DERMAGA// (SUDAH TERBIT!)

By suroyyanurlaily

4.4K 150 10

๐˜พ๐™š๐™ง๐™ž๐™ฉ๐™– ๐™ž๐™ฃ๐™ž ๐™จ๐™ช๐™™๐™–๐™ ๐™ฉ๐™š๐™ง๐™—๐™ž๐™ฉ ๐™™๐™ž ๐™๐™š๐™ค๐™ง๐™ž ๐™ ๐™–๐™ฉ๐™– ๐™ฅ๐™ช๐™—๐™ก๐™ž๐™จ๐™๐™ž๐™ฃ๐™œ!! ๐™ˆ๐™š๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฅ๐™– ๏ฟฝ... More

PROLOG//
{1}. Awal Cerita//
{2}. Pertemuan Mereka//
{4}. Awal Kisah Sang Bumantara & Shandya//
{5}.Apa definisi rumah bagi Bumantara & Sandhya? //
{6}. Kebersamaan//
{8}. Tentang Indiya latita//
{9}. Hari Ini Hujan Turun//
{10}. Di Dunia Ini Masih Banyak Orang Baik//
{12}. Hei! you, aku merindukanmu//
{13}. Bulannya Indah Kayak Kamu//
{15}. Kenyataan//
{16}. It's Oky//
{17}. Sekuat Sesakit //
{18}. RUMAH//
{19}. Terpikat Senyuman mu//
{20}. The Gang Wacana Forever//
{21}. Psikolog//
{22}. Semesta bercerita//
{24}. THE JAM9T๐Ÿฅต
{25}. Karena Kita Sahabat//
{27}. 9-1=? //
{31}. Manusia Berisik//
{32}. Monokrom//
{33}. Indah Ada Waktunya//
{34}. Sakit lagi.
{35}. Bulan Pada Malam Itu//
EPILOG//
DERMAGA// LOLOS TERBIT!!?
OPEN PRE ORDER!

{30}. Jangan Dulu TUHAN! //

49 1 0
By suroyyanurlaily

Happy reading📖

Tandai typo!!!!

" Tuhan. Jangan dulu, dia masih ingin hidup lama. "

--Dermaga//--

Waktu berjalan dengan sangat cepat, tak terasa, hari libur yang satu bulan sudah berakhir.

Tak terasa juga bagi lilya, padahal ia baru masuk ke sekolah ini, SMANDA1. Menjadi adik kelas dan sekarang ia sudah menjadi kakak kelas bagi dua adik kelasnya.

Gadis itu berdiri di sebuah mading yang terletak di dekat kelasnya dulu, di sana ia membaca sebuah lembaran kertas putih yang di tempel. Mencari di mana ia berkelas dan ia akan sekelas dengan siapa.

XII. MIPA 6

Tami.

Rio. Anggi

Lilya Nata

Candra Kelyn

Mala Ola

Varo

itu adalah orang-orang yang ia kenal, dan untung saja ia sekelas dengan tami.

Sedangkan Indi, ayyan, dan catra mereka juga sekelas yang berada di kelas XII. MIPA 4.


Lilya masuk ke dalam kelas itu yang sudah terdapat beberapa orang, ia mencari tempat duduk di pojok ujung bangku paling terakhir.

Cewek itu melihat orang-orang yang berada di kelasnya, di sana ada nata, mantan sahabatnya dulu pas zaman SMP.

Di sana juga Ola, mantan catra.

Dan kelyn, mantan crush Rio.

Lilya menaruh tas nya di sebelah bangku yang kosong ketika melihat sepupunya mulai mendekat ke arahnya.

" Udah ada orang, sorry ya. " Mala mengibaskan rambutnya yang di kepang tanda ia marah perempuan itu mulai mencari tempat duduk dan memutuskan untuk duduk bersama kelyn sang mos wanted girl smanda1.

