I Believe

By DesarDesar

1.2K 79 11

Meskipun memang pernah dialami seseorang, cerita ini bukan pembelajaran. Harap bijak dalam membaca. Pemeran... More

1. Mochi Mini
2. Bang Frank
3. One View
4. Nighttime
5. Glow Girls
6. Nobar PSJ-PBY
7. Care
8. Fuji Sakit??
9. Mengapa Berbeda?
11. Sangat Menyakitkan
12. Kejutan

10. Menyebalkan

58 5 0
By DesarDesar

AKU diam termangu di depan TV yang menyala, menampilkan tayangan tikus dan kucing yang saling mengejar bahkan terluka namun kembali baik-baik saja. Iya. Kartun Tom & Jerry memang tayangan kartun favorit ku. Namun, tidak kali ini. Bukan karena aku yang sudah tidak tertarik lagi dengan itu, tetapi fikiran ku yang masih berpusat pada apa yang tengah terjadi antara aku dan Frank sekarang.

Kejadian buruk yang menimpa ku semalam memberikan efek yang sangat menggangguku. Aku sampai tidak bisa tertawa padahal aksi dari tikus dan kucing di TV itu sangat lucu. Bahkan biasanya, aku sampai tertawa terbahak hingga memegangi perutku, saking lucunya tayangan itu.

Bagian saat Frank berulang kali membentak padaku, melontarkan kata-kata kasarnya, mengancam ku, menampar dan membuatku menangis pilu kembali berputar terus menerus seperti kaset kusut di kepalaku.

Aku tak tahan lagi, tetapi aku hanya bisa menangis lagi.

Tok tok tok!!!

"Fuji! Ini gue, Bondan." Ujar suara di luar pintu.

Membuatku segera mengusap air mataku. Aku mematikan TV membuat tayangan dilayar kotak itu mati.

"Kita berlima mau jengukin lo, Fu." Ujar suara lainnya.

Hari ini aku tidak masuk sekolah. Tubuhku terasa lemas, perutku masih sakit. Merasa pusing dan mual.

Mendengar suara panggilan lagi, membuatku segera bangkit dan melangkah menuju pintu. Lalu aku membukanya, menampilkan One View dibaliknya.

"Assalamu'alaikum..." Ucap mereka ramah membuatku mengangguk.

"Wa'alaikumussalam."

Mereka saling pandang melihat tanggapan ku yang tak seantusias biasanya.

Biasanya, aku akan lebih ceria dan tersenyum pada mereka. Namun, sangat berbeda kali ini.

"Hayy, Fuji." Sapa Bondan mengawali.

Aku hanya mengangguk.

"Lo kenapa? Tumben, lo agak pendiam gini." Tanya Omar padaku.

"Tau, nihh. Biasanya juga pecicilan." Ujar Koko, yang mendapat respon kekehan tawa dari Zaka.

Jerry menyenggol pelan lengan keduanya, membuat mereka saling menoleh. Dia memberi instruksi agar keduanya tidak melucu dahulu.

"Lo masih sakit?" Tanya Bondan sambil melangkah mendekati ku. "Ini kita bawain lo melon. Katanya Bang Frank, itu adalah buah kesukaan lo." Tambah Bondan lagi. Dia mengulurkan buah melon yang terbalut plastik padaku.

Aku segera menerimanya, dan mengangguk. "Terima kasih." Namun, mendengar nama itu disebut membuat ku ingin menangis lagi. Aku menghela napas untuk menahannya.

"Lo sebenarnya kenapa, sihh?" Tanya Bondan merasa bingung. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lo kalau ada masalah, jangan ragu untuk cerita ke kita." Ujar Omar, dia memang baik.

"Bener banget. Mungkin kita bisa bantu." Ucap Jerry, membuatku sedikit mendongak karena tinggi badan nya yang ekstra.

"Yaa, walaupun kita nggak bisa bantu... Seenggaknya lo bisa lega karena berbagi masalah yang mungkin lagi lo coba hadapi." Ucap Zaka. Dia tersenyum padaku.

"Itu benar. Kita sampe bela-belain bolos sekolah untuk jengukin lo, tau nggak?" Tambah Koko yang mengangguk antusias.

Aku menghela napas lagi. "Terima kasih ya... Kalian mau peduli sama gue."

"Nggak perlu berterima kasih. Santai aja." Ujar Bondan. Dia tersenyum lebar.

"Sama-sama." Ucap Omar. "Gue pribadi, sih... Menghargai orang yang mau menghargai orang lain."

"Wohoo." Koko sedikit merasa terkejut dengan sarkas Omar pada Bondan. Kalimat sindiran itu membuat Bondan seketika diam.

