Stay With You ✅️

By renkechan

27.5K 3K 1.2K

Kisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang men... More

PROLOG
Those Eyes
MY WISH
MY WISH pt 2
GIFT (?)
TAK ADA YANG BEDA, HANYA ...
RAHASIA (?)
RAHASIA (2)
KENAPA HANYA KAMU..(?)
Self
DIA MILIKKU (!)
DIA MILIKKU (!) 2
DIA MILIKKU (!) 3
KERAGUAN
LIKU-LIKU
KUNCI
APA INI KEGELISAHAN?
NOT YOU
NOT YOU (2)
NOT YOU (3)
YES I'M
IKAN
YOONMIN
HARI BAHAGIA
PRESENT
PRESENT 2
KEHIDUPAN PERNIKAHAN
MABA VS MASA
JADI....
💜
IS IT FINE (?)
IS IT FINE (?) pt 2
IS IT FINE (?) pt 3
NO, IT IS NOT FINE
🖤
🖤🖤
🖤🖤🖤
🖤🖤🖤🖤
ME, YOU + (SHE)
ME, YOU+ (SHE) 2
ME, YOU + (SHE) 3
ME, YOU+(SHE) 4
THE SISTER
THE SISTER (2)
JUST WE ARE
JUST WE ARE (2)

PERJALANAN BARU DIMULAI

536 59 16
By renkechan





Seiring musim terus berganti, dua insan yang telah memutuskan untuk berjalan saling beriringan kini semakin erat mempertahankan satu sama lain.

Semenjak kejadian yang menyebabkan Jungkook harus merebahkan dirinya di ranjang pesakitan rumah sakit, ia memilih untuk tak lagi bekerja. Ia percayakan semuanya pada Seokjin. Begitupun dengan Seokjin yang tak lagi untuk terlalu memaksakan diri bekerja. Semuanya sudah cukup sesuai porsi masing-masing. Kadang Jungkook harus merelakan uang jajannya untuk membeli keperluan kegiatan teater. Tapi itu bukan masalah bagi Jungkook sebab dengan begitu, ia jadi lebih sering merasakan bekal masakan yang dibawakan oleh kekasihnya.

Perihal acara kompetisi pertama Jungkook, itu sudah berlalu sejak setahun yang lalu dan tentu saja semua berjalan lancar. Jungkook yang berperan sebagai tokoh tritagonis, berhasil memberikan penampilan terbaiknya. Para juri juga sempat melirik penampilan Jungkook. Bahkan ada beberapa pemilik sanggar yang tertarik untuk menjadikan Jungkook sebagai anggota sanggar mereka. Padahal pria manis tersebut hanya menjadi pemeran ketiga di acara megah tersebut.

Setelah diskusi yang cukup sengit dengan Seokjin, akhirnya Jungkook mendapat ijin untuk mengikuti salah satu sanggar yang cukup terkenal di Seoul. Sanggar tersebut menjanjikan tambahan uang kuliah jika Jungkook bersedia menjadi peserta dan bergabung di setiap acara yang dibuat oleh sanggar. Meski awalnya Seokjin ragu, namun Jungkook berjanji tak akan lagi mengabaikan kekuatan dirinya. Jika lelah, ia akan istirahat. Tapi ia tak akan menunggu lapar untuk makan sebab tak ingin kembali merasakan tubuhnya terbaring lemas di ranjang serba putih di dalam ruang yang dipenuhi bau obat-obatan.

"Ahhh, akhirnya tingkat tiga selesai. Tinggal satu tahun lagi. Setelah itu lulus deh."

Seokjin tersenyum ringan. Tangannya masih sibuk mengepal nasi yang dibungkus dengan rumput laut. Hari ini Seokjin libur. Kedai tempatnya bekerja pun juga tutup karena ada sedikit renovasi dibagian dapur. Dan rencana Jungkook hari ini adalah pergi berpiknik di taman kota. Bukan hanya berdua tentu saja. Tapi dengan Jimin juga sahabat Seokjin satu-satunya.

Jangan tanya mengapa dua orang itu harus ikut karena hubungan keduanya semakin lama semakin rumit. Sejak satu tahun yang lalu Jimin mengumumkan perihal dirinya yang tak lagi sendiri. Tapi Jungkook cukup terkejut sebab seorang yang berhasil menjadi kekasih Jimin bukanlah Yoongi melainkan Taehyung, teman satu angkatan mereka dari kelas model juga. Dan sampai saat ini, Jungkook masih berusaha keras untuk menyatukan keduanya (?)

Sudah berulang kali Seokjin mengingatkan untuk tak ikut campur dengan persoalan cinta orang lain. Namun bukan Jungkook namanya jika hanya diam saja melihat sahabatnya tersakiti. Ya, walaupun sakit itu ia yang ciptakan sendiri.

