Never Let Me Go!

By VEE050593

2.2K 328 107

Follow dulu sebelum baca YinWar Area & Ghostship Area ☠️ Harapan ini berhenti padamu Setelah kulewati cahaya... More

Pengenalan Tokoh
00 : I Can See U
01 : Posesif
02 : Bracelet
03 : Dicintai Itu Memang Indah, Namun Saling Mencintai Jauh lebih Indah
04 : Bertemu Pujaan Hati
06 : Mimpi
07 : Itu Tidak Mungkin
08 : Bianglala?
09 : Sudah Dalam Rencana
10 : Sebenarnya...

05 : Menggoda Pujaan Hati

162 27 10
By VEE050593

"Nanti aku jemput itupun jika kamu tidak keberatan." Katanya pada War yang kini menahan tersipu malunya sebab seluruh mata mahasiswa yang ada di depan kelas War tertuju lurus pada mereka. War menggenggam erat tali ranselnya lalu dia mengangguk malu-malu.

Sepanjang perjalanan pulang, wajah cerah War tidak pernah luntur. Pasalnya dia dijemput oleh Anan sesuai dengan janjinya.

"Akhir pekan ini kita jadikan pergi main?" Ucap Anan untuk memastikan.

War kaget, dia lupa sehingga tadi dia terlanjur janji pada putranya.

"Gak jadi?" Kesimpulan Anan berdasarkan raut wajah War.

"Maaf."

"Gak apa-apa. Mungkin kamu sibuk. Kalau begitu bagaimana dengan minggu depannya lagi?"

"Itu, bagaimana ya. Sebenarnya minggu depannya lagi itu anniversary nya orang tuaku. Bagaimana kalau akhir bulan aja, kebetulan hari jumatnya tanggal merah. Jadi bisa lama kita pergi mainnya."

"Sepertinya itu ide yang bagus. Tapi apa kamu tidak berniat mengundang aku ke acara anniversary orang tua kamu?" Pancing Anan ingin War mengundang dia.

War meragu, kemudian dia berkata, "Maaf..." Belum saatnya dia mempertemukan Anan dengan orang tuanya. Dia tidak ingin Anan terluka.

"Sebenarnya itu acara yang tertutup, jadi yang diundang hanya keluarga inti." Ucap War beralasan.

Anan manggut-manggut mencoba mengerti. Terlalu cepat mungkin meminta War tuk mempertemukan dia dengan orang tuanya.

"Kamu marah?"

Anan menggeleng kemudian dia mengusap kepala War sebentar dan kembali lagi fokus mengendarai mobilnya.

⏩⏩

"Gak masuk dulu?" Tawar War ketika pintu mobil sudah tertutup. Dia memegang erat-erat tali ranselnya dengan perasaan yang campur aduk. Dia sangat ingin mempertemukan Anan dengan putranya namun di satu sisi dia takut.

Anan menggeleng, "Lain kali aja."

"Baiklah kalau begitu," War mencoba untuk mengerti.

"Kalau begitu besok aku jemput ya!" Ucap Anan kembali menghidupkan mesin mobilnya.

War mengangguk pelan, "Hati-hati!"

"Ehm, nanti aku kabari jika aku sudah sampai di rumah." Respon Anan membuat War tersipu malu. Sebegitu pentingnya dia bagi Anan.

Melihat War yang tersipu malu, membuat dia tersenyum simpul.

"Apa adek suka cake?" Tanya dia tiba-tiba sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Anan.

Anan menggeleng, "Dia suka salad apalagi seafood. Kenapa? Kamu mau bikin cake buat adek?"

"Rencananya sih gitu, tapi karena adek tidak suka..."

"Tapi aku suka, apalagi itu dari kamu." Potong Anan sukses membuat War salah tingkah.

"Ya udah, kalau begitu aku tunggu cakenya ya..." Seru Anan kemudian mobilnya pun berlalu dari hadapan War yang kini tersenyum sembari melambai. Anan seperti putranya, sama-sama penyuka cake.

⏩⏩

Tok... tok... tok...
Ada yang mengetuk meja belajar Perth. Dia yang semula begitu serius dengan buku pelajarannya, seketika mengarahkan manik gelapnya pada orang yang telah mengetuk mejanya.

Perth tertegun melihat keberadaan Nani di hadapannya. Cowok itu tengah menenteng beberapa buku pelajaran di tangannya.

"Bu guru bilang, jika aku tidak mengerti, aku bisa bertanya padamu." Siapa sangka mereka bisa bertemu di tempat les.

Perth mengangguk, "Kalau begitu silahkan duduk kak. Kita belajar bareng." Perth mengambil tas ranselnya yang berada di kursi sebelahnya. Mereka berdua duduk bersisian, hanya ada jarak 30 cm diantara mereka.

"Apa kamu tidak mau bertanya siapa namaku?"

"Sudah tahu, kan kakak anggota band terkenal di kampus." Jawab Perth apa adanya dan ini pertama kalinya dia bertemu dengan Nani di tempat les, sekaligus pertama kalinya mereka bicara.