" Tami!! Sini!! " Tami tersenyum lebar berlari ke bangku yang di tempati oleh lilya.

Tami menaruh tasnya di meja. " Uhh.. Untung aja gw sekelas bareng lo. " Lilya juga mengangguk.

" Kenapa kita duduknya di ujung banget woiy. " Lilya menunjuk sesuatu di jendela.

" Biar bisa lihat orang olahraga. " Ujar lilya sembari tertawa kecil membuat tami ikut tertawa.

Tak lama setelah itu dua pemuda berdiri di depan mereka, lilya dan tami memperhatikan dari kaki sampi kepala kedua pemuda itu.

" Kita duduk di sini ya. " Itu Rio dan candra. Candra duduk di bangku yang berada di depan lilya yang di sampingnya terdapat sebuah jendela, sedangkan Rio duduk di depan tami.

" Bakal gak fokus belajar nih gw kayaknya. " Gumam tami.

Candra menguap lalu menaruh tasnya di meja menjadikan benda itu jadi bantal kemudian ia menaruh kepalanya untuk tidur.

" Kita udah kelas 3, masih aja pada malas-malasan. "

Tami menepuk keningnya. " Sumpah! Kita sudah kelas 3? Padahal baru kemarin gw kenal sama lya.. "

" Tahun besok udah lulus, waktu bergulir cepat banget ya? Sehari rasa satu jam. " Sambung gadis berponi itu curhat.
-

-

-

Kata siapa laki-laki tak pernah menangis? Kata siapa laki-laki tak pernah lelah? Kata siapa laki-laki itu harus kuat?

Setiap orang pasti ada bagian dimana mereka akan merasakan lelah, capek, dan ingin menyerah entah itu laki-laki ataupun perempuan.

Seperti sang pemuda yang selalu menebarkan senyuman lebar, yang selalu menebarkan canda-candaan yang membuat orang yang mendengar tertawa atas lelucon yang sudah di buat.

Semua manusia itu munafik! Semua manusia itu pembohong! Baik-baik saja tapi nyatanya tak baik.

Di tengah malam dengan di temani oleh cahaya remang-remang oleh bulan dan bintang yang bertaburan di langit bak intan permata. Seorang pemuda terlihat menelungkupkan kepalanya pada lutut yang sudah di tekuk agar menjadi sebuah tumpuan, di sebuah ruangan yang gelap.

Laki-laki itu memandang jendela yang terbuka dan menatap langit abu-abu.

Menitikkan air mata tanpa aba-aba, ia hanya mendongak membiarkan air matanya turun membasahi pipi pemuda itu berusaha agar suaranya tak terdengar.

Ini adalah kegiatannya di setiap malam hari setelah belajar, ia akan menangis atau memikirkan hal-hal yang tak dapat bisa ia mengerti.

Tok tok tok.

Dengan cepat catra menghapus air matanya dan melihat pintu yang terlihat gelap dalam penglihatannya.


" Siapa? " Tanyanya dengan suara serak.

" Gw, c-candra. " Catra berdiri dari duduknya dan berjalan sembari meraba angin di mana stop kontak itu berada.

Setelah menemukan nya ia langsung menekan tombol itu membuat lampu menyala kembali, dan segera membuka pintu.

" Eh, lo kenapa? " Tanyanya setelah melihat saudara kembarnya meringkuk kesakitan di lantai dan tengah bersandar di dinding.

Catra memegang pundak candra.

" Sakitth.. " Candra terus saja meringis tatkala perutnya terasa di peras.

" Kita ke rumah sakit. " Catra berlari masuk kembali ke kamarnya mengambil kunci mobil papahnya yang sudah ia pakai kemarin.

Catra membantu candra untuk berdiri dan berjalan, menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati.

Catra mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, setelah melihat candra yang keadaannya tak terbilang cukup baik.

Uhukk uhukk

Candra menutup mulutnya dan merasakan cairan yang menempel di telapak tangannya, ia melihat telapak tangannya cairan pekat kembali berjatuhan di tangannya membuat ia tak peduli memilih menyandarkan punggung nya.

