanggil abang diantara mereka berdua.

"Tapi kan Rafa duluan yang lahir meskipun umur kita sama, harusnya Vano yang memanggilku abang." Protes Rafa. Ia juga ingin dipanggil abang juga.

"Hm, katakana langsung di depan Vano, jika berani." Jawab Dirga dengan seringai tipis.

Rafa menyegir lebar. Tentu saja Rafa takut pada Vano, apalagi jika Vano marah padanya, endingnya pasti Rafa menangis. Rafa menggelengkan kepalanya merespon ucapan Dirga. Memang Rafa pernah tidak takut sama abang-abangnya? Ya tidak pernah. Rafa kan cari aman. Ahahahahahaha

"Sudah sana bangunin Vano, setelah itu ajak dia ke bawah ya, dia juga belum sarapan." Ucap Vania ke Rafa.

Rafa segera beranjak dari duduknya lalu berlari menaiki tangga menuju kamar Vano berada.

"Jangan lari." Peringat Dirga dengan dingin. Menatap Rafa dengan sorot mata tajam penuh ketegasan.

Rafa segera memelankan langkahnya. Menuruti ucapan Dirga.

Sampai di tangga terakhir, ia langsung berlari menuju pintu kamar Vano. Mencoba mengetuk pelan sembari memanggil namanya, tapi tidak ada sautan. Vano benar benar masih tidur.

Setelah memikirkannya matang-matang. Akhirnya Rafa memberanikan diri membuka pintu itu, dengan pelan namun pasti pintu itu mulai terbuka. Rafa menyembulkan kepalanya dari celah pintu yang terbuka.

Kamar Vano gelap. Tidak ada lampu yang menerangi sama sekali. Gorden jendela juga masih tertutup. Maid tidak ada yang berani memasuki kamar Vano karena Vano tidak suka orang asing memasuki kamarnya.

Tentu Rafa diperbolehkan karena Rafa adiknya, Bukan orang asing.

Rafa masuk dengan pelan, berusaha tidak menimbulkan suara yang dapat mengganggu ketenangan tidur Vano. Dan benar, di atas tempat tidur yang besar itu Vano masih tidur nyenyak. Matanya terpejam dengan rambut yang teracak-acak.


Rafa sudah berada tepat di samping Vano. Berdiri di sebelah kanan tempat tidur. Saat ingin mengguncang tubuh kekar Vano yang membelakanginya, tiba tiba handphonenya berdering dengan keras.

Sial, Rafa lupa memelankan volume dering handphonenya.

Dengan tergesa-gesa ia mengambil handphone itu dari saku celananya. Dengan segera ia menolak panggilan  telepon tersebut.

"Rafa." Ucap lirih Vano. Matanya belum terbuka sempurna. Vano menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berusaha bangun dari tidurnya.

Rafa bernapas lega dalam hati. Untung Vano tidak marah padanya. Tapi tidak tau dengan orang di seberang sana, yaitu Refan. Orang yang menelponnya tadi adalah Refan. Siap siap dapat amukan dari Refan karena menolak panggilan darinya.

"Jam berapa? " Tanya Vano. Tampaknya Vano sudah mulai sadar sepenuhnya.

"Em, jam tujuh pagi. Mommy menyuruh Rafa untuk membangunkan Vano. " Ucap Rafa.

Sepertinya Rafa lupa jika ia harus memanggil Vano dengan embel-embel abang. Lihat, sekarang Vano menatap Rafa dengan tatapan tajamnya.

"Ulangi." Suara dingin Vano mengalun. Mampu membuat Rafa merinding.

Mengetahui kesalahannya dimana. Rafa segera meralat perkataannya.

"Em eee, anu mommy menyuruh Rafa untuk membangunkan bang Vano. " Dengan gugup Rafa mengulangi perkataannya lagi.

Tatapan Vano melunak. Ia menyuruh Rafa untuk duduk di ranjangnya. Rafa menuruti ucapan Vano.

"Rafa duduk sini. Abang mau mandi sebentar. " Perintah Vano pada Rafa. "Jangan kemana-mana. Tunggu abang selesai, baru kita ke bawah sama-sama. " Sambung Vano.

Rafa menganggukkan kepalanya. Memang sejak kapan Rafa tidak patuh kepada semua abangnya? Sifat possesive mereka padanya membuat Rafa tidak berani membangkang kepada mereka.

Kemarahan abang-abangnya adalah suatu hal yang harus ia hindari di dunia ini.







....

Continue Reading

You'll Also Like

396K 20.4K 42
Ditengah kegelapan ditengahmalam ada seorang anak laki-laki yang tengah berlari dari kejaran beberapa laki -laki yang bertubuh besar. anak laki- laki...
243K 9.5K 79
Khalisa yezia akila dan aryan gifari alezra yang di pertemuan di pesantren _ _ _ Saat ini, yezia dan keluarganya sudah sampai di rumah, dan yezia mem...
106K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
1.5M 103K 40
[SEBELUM BACA SILAHKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Rian tidak pernah menyangka kehidupan yang menyedihkan ini membuat nya bahagia setelah kecelakaan yan...