Beberapa waktu setelah kejadian pertama kali Jimin dan Yoongi bertemu, ternyata semakin lama Jimin semakin tertarik dengan pria 'pendek nan angkuh' yang sempat membuat darah tingginya kambuh. Namun sikap diamnya pria itu membuat Jimin putus asa sebelum berhasil menyatakan cintanya. Padahal Jungkook sering mendengar Seokjin bercerita bahwa sahabatnya itu tak sengaja menceritakan hal-hal konyol yang Jimin lakukan setiap kali mereka tak sengaja bertemu. Jungkook yakin bahwa sebenarnya Yoongi pun menaruh perasaan yang sama terhadap Jimin. Sifat pendiamnya saja yang membuat siapapun enggan untuk berdekatan dengannya. Hawa dingin selalu terasa setiap kali berada di satu tempat dengan makhluk tersebut.

"Udah capek kuliah ya sayang?"

"Iya, Kookie capek banget tau kak. Banyak tugas ini itu. Maunya langsung kerja aja biar capeknya dapat duit. Ehehehe."

"Iya, semoga setelah lulus kamu bisa langsung dapet kerjaan ya. Sesuai passion dan impian kamu."

"Amen. Oh iya kak. Tahun depan aku mulai ikut tes masuk agency aja deh kayaknya. Biar nanti kalau udah lulus, aku tinggal tanda tangan kontrak dan bisa langsung kerja juga."

"Boleh. Asal gak ganggu kuliah kamu ya."

"Siap bos."

Jungkook mendekati dapur dan mencuri sekepal nasi yang telah Seokjin susun rapi di dalam kotak makan, lalu setelahnya berlari menuju kamar mandi.

"Kookie! Astaga. Ini kan udah kakak susun kenapa malah diambil sih?"

"Kookie lapar!"

Suara lantang dan tak begitu jelas sebab mulutnya tersumpal makanan, terdengar dari dalam kamar mandi dan membuat Seokjin terkekeh tanpa suara. Masih belum berubah. Dan semoga tak akan pernah berubah. Karena setelah Seokjin pikir matang-matang ternyata ia tak akan sanggup jika harus melihat Jungkooknya tumbuh dewasa dengan cepat. Ia ingin Jungkook tetap seperti ini bermanja dan bergantung padanya.






















___

Sore ini sangat cerah. Bunga-bunga mulai bermekaran sebab musim dingin baru saja berlalu. Sesampainya di taman, Jungkook berlarian mengejar bola ikut bermain dengan beberapa anak kecil disana. Sementara Seokjin hanya duduk manis diatas tikar sembari menata beberapa hidangan yang sudah ia siapkan sebelumnya dan menyaksikan kebahagiaan kekasih kecilnya hanya karena bermain memperebutkan sebuah benda bulat dan menggelinding.

"Hei! Curang!"

"Wlewleee kakak kalah wleewlee."

Belum lama Jungkook bergabung dalam permainan, namun sepertinya ia sudah mendapat lawan yang curang. Seokjin hanya melihat dari kejauhan kekasihnya itu cemberut. Bokong mendarat sempurna di atas rumput serta dengan semangatnya ia beradu mulut dengan anak-anak yang masih berusia sembilan bahkan delapan tahunan sepertinya.

Semakin lama Seokjin amati, pertengkaran mekera semakin ricuh. Bahkan seorang anak kecil terlihat menangis sebab Jungkook yang masih tak mau mengalah. Hingga tak berselang lama seorang lelaki yang belum begitu renta mendekat. Sepertinya lelaki itu adalah ayah dari anak yang tengah menangis. Seokjin melihat laki-laki itu sedikit memberi dorongan pada bahu Jungkook dan membuat Seokjin segera beranjak dari singgasananya.

"Kook, ada apa sayang?"

Jungkook tak menjawab. Ia hanya terdiam dengan air mata yang memenuhi pelupuknya. Melihat kekasih kecilnya seperti ketakutan, membuat Seokjin segera berdiri persis di hadapan Jungkook. Ia menghalau tangan pria tua  yang seperti ingin mendorong Jungkook sekali lagi.

"Maaf, ada apa ini sebenarnya?"

"Dia adikmu?"

"Bukan. Dia kekasih saya pak."

"Oh, bukankah seharusnya kalian berdua berkencan? Bukannya malah mengganggu anak-anak yang sedang bermain? Kau lihat anakku menangis? Menjijikkan sekali. Sudah sebesar ini tapi masih berkelahi dengan anak kecil."

"Ta-tapi Kookie gak berkelahi kak."

Jungkook semakin menyembunyikan tubuhnya dibalik bahu lebar sang kekasih. Ia tadi hanya tak sengaja tersulut emosi. Namun ia tak melakukan kekerasan. Hanya pembelaan pada dirinya sendiri yang dituduh bermain curang oleh anak kecil yang saat ini tengah menangis sama sepertinya.

"Maaf tapi sepertinya tidak mungkin kekasih saya sampai berkelahi dengan anak kecil. Coba kita tanya saja pada teman-temannya."

Seokjin berbicara dengan nada yang begitu sopan hingga membuat pria di hadapannya sedikit malu.