Wajahnya sangat pucat pasi, mata laki-laki itu begitu lesu dan terlihat sangat lelah.

" Cand! Jangan tutup mata lo! " Larang catra memegang bahu adiknya yang akan menutup matanya dengan banyak bercak darah di sekitarnya, bahkan darah di hidung pemuda itu tak ingin berhenti mengalir.

Catra terus saja berteriak memanggil nama adiknya setelah tahu kesadaran candra telah di renggut.

Pemuda itu mengendarai mobil lebih cepat lagi. 20 menit di perjalanan, akhirnya catra sampai dan langsung memangil suster yang berada di rumah sakit sana.

Adiknya di bawa di ruang ICU (intensive care unit), catra duduk di salah satu kursi tunggu di sana, berdoa.

Tuhan.. Semoga baik-baik saja.

Sekitar 6 menitan, dokter akhirnya keluar membuat catra langsung menanyai dokter yang sudah berkepala 6 sepertinya.

" Pasien sangat kehilangan banyak darah, kita membutuhkan pendonor darah karena di rumah sakit ini kami kehabisan stok darah golongan O. " Catra mengacak rambut nya.

" Saya akan mendonorkan darah saya pak. "

" Golongan darah adek apa? " Catra cemberut lalu menggeleng.

" Ya sudah ayo keruangan saya. " Catra mengikuti langkah pria dewasa di sampingnya.

Catra melakukan pengecekan golongan darah, ia meringis tatkala jarum suntik mulai masuk dan keluar dari jari telunjuk nya.

Setelah itu pemuda itu menunggu konfirmasi dari dokter itu dengan mulut nya yang terus meniup jari telunjuk nya yang di beri kapas.

" Hasilnya tidak cocok, golongan darah anda A+." Catra mengeluh kecewa, dan menggigit bibir nya khawatir.

" Kita harus bisa secepatnya mendapatkan pendonor darah. Apakah ada kerabat dekat yang mempunyai golongan darah O? " Candra berpikir salah satu yang di pikirkan adalah bukan lain papahnya yang juga mempunyai golongan darah O.

Catra keluar dari ruangan itu dan segera mengeluarkan handphone nya.

Catra menggigit jarinya khawatir.


Pemuda itu akhirnya bisa tenang, setelah mengetahui ada yang mempunyai golongan darah yang sama dengan adiknya.

Ia tetap menunggu di ruang ICU itu dengan dokter tadi yang berdiri di sebelah nya.

" Udah ada? "

" Iya dok, sebentar lagi ke sini. " Dokter itu masuk ke ruang di mana candra masih di rawat untuk memeriksa pemuda yang masih belum sadar itu.

Dengan jauh, catra bisa melihat kedua gadis berjalan mendekat, membuat ia memanggil dokter.


" Cat, keadaan candra bagaimana? " Catra menaruh jarinya di telunjuk menyuruh agar kedua perempuan itu tak ribut.

Lilya mengikuti pemuda itu membuat catra tersenyum.

Mata ketiganya beralih menatap seorang dokter yang ikut berada di antara mereka kemudian tersenyum sebagai sapaan hangat.

" Pendonor pasien? " Catra menunjuk tami.

" Ayo ikuti saya. " Tami menarik tangan lilya agar mengikutinya.

" Gw gak berani jarum suntik. " Lilya tertawa mendengar itu.

Sesampainya di ruang laboratorium, lilya dan tami duduk di kursi yang telah di sediakan.

Tami meremas paha lilya untuk melampiaskan rasa sakitnya ketika merasakan jarum suntik itu menusuk tangannya.

" Akh! Sakit bego! " Lilya juga ikut meringis.