"Kalian mau minum apa? Silahkan masuk dan duduklah." Ucap ku. Aku membuka lebih lebar pintunya.

"Kita duduk di sini aja, Fu." Ucap Jerry mewakili temannya yang lain.

"Iya. Kecuali kalau ada Bang Frank baru kita masuk." Ujar Omar sambil duduk di lantai. Disusul oleh ketiga temannya yang lain.

Namun, tidak dengan Bondan. "Gue bantu ya, Fu." Bondan yang mulai melangkah langsung di tahan oleh Omar dengan tangannya.

"Nggak usah modus, please!"

"Kasian anak orang bikin minuman sendiri." Alibi Bondan.

"Udah kebaca niat busuk lo, Bon." Ujar Jerry. "Ntar lo malah apain Fuji, lagi."

"Enak aja lo. Lo pikir gue mau ngapain??"

"Udah duduk saja yang manis di sini, Bon." Ucap Zaka, dia tersenyum lebar.

Bondan menurut saja.

"Fuji, gue boleh pesan minuman nggak? Vodka gitu? Atau coca-cola juga boleh lah." Ujar Koko lengkap dengan kekehan tawanya.

Dia mendapat jitakan keras dari Bondan di kepalanya.

Aku hanya menggeleng melihat itu, kelakuan mereka ada-ada saja. Segera aku melangkah masuk ke dalam.

*****

"TUMBEN, lo nggak nonton tikus kucing itu lagi." Ujar Frank sambil melangkah masuk dan duduk di depan ku.

Sempat aku tersentak kaget, aku memperbaiki posisi duduk ku. Beralih menatap layar TV yang sedang menampilkan tayangan kartun Masha and the Bear. Namun, aku kembali melihat ke arah Frank yang ternyata menatapku sejak tadi.

"K-kenapa, Bang?" Tanyaku padanya.

Frank menggeleng, "Lo bisa ikut gue nggak, nanti malem? Sekitar jam 8?"

Aku diam sebentar, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh. Biasanya aku mulai belajar pukul tujuh, sampai jam sepuluh malam.

"Nggak bisa, bang. Gue harus belajar."

"Sayangnya, gue nggak menerima penolakan, sihh..."

Aku mengalihkan pandangan darinya. Menghela napas sebentar.

"Okey. Gue anggap lo setuju sama ajakan gue. Gue minta jam 8 malam nanti lo udah siap."

Aku hanya mengangguk. Memperhatikan saja ia yang melangkah menaiki tangga menuju kamarnya di samping kamarku.

Aku segera mematikan TV. Malam ini aku akan belajar lebih awal dan selesai lebih awal juga.

*****

AKU menatap datar bangunan yang hanya satu meter dari dalam mobil yang Frank kemudikan. Itu adalah salah satu CLUB terbesar yang ada di Jakarta.

Aku beralih menatap Frank yang membuka pintu di sampingnya. "Lo ada urusan sebentar ya, di dalem? Gue tunggu di sini aja ya, Bang." Tanyaku yang langsung mendapat gelengan kepala darinya.

"Oh, tentu saja nggak bisa. Lo juga harus ikut masuk. Di sini berbahaya." Ujar Frank dengan santai. Dia melangkah keluar dan kembali menutup pintu mobil.

Aku segera membuka pintu dan keluar menyusul Frank dari belakang.

Hingga saat kami sudah berada di dalam CLUB aku segera mempercepat langkah dan berjalan di samping Frank.

"Awww." Aku memekik saat seorang pria yang terlihat mabuk menabrak keras lenganku.

"Berhati-hatilah, bro!" Seru Frank padanya. Dia segera merangkul pundakku dan kami melanjutkan langkah.

Aku sangat asing dengan tempat seperti ini. Di sini ramai dan berisik. Banyak orang berlalu lalang dan menari bersama lawan jenis bahkan beberapa orang sampai berciuman. Aku hanya meringis melihat itu.

Kami tiba di depan ruangan bertulis VIP di pintunya. Frank mengajakku masuk, namun aku hanya diam.

"Ayooo. Kenapa malah berhenti?"

"Kita mau ngapain di dalem, bang?" Tanyaku, mulai curiga padanya.

"Ck. Udah lo tenang aja... Ada GB juga di dalam... Dan beberapa teman gue yang lain." Jawab Frank. "Sudah, ayoo masuk."

Aku mengikutinya masuk ke dalam. Sedikit terkejut saat melihat delapan pria yang duduk di atas sofa tak jauh dariku berdiri. Tiga diantaranya adalah teman Frank yang lain dari GB.

Ruangan ini cukup remang. Aku diam mematung di depan pintu, menelusuri ruangan ini. Dan menoleh terkejut pada Frank yang mengunci pintu dari dalam.