Nani mengangguk paham. Sebenarnya dia nervous namun dia tutupi dengan berusaha bersikap tenang. Dia nervous karena baru kali ini dia begitu dekat dan berhadapan langsung dengan pria yang diam-diam dia sukai.

"Memangnya kakak mau diajari dari mana? Gak mungkin dari awalkan?" Mereka mengambil les bahasa asing, German.

"Memangnya kenapa kalau dari awal?" Jawab Nani sambil menatap lekat kedua netra Perth. Dan itu membuat yang ditatap menjadi salah tingkah. Dia tidak biasa ditatap seperti ini oleh pria lain selain Meen. Perth mengerti arti tatapan mata itu.

"Gimana kalau begini, kamu ajari aku dari awal nanti kamu aku ajari bahasa jepang." Usul Nani berhasil membuat Perth tertarik.

"Memangnya kakak lancar berbahasa jepang?"

"Aku lahir di sana," Jawab Nani setelahnya dia diajari oleh Perth dengan sabar dan kalimat yang mudah agar gampang dimengerti oleh Nani.

Nani pun memperhatikannya dengan saksama. Tanpa berkedip, melihat ke arah Perth. Entah dia sedang mendengarkan penjelasan Perth atau dia malah sedang memikirkan hal lainnya. Karena kemudian, tiba-tiba saja...

Sretttt ...

Nani memegang jemari tangan Perth yang bertengger di atas meja. Perth pun seketika terkejut. "Kak Nani mau ngapain?" Perth refleks bertanya.

"Jari kamu kecil-kecil dan lembut seperti bayi, lucu," Jawab Nani tanpa melepas jari-jari Perth. Malahan semakin dia genggam erat.

Perth pun salah tingkah. Apalagi Nani semakin mengikis jarak diantara mereka.

Seharusnya Perth marah, tapi hal itu tidak dia lakukan. Terlebih ketika dia mendengar debaran jantung Nani yang membuncah. Segeralah dia lepas genggaman tangan Nani dan berusaha bersikap santai.

"Terusin aja neranginn nya, aku akan mendengarkannya dengan baik." Ucap Nani terus melihat Perth dengan penuh kelembutan tanpa berpaling sedikitpun.

"Kalau begitu aku terusin lagi ya Kak," Balas Perth tidak berani melihat balik ke arah Nani.

Begitulah asal usul kenapa Nani dan Perth sering bertemu.

⏩⏩

Besok siangnya...

Anan mendekatkan wajahnya ke arah leher jenjang War yang membuat sang empu meremang seketika.

"Tubuh kamu wangi. Aroma buah apel. Aku suka," Tutur Anan pada War yang tak bisa menimpali apa-apa. Dia sibuk dengan debaran dadanya yang berdetak gila.

Melihat War yang mematung, Anan jadi berniat tuk menggodanya.

Whusshhh ...
Anan meniup telinga War dengan lembut. Dan itu sukses membuat War terkejut, dia refleks menengok ke arah wajah Anan yang kini begitu dekat dengannya.

"Kenapa?" Tanya Anan sambil tertawa kecil.

"Geli ya?" Tambahnya menggoda. Sedang War masih tak bisa berkata-kata. Inginnya dia protes dengan kelakuan Anan yang baru saja, tetapi dia tak bisa mengutarakannya. Yang dia lakukan hanya berusaha meneruskan kegiatannya memotong cake untuk Anan.

Kini Anan meletakkan wajahnya di atas permukaan meja. Tetapi masih sambil melihat wajah War maupun melihat cake yang War potong.

"War" Panggilnya. Yang dipanggil otomatis menghentikan kegiatannya, dia pun langsung melihat ke arah Anan.

"Semua yang ada padamu kenapa sangat indah, terutama bibirmu, jadi pengen aku cium, aku lumat dan aku hisap." Ucapnya frontal tanpa malu.

Mendadak wajah War memerah dibuatnya.

"War, apa aku boleh mencium mu?"

War tertegun, lantas dia berkata dengan terbata-bata, "Cium?"

Anan mengangguk untuk pertanyaan War yang grogi.

Awalnya War terdiam tetapi kemudian dia mengangguk ringan dengan rona merah di pipinya yang semakin memerah.

Karena sudah mendapatkan izin dari sang empu, Anan mendekatkan wajahnya secara perlahan-lahan tanpa memutus manik gelap mereka yang saling bersua.

Hampir saja bibir keduanya bertemu, tiba-tiba sebuah gangguan pun muncul.

Itu Ping dan Dunk yang datang.

"War, apa tugas kuliah matriks mu sudah selesai?" Tanya Dunk ngos-ngosan, dia habis berlari mengingat tugas kuliah itu dikumpul nanti siang. Jam 2 dan sekarang sudah jam 12 siang. Dua orang itu lupa mengerjakan tugas kuliahnya.

"Sudah."

"Boleh kami nyontek?" Pinta keduanya dalam waktu bersamaan dengan mata yang berbinar-binar.

War terpaksa mengangguk sehingga jadilah dua orang mengambil tempat duduk di hadapan mereka. Apa mereka tidak tahu kalau ada Anan di sebelah War?