Setelah melakukan donor darah, tami melihat lengannya yang terdapat sebuah plaster dan kapas sedikit meringis mengingat bagaimana ia berteriak di ruangan itu tadi.
-

-

-

Setelah pulang sekolah, sorenya lilya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk sahabatnya yang masih di sana.

Ia berjalan menelusuri lobi-lobi rumah sakit dengan tenang.

" Assalamu'alaikum. " Lilya memasuki ruangan rawat inap itu yang sudah diisi oleh dua laki-laki yang mengobrol ria.

Kedua pemuda itu menengok ke arah lilya yang langsung menduduki dirinya di kursi depan ranjang di mana seorang pemuda dengan berwajah pucat pasi dan lesu memandang ia dengan senyuman lebar.

" Bagaimana keadaan lo? " Tanya lilya.

" Pusing. "

" Kalian berdua jangan bucin di sini. " Lilya menatap ke belakang di mana seorang cowok berkemeja yang sedang memakan sebuah kuaci menatap nya tak suka.

" Yee.. Sewot nih aki-aki satu. " Pasalnya, alfa mewarnai semua rambut nya menjadi blonde dan menghilangkan poninya yang membuat The jam9t tertawa ngakak melihat penampilan terbaru dari sang pemimpin gang.

" Hahaha.. Mana benar lagi. " Sambung catra sembari tertawa.

" Bersoda kalian, lo cand, jangan ikut-ikutan kayak mereka-mereka. " Candra tertawa kecil sebelum menjawab dengan lirih tapi masih bisa di dengar oleh tiga orang itu.

" Tapi, emang benar kok, rupa lo kayak aki-aki. " Lilya menahan ketawanya yang akan menyembur begitupula dengan catra.

Alfa memicingkan matanya sebelum menghembuskan nafas.

" Gw pulang dulu ya, kalo gitu. " Alfa mengambil kunci mobil dan jaketnya kemudian pergi dari sana tanpa sepatah kata membuat ketiga orang itu bingung dan sedikit merasa bersalah.

Lilya mendekatkan kursinya agar lebih dekat dengan kepala candra yang tidur dan membawa tangannya kepala candra memijit nya pelan.

" Masih sakit? " Candra mengangguk pelan, tenaga nya cukup terkuras habis membuat tubuhnya sangat lemah bahkan sekedar bicara pun rasanya sangat lelah.

" Lo udah makan? " Mengangguk lagi.

Catra yang menyaksikan keduanya hanya mendengus. Apakah ini karma untuk nya, Karena telah memamerkan kemesraan nya dengan sang mantan dulu kepada candra secara terang-terangan?

" Gw keluar. " Suaranya bagai angin, tak ada yang mendengar.

Cowok itu mengambil tangan lilya untuk di genggam, tangan kiri candra terdapat tiga infusan yang terpasang sana, ia mendongak menatap salah satu kantong infusan yang berwarna merah pekat, darah.

" Pengen peluk lo.. " Lilya bersemu mendengar itu, ia ingin memeluk laki-laki itu tapi tak tahu bagaimana caranya karena terlalu banyak selang infusan di sana.

" Tidur sama gw. " Dengan hati-hati, candra memiringkan badannya dan mundur sedikit untuk memberi lilya ruang untuk tidur di sana.

Dengan senang hati, lilya naik ke ranjang yang lumayan besar dan muat untuk dua orang itu, ia menidurkan kepalanya berbagi bantal dengan candra wajahnya berada tepat di depan dada laki-laki itu.

" Jangan tidur, udah sore ini. " Larang lilya ketika menyadari laki-laki itu mencoba berusaha menutup matanya.

" Gw capek, pengen tidur. " Lilya sedikit tertegun. Kemudian melingkar kan tangannya di pinggang sahabatnya, mengusap pelan punggung candra.

" Iyaa. Kalau capek, tidur aja. " Dengan cepat, candra sudah mendengkur halus bahkan tak sampai 2 menit karena sangat kelelahan.

Sudut bibirnya di tarik membuat sebuah lengkungan di sana.