"Kenapa lo kunci pintunya, bang?" Tanyaku, aku berpikir ada yang aneh dengan abangku sekarang.

"Gapapa. Biar nggak ada yang ganggu aja." Jawab Bang santai. Dia memasukan kunci tadi ke dalam saku celananya.

"Heyyy, bro. Udah lama banget kita nggak ketemu." Ujar salah satu dari mereka dan saling ber tos ria ala pria dengan Frank.

"Iya. Terakhir tiga tahun lalu." Jawab Frank sekenanya.

"Lama juga, tuh. Kayaknya pas GB masih berlima lengkap dengan Baron kan, Frank?" Tanya temannya yang lain.

Frank hanya mengangguk.

"Parah juga, sih." Sahut yang lain lagi. Dia beralih melihat ku yang hanya berdiri sejak tadi. "Hey, lo!" Serunya padaku. "Gabung sama kita di sini."

Aku melangkah mendekat, melihat Frank yang tak keberatan dengan ajakan temannya itu.

"Nama lo siapa, cantik??" Tanya orang itu saat aku sudah duduk di sampingnya. Dia mencoba menyentuh wajahku yang langsung ku cegah dengan tanganku.

"Fuji."

"Nama yang cantik. Seperti orangnya." Ujar yang kini duduk di samping Frank sambil terus menatap ku sejak tadi. Aku risih ditatap seperti itu oleh nya.

"Heyyy, Fuji. Menarilah untuk kami." Ucap pria yang duduk di samping Leo. Membuat Drake yang mendengar terkekeh ditempatnya.

"Gue bukan penari, jadi gue nggak bisa menari." Ucapku.

"Payahh. Pemuas mana yang tidak bisa menari??" Ujar pria yang duduk di antara Leo dan Virgo.

"Apa katanya tadi? Pemuas??" Batinku bertanya.

"Apa maksudnya?" Tanyaku pada Frank yang sedari tadi hanya diam sambil meminum dari gelas berisi minuman berwarna bening, namun terdapat gelembung di sekitar permukaan airnya.

"Well, sepertinya Frank telah memperkenalkan Fuji sebagai pemuas di sini." Ujar Leo yang membuat ku bangkit dan melangkahkan kaki.

"Heyyy. Kembali duduk atau menari lah untuk kami." Ujar Frank yang sangat santai mengucapkan itu. Seolah itu adalah hal yang biasa bagiku.

Aku berbalik dan menatapnya, "Gue harap lo nggak sekejam itu sama gue, bang." Ujar ku. "Tolong biarin gue pergi dari sini."

"Nggak." Frank melangkah menghampiri ku. "Gue nggak bakal biarin lo keluar dari ruangan ini."

Aku mengabaikan nya, melangkah kan kaki. Namun, Frank menahan tanganku. "Gue nggak menerima penolakan. Jadi turuti lah saja."

"Bang, lo apa-apaan sihh? Lo minta gue untuk menari di depan kalian? Gue nggak sepolos itu untuk mengartikan tarian apa yang lo maksud." Ucapku. Aku tau bukan tarian modern apalagi tarian tradisional yang mereka maksud.

"Biarin gue pergi, bang. Gue mau pulang." Pintaku.

Frank mengangguk-anggukkan kepala. "Jadi, ada yang berani ngelawan gue malam ini. Dia seorang gadis. Ini menarik."

"Gue nggak bermaksud ngelawan lo, bang... Gue harap lo berhenti berpikir buruk tentang gue." Ucapku.

"Gimana kalau gue nggak sekedar berpikir buruk tentang lo? Tapi, lebihh."

Frank menghampiri ku dan mencengkeram erat daguku. Refleks, aku berusaha menjauhkan tangannya dari daguku. Tetapi, kedua tangan ku malah ia tahan menggunakan tangannya yang lain. Membuat ku hanya diam.

*****

Bersambung...

Ini siapa yang yang nulis cerita nya, sihh? 🤔 Makin lama ceritanya, semakin memacu adrenalin. 🤨

Tahan ya.. Tahanlah saja. 😆

Ohhh, jangan lupakan vomments nya ya, semuanya. Terima kasih 🙏💕

Continue Reading

You'll Also Like

47.9K 4.8K 27
DOSA TANGGUNG SENDIRI!!! CERITA INI HANYA FIKTIF TIDAK ADA SANGKUT PAUT NYA DENGAN CERITA ASLI. Area B×B & G×G & B×G!!! Berbijaklah dalam memilih bac...
124K 571 7
📌 AREA DEWASA📌
52.4K 8.4K 32
Gatau baca aja!
572K 6.1K 26
Hanya cerita hayalan🙏