1000% GENGSI

By ceyberryaa

873K 54.6K 2.1K

[TAMAT] Bersama Adinata, Ayyara menyadari satu hal. Bahwasannya, menjalani hubungan tanpa cinta bukanlah sebu... More

sedikit cerita tentang pasutri
resepsionis baru
Adik
sentuh-sentuh
Hama
Bersama Rosa
Paket
Suami siaga
Kabar surat cerai
Welcome to Duda~
What's wrong with Nata?
a sweet night>>>
Dirumah juga bisa, katanya
Hadiah
Aneh
Aneh part2
Kekuatan Syndrome Couvade
sekarang giliran temen-temennya
MAS, DIA SIAPA?!
Giliran istrinya
Menghadapi Adinata
Singa Juna
Si gede gengsi
Spesial suami dan istri
Dua malaikat kecil Ayah
Keinginan Nata yang terpenuhi
Family time in Basel City
On the way
Finally
say goodbye
Extra chapter-- Teenager
Extra chapter-- what if sequel?
Extra chapter-- little story of them
visualisasi
CERITA BARU?!
BYE!
Instagram
INFO!!

Jazziel's cafe

18.3K 1.4K 37
By ceyberryaa

oke, aku mau say hi dulu sama minta maaf🤣

berapa lamakah diriku menghilang?

untuk pembaca baru welcome ...

untuk pembaca lama ... kalian belum bosen kan???

oh iya, disclaimer, part ini bisa aja membosankan:]

***

Di pagi yang mendung dengan ditemani se-gelaa susu hamil rasa cokelat, Ayyara terduduk di kursi kayu yang berada di halaman belakang rumahnya.

Beberapa menit yang lalu, dia baru selesai memberi makan anak ayam warna-warni milik Nata yang ternyata sekarang ditolak mentah-mentah oleh si empunya.

Pagi tadi, setelah menghempaskan Ayyara yang ada di pelukannya saat bangun tidur, Nata juga mendeklarasikan bahwa anak-anak ayam yang katanya ia minta secara tidak sadar untuk di berikan pada siapapun, asalkan tidak dirumahnya. Atau jika perlu dijual saja lagi.

Aneh? Ya sepertinya hidup Nata memang selalu dipenuhi oleh kata aneh.

Dan sepertinya juga, dari kejadian itu, Ayyara menyimpulkan bahwa Nata sudah kembali pada setelan awal.

Tidak ada lagi Nata yang merengek minta morning kiss saat bangun. Tidak ada Nata yang takut nasi dan microwave. Tidak ada pula Nata yang nyemilin snack Sukiyaki. Semuanya berjalan secara normal sekarang. Bahkan, dua sendal swallow yang tak bersalah harus masuk ke dalam tong sampah.

Saat Ayyara melarang dan ingin menyimpan kedua sendal itu, Nata malah mengomel. Katanya dia tidak suka baunya. Nah itu, Nata yang asli itu tidak suka bau sendal.

Makanya, Ayyara yakin jika Nata sudah selesai dengan masa ngidamnya.

Ada sedikit rasa kehilangan. Mungkin karena Ayyara belakangan ini terbiasa dengan Nata yang menggemaskan.

Jika Ayyara merasa sedikit sedih dengan kembalinya Nata pada setelan awal, lain halnya dengan Juna dan Rachel. Rachel bahkan merelakan begitu saja uang nya yang dia pakai untuk membeli ayam warna-warni- btw Nata sempat lupa bayar dan Rachel sempat merajuk. Tapi karena sekarang Nata sudah kembali menjadi Mas Nana kesayangan Rachel, perempuan itu tak lagi mempermasalahkan uangnya.

Dan untuk Juna, sepertinya laki-laki itu yang paling senang. Katanya dia lebih suka Nata yang lempeng-lempeng minta di tampol daripada Nata yang dikit-dikit minta ini dan itu. Karena bagi Juna itu sangat merepotkan. Dan juga, Nata dalam setelan lempeng tidak pernah menyusahkan orang lain. Beda dengan Nata yang kemarin. Itu kata Juna saat tadi shubuh Ayyara curhat lewat telpon pada si duda anak satu itu.