Entah kenapa gw suka lihat wajah damai candra pas lagi tidur.

Setelah beberapa jam. Langit abu-abu memaksa langit orange untuk pergi membuat hari semakin gelap, matahari pun di tarik untuk tenggelam oleh bulan yang ingin menampakkan diri setelah berjam-jam lamanya tak mengeluarkan sinar yang terang benderang tetapi tak panas seperti matahari.

Lilya membuka matanya sedikit demi sedikit menyesuaikannya dengan sinar yang menembus kedua matanya.

Ia tak sengaja ketiduran di ranjang ruang rawat inap sahabatnya, gadis itu melihat candra yang masih tertidur pulas dengan tangan yang mulai mengurus itu di pinggangnya.

" Udah jam berapa nih? " Lilya mencoba melepas tangan candra yang berada di pinggangnya dengan hati-hati agar tak membangun kan lelaki yang sedang tidur itu.

Setelah berhasil, ia turun dari ranjang dan mencari tasnya di mana handphone nya berada sekedar untuk melihat jam sudah menunjukkan pukul berapa.

19:09

" Hei, udah bangun lo? " Lilya mendongak menatap pemuda yang memakai hoodie pemberian nya dengan lesu karena sebagian nyawanya belum terkumpul.

" Masih ngantuk kan? Nih, minum. " Catra memberikan lilya sebuah minuman yang langsung di buka dan di teguk oleh sang empu untuk menghilangkan dahaga.

" Cand, gw mau pulang. Anterin gw bisa? " Catra menganggukkan kepalanya mantap.

" Habisin dulu minuman lo baru gw antar pulang. "

Lilya mengangguk.
-

-

-

" Hati-hati di jalan cat. " Lilya melambaikan tangannya menatap punggung nan lebar yang sudah jauh dari pandangannya.

Lilya memperhatikan sendal-sendal yang tak tertata rapih di bawah sana membuat gadis itu dapat simpulkan bahwa ada keluarganya di sana.


Dengan perasan yang gundah gulana, lilya membuka pintu dan memasuki nya dan langsung di sambut oleh tatapan yang tak mengenakan dari ibu mamahnya, nenek Sitta.

" Dari mana kamu? " Lilya menundukkan kepalanya memilin selempang tasnya dengan gugup.

" Rumah sakit, habis jenguk teman, nek. " Mala yang sedang menggendong adik tirinya tertawa terbahak-bahak ketika mendengar penuturan lilya yang tadi.

" Boong tuh nekk.. Mana ada lilya ke rumah sakit, yang ada pergi kencan terus."

Anjing lo mal!!!

Sumpah! Demi Allah! Rasanya lilya ingin menyumpahi mala.

" Lilya kamu udah makan? " Tanya seorang wanita yang berada di samping neneknya yang juga merupakan ibu dari mala.

" Belum tante. "

" Tadi tante beli mie ayam kesukaan kamu, di makan ya. " Tante wiyah sangat baik dan perhatian lain halnya dengan anak pertama nya.

Lilya mengangguk. Berjalan melalui keluarganya dan sedikit melirik ke arah mamahnya yang menatap datarnya dan ia juga melirik ke arah mala yang mengeluarkan lidahnya ingin mengejek.

Perempuan itu memasuki dapur yang terdapat sebuah plastik berwarna hitam di sana ia mengambil mangkuk dan sendok untuk menaruh mie ayam yang berada di plastik.

***

Terlihat seorang pemuda yang menggunakan baju kaos kebanggaan nya berjalan ke sana ke mari di ruang rawatnya sambil memegang sebuah benda pipih di tangan kanannya.

Tak ada selang infusan yang terpasang di tangan kiri ataupun tangan kanannya, sengaja, ia meminta dokter untuk melepaskan infusan itu dari tangannya karena sangat mengganggu dirinya.