"Anak-anak! Bisa tolong ceritakan kenapa teman kalian ini menangis?"

"Paman! Tadi Juno sengaja menjegal kaki kakak ini sampai kakak ini terjatuh. Tapi saat kakak ini mengatakan Juno curang, Juno tidak terima. Juno kembali mendorong kakak sampai terjatuh tapi Juno sendiri yang malah menangis."

"Jadi begitu ceritanya? Kamu tidak berbohong kan?"

"Tidak paman! Tanya saja pada yang lain kalau paman tidak percaya!"

"Baiklah paman percaya. Terimakasih ya sudah berkata jujur."

"Iya paman."

"Jadi bagaimana pak? Kekasih saya ini tidak bersalah bukan? Jadi tolong jangan berlaku kasar lagi padanya."

"Halah! Tetap saja! Mau gimanapun dia itu sudah dewasa. Apa gak malu main sama anak-anak. Dasar gila."

Jungkook semakin takut. Ia meringkuk dan menempel pada Seokjin, dengan tangan yang bergerak gelisah memelintir ujung kaos yang dikenakan Seokjin.

"Cukup pak. Saya masih menghormati anda sebab anda lebih tua dari saya. Tapi jangan karena perbedaan usia itu jadi membuat bapak semena-mena terhadap orang yang lebih muda dari bapak."

Seokjin meraih pinggang ramping Jungkook dan menyembunyikannya dalam setengah dekapan bahu lebarnya.

"Kook. Minta maaf dulu ya."

Jungkook menggeleng pelan. Tentu saja ia tak mau minta maaf. Ia tak salah. Bahkan seharusnya Seokjin juga tak minta maaf pada lelaki tua itu.

"Ayo minta maaf dulu. Biar masalahnya cepat selesai sayang."

"Kookie takut."

"Gak usah takut. Ada kakak disini."

Seokjin masih mencoba meyakinkan kekasihnya agar segera minta maaf. Padahal Jungkook menolak keras sebab dirinya tidak salah kok.

"Sudah buat anakku menangis tapi tetap tidak mau minta maaf? Cih. Sudah ayo Juno kita pergi. Tidak usah lagi kamu bermain dengan teman-temanmu ini. Apalagi dengan pria gila ini."

Laki-laki tua itupun menyeret sang anak untuk beranjak dari tempatnya dan meninggalkan teman-teman serta Jungkook yang masih tak ingin melepas pelukan Seokjin.

"Kak ayo main lagi! Jangan dengarkan ayah Juno. Beliau memang suka seperti itu. Tapi pasti besok Juno yang merengek lagi ingin ikut bermain dengan kita."

"Iya kak ayo main lagi. Juno sudah tidak ada."

"Kook, udah dong nangisnya. Lihat! Temen-temen kamu nungguin. Gak malu dilihatin anak kecil, kamu nangis kayak gini?"

Jungkook malu. Ia sangat malu. Kepalang malu sampai tak berani menatap wajah adik-adik yang sedari tadi bermain bersamanya.

"Ya udah kalau gitu kita duduk lagi aja sambil nunggu Jimin sama Yoongi dateng ya."

Sekarang bukan gelengan namun anggukan yang Seokjin dapat dan itu berhasil membuat Seokjin kembali dibaluti perasaan gemas yang.... yahh gimana ya, seperti ingin memakan Jungkook misalnya?

"Anak-anak. Kakaknya capek. Jadi kalian main sendiri aja ya. Oh iya tadi paman bawa kue cukup banyak. Kalau kalian istirahat, mampir ke tempat duduk paman disana nanti paman kasih kalian kuenya."

"Wah, baik paman. Terimakasih."

"Terimakasih paman."

"Nanti kami kesana, terimakasih paman."

Seokjin tersenyum dan mengangguk, gemas dengan anak-anak dihadapannya yang begitu baik dan sopan. Melihat anak kecil yang seperti itu sungguh mengingatkan ia pada masa lalu sewaktu masih tinggal di panti. Seokjin berharap adik-adiknya bisa mendapatkan hidup yang layak setelah panti resmi di tutup beberapa tahun silam.










































-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

Restu By Zelene

Fanfiction

25.8K 2.9K 42
Seokjin dan Jungkook dipertemukan oleh takdir karena merasa 'dibuang' oleh keluarganya di Swiss. Ketika keduanya kembali ke Korea, hubungan keduanya...
58.5K 4.4K 39
Jungkook hidup sebatang kara setelah kecelakaan mobil itu merenggut nyawa orang2 terdekatnya , appa , eomma dan jeong hyung . Jungkook kini tinggal b...
8K 462 10
Mereka tidak mengatakan apa-apa lagi saat Seokjin dengan cepat membuang kondom di tempat sampah dan keluar dari ruang ganti. Dia menemukan rekan seti...
26K 3.3K 37
Seokjin bertemu dengan Jungkook di penjara dan setelah bebas, ia ingin memulai kehidupan barunya yang lebih bahagia #season 1 [2023, Nov 27 - Des 9 ]...