Belum lagi, Nata ngotot ingin pergi ke kantor. Padahal hari ini adalah launching perdana cafe milik Ayyara dan dua hari lalu laki-laki itu sangat excited untuk datang.

Ayyara berdecak. Perempuan hamil itu meneguk sekaligus susu yang semakin mendingin karena terlalu lama di acuhkan. Dia mendelik saat melihat presensi Nata dihadapan nya.

Dengan jas juga tas kerjanya, Nata terlihat begitu tampan. Seperti biasanya. Tapi kali ini tidak bagi Ayyara.

"Saya berangkat."

"Gak boleh." Jawab Ayyara cepat.

Muka triplek milik Nata terpasang secara otomatis. "Kalo saya gak kerja, saya gak bakal dapat uang buat biaya persalinan kamu."

Ayyara mendengus. Nata berkata seperti itu seolah-olah jika laki-laki itu tak memiliki tabungan saja. Dan Ayyara juga tidak lupa bahwa Nata sudah menyiapkan kartu yang memang dibuat untuk calon anak kedua dari jauh-jauh bulan. Untuk berjaga-jaga. Meskipun isinya belum terlalu banyak dan tak sebanyak uang tabungan untuk Ziel, tapi Ayyara yakin uang itu akan cukup. "Gak usah alesan. Lagian, kan Mas udah nyiapin kartu dari jaman baheula¹ buat dedek bayinya."

"Tapi belum banyak."

"Cukup kok." Lagi-lagi Ayyara menjawab dengan cepat. "Aku jamin uangnya bakal cukup."

Laki-laki berdasi maroon itu menghela nafas. Menyimpan tas kerjanya ke atas meja, Nata lantas mengayunkan tangannya untuk mendarat di kedua bahu kecil milik istrinya. "Oke, iya. Uangnya cukup untuk bersalin. Saya ralat, saya nyari uang buat tabungan dia di masa depan. Kita udah punya tabungan untuk Ziel, sekarang giliran adiknya."

"Setelah lahir, dia perlu biaya-biaya lainnya. Apalagi setelah besar dia juga perlu sekolah. Semakin maju jaman, maka semakin mahal juga biaya pendidikan." Lanjut Nata. Mata tajamnya mengunci tepat pada pahatan manis yang sedikit tersorot sinar matahari pagi. "Dengar, hari ini saya boleh saja punya segalanya. Tapi tidak ada yang tau dengan keesokan harinya. Hari ini saya bisa berangkat kerja, tapi belum tentu besok bisa. Jadi, selama saya memiliki waktu, entah itu untuk mencari uang buat kamu, buat Ziel atau buat bayi, kenapa saya harus mensia-siakan waktu itu?"

Mata Ayyara berembun. Bibir mungilnya juga bergetar. "Tapi hari ini launching cafe aku!"

"Nanti saya datang." Nata menjawab dengan seutas senyum. Memang pada dasarnya Adinata yang asli kan begitu. Tidak ada senyum lima jari.

"Bohong." Ketus Ayyara. "Mas udah lama gak ke kantor, pasti kerjaannya banyak. Meeting sana-sini dan gak bakal punya waktu buat datang."

"Saya bisa meeting di tempat kamu." Nata menyelipkan sejumput rambut halus istrinya ke balik telinga yang dihiasi anting ber-bandul kristal yang dia berikan setelah empat puluh hari perempuan itu melahirkan Ziel. "Saya akan datang. Janji."

Ayyara menghentakkan kaki dan pergi begitu saja dari hadapan Nata. Menyebalkan.

Menyebalkan karena dia tidak bisa marah pada laki-laki itu.

"Aku mau marah sama kamu!" Ujar Ayyara sedikit keras. Kakinya ia hentak-hentakan kecil sehingga menimbulkan suara. Lalu wanita hamil itu malah merengek. "Tapi gak bisaaaaa ... "

"Aku tunggu! Awas kalo gak datang!"