Hari sabtu tanggal 30 Juli sudah 4 hari ia di rumah sakit, apakah ia tak bosan? Jelas, jawabannya sudah sangat jelas ia sangat bosan berada di sini.

Sambil mondar-mandir di sekitaran kamar inapnya, candra masih terus berfikir untuk menghubungi lilya atau tidak, menatap ragu kontak yang ingin ia pencet.

Akhirnya setelah berfikir panjang, candra menekan tombol yang bergambar telepon.

Tutt.. Tutt.. Tutt..

Teleponnya tersambung, tapi tak di jawab oleh seseorang yang berada di seberang.

Candra menggigit bibir bawah nya gelisah, karena 4 hari ini lilya tak menjenguknya.

Akh!

Perut candra terasa sangat nyeri, cairan merah pekat termuntah dari mulut nya, ia langsung menutup mulutnya menggunakan tangan.

Candra mencoba berusaha menuju ranjangnya untuk menekan tombol emergency tapi apa daya dalam sesaat tubuhnya tak lagi memiliki tenaga. Candra terkapar di lantai.

Uhuk!

Ia terus memuntahkan darah membuat perutnya semakin perih yang sangat luar biasa, ia meringkuk kesakitan di lantai yang dingin, tak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa, kembarannya pergi entah kemana.

Jangan dulu Tuhan..

Akh!

Tubuh candra bergetar menahan sakit yang menyerang tubuhnya. Ia benar-benar meringkuk kesakitan.

" Lil.. Ya.. "

Akh! Akh!

Tak ada siapapun di sana yang dapat menolong nya.

Pandangannya mulai memburam.

Drett... Drett.. Drett.

Handphone candra yang tergeletak di sampingnya terus bergetar. Candra bersusah payah menekan tombol berwarna hijau itu dengan tangannya yang sudah berlumuran darah.

" Candra, ada apa? "

" Hello.. Kok lo diam? "

Candra seketika menangis mendengar suara dari gadis yang ia cintai di seberang.

" Lilya... " Suara candra sangat parau dan lirih.

" Candra! Lo gak papa kan?!! "

Candra memaksa tubuhnya untuk mendekat ke arah handphone.

" S.. S-sakith. " Lilya yang berada di seberang sana sangat khawatir dan berusaha memanggil nama sahabatnya.

Gadis yang berada di dalam kamarnya itu menangis setelah mendengar suara lirih dari pemuda yang tak pernah ia jumpai empat hari ini karena mamahnya mengurung ia di dalam kamar setelah beberapa hari lalu ia di lihat oleh sang mamah di antar pulang sehabis dari rumah sakit oleh catra.

Lilya membuka jendela dan segera melompat dari sana, tanpa menghiraukan pakaian yang ia pakai sekarang saking khawatir nya kepada candra.

Aduh!

Lilya jatuh ke tanah menyebabkan lutut nya terluka dan mulai mengeluarkan darah, tapi ia tak peduli terus berlari lewat belakang rumahnya yang terdapat sebuah jalan di sana yang menembus pagar rumah si kembar catra dan candra.

Bahkan ia tak memakai alas kaki. Gadis itu menaiki ojek yang nongkrong di sana.

Ia menangis membuat sang supir bingung.

" Pak! Cepat pak! " Suruhnya.

Tukang ojek itu menaiki laju motor nya sesuai suruhan lilya tadi.

Sesampainya di rumah sakit, lilya kembali berlari mencari ruangan rawat inap sahabatnya.

Ia membuka pintu yang tertutup itu dengar tak sabaran lalu seketika terkejut melihat keadaan candra yang sudah di lumuri darah bahkan lantai, ia melangkah melawati candra dan menekan tombol emergency dan menopang kepala candra di pahanya.

" Candra..! Bangun!! "

" Maaf.. Gw telat, please cand... " Lilya mengusap wajahnya candra yang terdapat banyak darah di sana tanpa jijik sama sekali.