"Dimakan cake-nya kak." Ucap War pada Anan yang sudah buruk raut wajahnya. Sementara War berusaha menutupi rasa groginya yang tadi. Sebenarnya War sedikit kecewa karena mereka tidak jadi berciuman. Momen itu pupus begitu saja.

Anan mengambil irisan cake buatan sang pujaan hati. Dia tampak menikmatinya. Hingga dia melupakan rasa kesalnya yang tadi.

War juga melakukan hal yang sama. Memakan cake rasa coklat buatannya sendiri. Cake itu bahkan dia bagi dengan Dunk dan Ping.

"Bersihin, dong Wa!" Perintah Anan seraya menyodorkan tangannya yang belepotan oleh slai coklat pada Cake.

"Aku yang bersihin?" War tertegun.

"Iya, memangnya siapa lagi?" Seduktif dia kembali menggoda War.

"Baik kak." Jawab War patuh begitu saja. Tampaknya kebiasaannya waktu sekolah dulu kembali. Kebiasaan yang tidak bisa menolak perintah Anan.

War mengulurkan tangannya kedalam tas untuk mengambil beberapa lembar tissue. Kemudian dia menggunakan tisue tersebut untuk membersikan noda coklat di telapak tangan Anan.

"Bukan dengan tissue War..." Dia segera menjauhkan tangannya sementara dua orang tadi melirik mereka sebentar.

"Lalu mau dibersihin pake apa kak? Pakai air?" Tanya War polos.

"Pake bibir kamu lah yank."

"Bibir?" War tercekat mendengar jawaban Anan, kemudian wajahnya memerah terlebih Anan memanggil dia dengan sebutan sayang.

"Iya, pakai bibir kamu." Ulang Anan lalu mengarahkan telapak tangannya ke depan bibir War.

"Jilatin, gih!"

"Hah!" War tercekat lantas dia lirik dua orang temannya yang kini membulat sempurna mulutnya mendengar perkataan Anan.

"Gak mau?" Suaranya terdengar berat dan kecewa.

Karena takut Anan marah, akhirnya dia turuti perintah itu seraya membuang jauh-jauh rasa malunya. Dia jilati jari demi jari dan sesekali dia arahkan manik gelapnya pada Anan yang melihat dia penuh minat.

Dua orang tadi langsung berpura-pura begok dan kembali melanjutkan acara menyonteknya.

Sementara Anan, act fool... act fool... act fool...

Sepertinya Anan mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa War itu miliknya, dia mengabaikan peringatan dari Fourth, abangnya.

⏩⏩

Perth mencoba mengambil kamus bahasa jepang yang berada di rak paling tinggi, dia berjinjit. Hampir saja kamus itu berhasil dia dapatkan dengan susah payah, tiba-tiba ada yang mengambil kamus itu.

"Aku yang melihat kamus itu duluan!" Jelas Perth pada Meen, dia pria yang mengambil kamus itu.

"Adek mau liburan ke jepang?"

"Bukan urusanmu!" Jawab dia ketus membuat yang mendengar langsung pergi menuju meja penjaga pustaka.

"Aku duluan yang melihat kamus itu!" Kesal Perth pada Meen yang sebenarnya tidak butuh kamus itu. Tadinya dia hanya mau membantu Perth mengambil kamus itu, tapi karena jawaban Perth ketus dia jadi kesal.

"Kamu tuli atau apa?" Kali ini nada bicaranya semakin tinggi dan yang diajak bicara malah mengabaikan dia seolah-olah tidak ada Perth di sana.

"Ya udah, makan tuh kamus!" Maki Perth kemudian keluar dari pustaka dengan misuh-misuh.

Meen sendiri malah mengulum senyum lalu menyusulnya.

"Ini aku pinjamkan!" Ucap dia berhasil menghalangi langkah kaki Perth.

"Bodo'!" Maki Perth kini tidak tertarik lagi dengan kamus itu. Lantas dia injak kaki Meen dengan segala rasa kesalnya. Dia bahkan mencibir Meen sebelum dia pergi meninggalkan Meen.

❄️❄️❄️💙💙💙💙❄️❄️❄️

TBC...

Berikut sedikit cuplikan untuk chapter berikutnya...

"Apa dia pria yang telah membuat mu tidak bisa menerima ku menjadi priamu?" Ohm mencengkram erat pergelangan tangan War. Tidak ada kelembutan pada matanya untuk pria yang dia cintai. Dia marah, cemburu, sakit hati dan membenci.

Aku update lagi jika vote dan komentarnya rame 🥰, kalau vote dan komentarnya sepi maka sampai jumpa lama untuk fanfic ini😊💙...

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 161 9
Kamu dan hal-hal yang tidak bisa aku lupakan, meski kita sudah saling menjauhkan
83.6K 9.3K 23
FINISHED [Full Name] adalah penyihir wanita terkuat dari klan Zenin yang memutuskan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Suatu hari, ia mengikuti ra...
10.4K 1.2K 48
Knock knock!! Siapa? ehh maaf salah rumah...