Setelahnya Ayyara berlari masuk kedalam rumah meninggalkan Nata yang masih terdiam dengan sudut bibir yang sedikit tersungging. Dia terkekeh kecil. "Jangan lari-lari, Aya!"

***

Jazziel's cafe

Begitulah nama yang tertera untuk bangunan dua lantai yang dijadikan cafe oleh Ayyara. Setelah menghabiskan waktu selama satu bulan untuk renovasi, akhirnya usaha pertama Ayyara itu selesai juga.

Dengan menggandeng tangan Ziel, wanita hamil itu tersenyum manis memandangi nama cafe miliknya. Ayyara sempat meminta rekomendasi nama cafe dari orang-orang terdekatnya, tapi ia merasa tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya ia memutuskan memakai nama Ziel saja.

Mungkin jika nanti cafe nya sudah berkembang, Ayyara akan membuat cafe lain atau juga usaha lainnya dengan menggunakan nama anak keduanya.

Agar adil. Agar tidak ada namanya si kakak iri pada si adik ataupun si adik yang iri pada kakaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya hidup rukun dan saling menyayangi, begitu juga Ayyara.

"Mama,"

Ayyara berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan Ziel yang baru saja memanggilnya. "Kenapa, Kak?"

Untuk panggilan 'Kakak' secara mendadak tadi pagi Nata menasehati si kecil Ziel yang dari sekarang harus terbiasa dengan panggilan barunya. Untungnya anak itu manut-manut saja. Katanya dia senang di panggil Kakak, sama seperti Gio dan Haru.

"Cafenya pake nama Kakak!" Pekiknya riang. Dia memeluk leher Mama nya dengan senang. Ziel memang belum terlalu fasih membaca, tapi anak itu sudah hapal dengan ejaan namanya sendiri. Ajaran siapa lagi jika bukan Bapak Adinata.

Ayyara tersenyum lebar ketika mendapatkan kecupan dari anaknya. "Iya dong! Mama kan sayang Kakak."

"Mama, ayo masuk!" Ziel melepaskan belitan tangan nya dari leher Ayyara dan berganti dengan mengamit jari telunjuk ibunya. "Kakak ndak sabal pengen liat-liat!"

Ayyara mengangguk, dia dengan segera membawa Ziel masuk kedalam cafe yang memang sudah sedikit ramai. Ayyara senang banyak yang meminati cafe nya meskipun ini baru hari pertama.

Daya tariknya mungkin terletak dibagian outdoor yang berada di samping kanan cafe. Jika samping kiri dipakai untuk parkiran, maka samping kanan di pakai untuk outdoor - ini ide Rachel.

Seperti keputusan awal, lantai satu di design oleh Ayyara. Pasarnya tetap sama, setiap kalangan. Tapi yang paling utama adalah jajaran anak muda. Maka lantai satu Ayyara design dengan sentuhan-sentuhan kekinian. aesthetic dan photo-able. Cocok untuk dijadikan tempat nongkrong para anak muda yang hitz.

Lantai dua tak kalah aesthetic nya, tidak ada unsur vintage. Suami Ayyara itu menata ulang hasil design nya. Jika lantai satu terlihat aesthetic dan photo-able, maka lantai dua terlihat lebih classy. Ruangan itu seperti didedikasikan untuk pertemuan-pertemuan penting. Terasa tenang dan nyaman.

Untuk lantai dua, pasar targetnya memang para orang-orang kantoran. Lantai ini juga lebih private, dan tentunya bisa melakukan reservasi. Entah itu untuk meeting dengan klien, makan malam bersama keluarga atau juga acara party bersama teman.

Keuntungan lainnya, Nata juga bisa membuat pertemuan di cafe itu. Sekalian promosi pada koleganya bahwa cafe itu adalah milik istrinya.