Lilya semakin mengeraskan tangisnya setelah tahu pemuda itu tak sadarkan diri lagi.

Jangan dulu Tuhan...

Maaf gw telat cand.. Maaf.

Satu dokter dan tiga suster datang dan sedikit kaget melihat keadaan salah satu pasiennya.

" Tolong sahabat saya dok.. " Pintanya. Dengan segera, dokter dan suster itu mengangkat tubuh tak berdaya candra dengan hati-hati dan salah satu suster menyuruh lilya untuk keluar.

Cewek itu menurut dan menghapus air matanya.

Ia baru sadar, ada seseorang yang harus ia telepon.

" Catra! Lo di mana sih?! " Bentak lilya kepada pemuda yang berada di seberang.

" Gw lagi kerja kelompok di rumah teman. Kenapa? " Lilya menangis mendengar itu.

" Bego.. Anjing lo cat! Lo nggak tau adek lo kesakitan sedari tadi dan lo gak ada di sampingnya, candra pingsan setelah gw datang dan.. Banyak banget darah di lantai. " Catra langsung mematikan panggilan itu setelah mendengar perkataan lilya.

Bahu itu bergetar seiring isak nya terdengar. Lilya memukul dadanya yang terasa sesak.

" Lilya! Candra mana! Dia gak papa kan?! " Seorang pemuda memegang pundak lilya yang masih terisak.

Lilya menghempaskan tangan kekar yang berada di pundaknya itu dengan kasar.

Catra terkejut.

" LO GIMANA SIH JADI KAKAK?! KENAPA LO BIARIN CANDRA SENDIRIAN PADAHAL LO TAU TUBUHNYA BELUM SEMBUH! " Bentak lilya, catra diam menundukkan kepalanya merasa bersalah.

" Maaf.. "

" Gak becus lo jadi kakak, Punya niat jadi seorang kakak gak sih lo? " Lilya memukul dada catra pelan dengan kepalan tangannya.

" Please cat.. Jangan kemana-mana tetap jaga candra, dia gak sekuat itu, itu topeng, candra itu munafik. " Catra membawa lilya ke dalam pelukan nya yang hangat ketika menyadari air mata gadis itu kembali turun membasahi pipinya yang putih dan mulus itu.

" Maafin gw... Maaf, maaf. " Hanya kata maaf yang dapat catra gumam kan, ia juga mengetahui di mana letak kesalahannya.

Yang di nanti-nanti akhirnya keluar, catra dan lilya memasang kuping untuk mendengar kan ucapan sang dokter.

" Penyakitnya sudah sangat parah, kalian harus bersiap dengan kemungkinan terburuk. " Lilya terduduk di kursi yang ia dudukan tadi, linglung tak tahu harus apa.

Catra menahan dadanya yang mulai sesak.

" Pihak rumah sakit sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, pendonor pun juga belum di dapatkan. Kondisi pasien akan terus memburuk, kita hanya bisa membantu dengan obat penghilang rasa sakit. " Lilya memijat hidungnya yang terasa perih.

" T-terima kasih, dok. " Dokter itu mengangguk dengan ketiga suster yang berada di samping, setelah kepergian dokter dan suster itu catra melihat lilya yang memijat hidungnya.

" G-gw takut cat... " Catra menatap lilya.

" Gw takut candra di ambil sama Tuhan. Gw gak takut dia di ambil. Jangan dulu. " Pemuda berwajah baby face itu memegang pundak gadis yang mendongak menatap nya dengan mata sembab dan hidung memerah.

" Lilya... Rezeki, takdir, jodoh, dan ajal itu udah di tentuin, jadi gak ada alasan buat kita menunda-nunda. Kalo candra di ambil sama Tuhan, itu berarti Tuhan lebih sayang sama dia, Tuhan ingin candra bahagia supaya gak tersiksa di dunia yang gelap ini. " Nasihat nya.

" Tuhan jahat dong berarti? " Tanya lilya. Catra menghela nafas dan ikut duduk di samping lilya.

" Gak, karena sebelum kita berada di rahim ibu kita, tuhan udah menentukan takdir yang kita dapatkan, dan kita di tanyai apakah sanggup? Oky, kalo kita sanggup. Kalo gak sanggup mungkin lo gak mungkin ada di dunia ini. Tuhan juga kasih ujian yang gak akan melewati batas kemampuan hambanya. Lo tau kan? "

Lilya diam merasa bersalah.

" Lo nggak mau ke dalam? Candra nunggu tuh. " Lilya melihat dirinya sendiri, melihat kaos dan celananya penuh darah yang sudah kering dengan lututnya yang terluka dan juga kakinya yang tak beralaskan apapun, demi apapun kakinya sangat kotor sekarang.

Catra melepas hoodie yang ia pakai dan menyisakan sebuah kaos polos.
" Nih pake, nanti gw beliin lo sendal. "

Lilya mengambil nya dan berlari ke kamar mandi yang berada tak jauh dari kamar inapnya candra.

Setelah kembali, gadis itu tak mendapati catra berada di sana. Ia masuk ke dalam ruangan itu dan mendapati candra yang terbangun, ia sedikit meringis melihat senyum lirih pemuda itu, senyuman manis tapi sungguh menyakitkan hatinya.

" Ezar.. Maaf. " Lilya mendekati candra dan memegang tangan kanan yang tak terdapat infusan di sana.

" Buat apa? " Tanya candra lirih. Sebuah alat pernafasan terpasang di kedua hidungnya. Lilya membawa tangan lemas nan dingin itu ke pipinya yang hangat.

" Gw telat, andainya gw lebih cepat datang lo gak akan kayak gini. " Pemuda itu tersenyum manis dan sedikit terkekeh.

" Hei... Lo gak salah, gw yang salah. " Lilya mengerucutkan bibir nya ketika hidungnya memulai memanas ingin menangis.

" Jangan nangis donggg.. Gw jadi merasa bersalah. " Lilya menggeleng tiga kali, tangan candra terangkat menuju mata lilya yang mulai mengeluarkan air mata, mengusapnya pelan.

" Ayo naik, tidur bareng sama gw. " Candra memundurkan tubuhnya dengan hati-hati memberikan lilya ruang untuk tidur.

Lilya memeriksa celananya yang tertutup oleh hoodie kebesaran milik catra dan melihat lututnya yang masih perih. Dan menaiki ranjang itu dengan senang hati.

Candra memeluk pinggang lilya dengan tangan kirinya yang terdapat 2 sekaligus infusan di sana.

" Maaf lya, udah bikin lo khawatir. " Ujar candra.

" Apaan sih maaf-maaf, lo gak salah tau! "

Candra mengeratkan pelukannya. "Pokoknya maaf! "

" Ihhh.. Gelii lepas nggak. " Bukannya melepas pemuda itu malah mengeratkan pelukannya membuat lilya menggembung kan pipinya.

" Gini aja. Gw mau tidur. "

--Dermaga//--


Aku update lagi cinta... Bagaimana part ini?

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, & FOLLOW!!!!!!!!

BACA DOANG VOTE KAGAK!

Continue Reading

You'll Also Like

9.4K 1.4K 9
FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA! Blurb: Kata "Pulang." terlalu banyak makna, hingga jika salah pengartian, akan menimbulkan kekeliruan yang mungkin...
Ikenai!! By Shouya

Teen Fiction

1.2K 106 5
Haikyuu!! Fanfic ยฉ Haruichi Fudurate Hanya menceritakan kisah Shoyo yg memiliki keluarga yg begitu overprotektif dan posesif padanya. sekian,selamat...
1.2M 72.7K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
216K 17.7K 42
"Aku ingin sekali bertemu dengan mu, menceritakan bagaimana melewati hari-hari tanpa mu dan membesarkan anak-anak mu sendirian"