Asal kalian tau, Nata itu suka sekali balas dendam. Dalam artian balas dendam pada kolega-koleganya yang sering memamerkan istri-istri mereka yang katanya cantik dan gemar arisan. Maka Nata juga melakukan hal yang sama. Membanggakan Ayyara sampai para koleganya iri pada Nata yang memiliki istri se-sempurna Ayyara.

Jika nanti Nata mengadakan meeting di cafe milik istrinya, secara tidak langsung Nata juga tengah memberitahukan pada mereka se-membanggakan apa sosok Ayyara.

Ada lawan?

Dan yang terakhir adalah outdoor, untuk bagian ini sebagian besar memiliki kontribusi dari Rachel. Rachel men-design lahan kosong di samping kiri bangunan menjadi tempat yang cozy nan segar. Dan tentu tak kalah photogenic.

"Kak, Mama tinggal ke belakang dulu ya? Mama mau liat kakak-kakak yang lagi kerja." Ayyara mendudukkan anak sulungnya di kursi yang berada di depan tempat barista. "Junior, saya titip anak saya, ya?"

Junior, salah satu barista kenalan Jerry itu mengangguk tanda menyanggupi titah atasannya. "Oh boleh, Bu."

"Kak, ini namanya Kak Junior. Ayo kenalan," Ayyara terlebih dahulu memperkenalkan Ziel yang ternyata sudah antusias ingin berkenalan dengan Junior.

"Halo Kak Juniol! Nama aku Ziel, salam kenal!" Zoel berucap dengan sangat bangga kendati kata-katanya masih cadel.

Junior tertawa kecil sembari menyambut uluran tangan kecil milik Ziel. "Salam kenal juga Ziel, aku Junior."

"Nah, sekarang Kakak udah kenal sama Kak Junior, boleh Mama tinggal, kan?"

Ziel mengangguk. "Boleh. Ziel disini aja. Pengen liat cala bikin kopi."

Lantas Ayyara mengangguk dan segera pergi untuk memantau cara bekerja para karyawannya, meninggalkan Ziel yang begitu antusias memperhatikan cara Junior memakai mesin kopi.

"Woaaah! Wanginya halum, Ziel suka." Anak itu bertepuk tangan heboh ketika Junior berhasil menyajikan satu gelas kopi latte. "Ziel boleh nyicip, kah?"

"Jangan, dong." Tolak Junior dengan suara halus. "Kamu masih kecil, belum boleh minum kopi. Nanti bakal susah tidur. Kalo susah tidur, nanti bawah matanya jadi item, jadi jelek. Kayak panda."

"Tapi panda lucu." Balas Ziel.

"Bayi panda emang lucu, tapi kalo yang duah gede juga bahaya." Jawab Junior membuat si kecil Ziel mingkem begitu saja. Tepat pada saat itu ada yang datang untuk memesan. "Kak junior bikin pesenan dulu ya, kamu duduk anteng aja disitu."

"Okey!" seri Ziel lengkap dengan jempol dan telunjuk yang disatukan sehingga membentuk huruf 'O'.

Sesekali Ziel berdecak kagum melihat betapa lihainya cara kerja tangan Junior, tapi sesekali dia juga bersenandung kecil menyanyikan lagu anak-anak yang sering dia dengarkan.

"Kak,"

Sempat merasa terkejut, tapi anak itu langsung tersenyum lebar setelah tau siapa yang baru saja menepuk pundaknya. Mama tidak berbohong, superhero nya benar-benar datang.

"Ayaaaaaah!"

***

lantai 1

lantai 2

outdoor


gimana, ada yang mau mampir ke Jazziel's cafe?

say sorry lagi kalo ngebosenin. okey, lanjut minggu depaaaaan👋

¹: baheula = dulu

Cey, 03 Oktober

-see u-

Continue Reading

You'll Also Like

538K 51K 117
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
40.1K 5.5K 9
Mahasiswa berprestasi, pintar, tampan dan ceria tiba-tiba meninggal hanya karena tersandung batu??? What the f*ck!! Mahasiswa terkenal mati hanya beg...
480K 69.8K 33
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
157K 9K 53
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...