Stay With You ✅️

By renkechan

27.5K 3K 1.2K

Kisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang men... More

PROLOG
Those Eyes
MY WISH
MY WISH pt 2
GIFT (?)
TAK ADA YANG BEDA, HANYA ...
RAHASIA (?)
RAHASIA (2)
KENAPA HANYA KAMU..(?)
Self
DIA MILIKKU (!) 2
DIA MILIKKU (!) 3
KERAGUAN
PERJALANAN BARU DIMULAI
LIKU-LIKU
KUNCI
APA INI KEGELISAHAN?
NOT YOU
NOT YOU (2)
NOT YOU (3)
YES I'M
IKAN
YOONMIN
HARI BAHAGIA
PRESENT
PRESENT 2
KEHIDUPAN PERNIKAHAN
MABA VS MASA
JADI....
💜
IS IT FINE (?)
IS IT FINE (?) pt 2
IS IT FINE (?) pt 3
NO, IT IS NOT FINE
🖤
🖤🖤
🖤🖤🖤
🖤🖤🖤🖤
ME, YOU + (SHE)
ME, YOU+ (SHE) 2
ME, YOU + (SHE) 3
ME, YOU+(SHE) 4
THE SISTER
THE SISTER (2)
JUST WE ARE
JUST WE ARE (2)

DIA MILIKKU (!)

650 68 12
By renkechan



"Kak Seokjin ya? Kakaknya Kookie?"

"Iya. Ini Jimin?"

Jimin mematai setiap bagian pahatan wajah bak dewa Yunani. Indah sekali. Sungguh tak pernah menyangka jika Jungkook mempunyai kakak setampan ini. Jika dilihat lebih teliti, wajahnya hampir mirip dengan Jungkook.

"Halo."

Seokjin melambaikan tangan tepat di depan wajah lawan bicaranya sebab sedari tadi sahabat adiknya ini terlihat bengong sambil menatapnya.

"E-eh i-iya kak. Gi-gimana?"

"Ini Jimin kan? Temannya Kookie."

"I-iya ini Jimin."

"Gimana keadaan Kookie?"

"Mmmm, masih diperiksa sama dokter."

"Kamu bisa ceritain gimana kejadian sebenarnya?"

Jimin, lelaki mungil setinggi bahu Seokjinpun mengangguk antusias. Ia mengikuti langkah Seokjin yang mempersilahkannya duduk di deretan bangku ruang tunggu pasien IGD. Jimin menceritakan bagaimana ia mendapati Jungkook yang pingsan seorang diri di dalam rumah dengan keadaan basah kuyup dan pecahan beling yang berserakan. Seokjin mendengarkan dengan seksama dan tentu saja penjelasan Jimin semakin membuatnya khawatir.

"Aku berterimakasih sama kamu karena kamu udah mau nolongin Kookie. Kookie sering cerita soal kamu Jimin. Terimakasih juga udah mau berteman sama dia."

"Kak Seokjin apaan sih? Kookie tuh anak yang baik. Mana gemesin lagi mukanya. Orang-orang aja yang bodoh pada gak mau temenan sama Kookie."

Seokjin tertawa ringan. Sungguh, Jimin ini orang yang welcome dan easy going. Enak diajak ngobrol dan suka sekali bercanda. Cara bicaranya juga menggemaskan. Sesaat, Seokjin melupakan kalut dihatinya.

"Oh iya kak. Mmm maaf kalau pertanyaan Jimin terkesan terlalu menyinggung dan ikut campur. Tapi, kalian ini cuma tinggal berdua? Gak sama orang tua?"

"Maaf?"

"E-eh maaf, aduh lancang mulutku nih ih."

Jimin menepuk pelan mulut lancangnya.

"Hei, jangan dipukul gitu mulutnya. Maaf maksud aku tadi, Kookie gak pernah cerita soal keluar kami?"

"Mm enggak. Dia cuma nyeritain kakak terus. Mau main sama kakak. Mau makan bareng kakak. Mau ini itu sama kakak. Ya pokoknya semua-muanya soal kak Seokjin."

Mendengar penuturan Jimin membuat Seokjin semakin merasa bersalah. Seokjin pikir selama ini Jungkook adalah anak yang periang di luaran sana. Sebab jika di rumah, ia anak yang sangat aktif dan banyak bicara. Tapi ternyata Jungkook hanya melakukan itu padanya.

"Kamu temenan sama Kookie dari SMA?"

"Aku satu sekolah dari SMP, cuma pas SMP kita masih yang saling sapa aja gitu. Terus pas SMA dikasih satu kelas udah deh, Kookie jadi satu-satunya temen Jimin."

"Oh. Kalau soal pertanyaan kamu tadi, lebih baik kamu tanya sendiri ke Kookie ya. Takutnya nanti aku ada salah cerita yang sebenernya gak pengen Kookie ceritain ke orang lain malah aku ceritain."

"Gitu ya. Okedeh. Lagian gak penting juga sih asal kalian sehat berdua hehe. Aku cuma khawatir aja kalau kak Seokjin gak di rumah terus kejadian Kookie kayak tadi."

Seokjin menangguk ringan. Bersamaan dengan itu, seorang dokter dengan jas putih kebanggaannya keluar dari ruang pemeriksaan.

"Dengan keluarga Kim Jungkook?"

"Saya dok."

"Bisa bicara sebentar? Kita ke ruangan saya ya."

"Baik dok."

"Oh iya, pasien atas nama Kim Jungkook sudah bisa ditemui. Tapi pasien masih istirahat jadi sebisa mungkin untuk tidak membuat keributan ya."

Bukan tanpa alasan dokter tampan dengan papan nama kecil bertuliskan Seung Hoon di atas saku kirinya berbicara seperti itu. Sebab disamping Seokjin sudah berdiri anak manis yang sepertinya sudah tak sabar ingin masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

"Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat biasa setengah jam kemudian ya. Jadi tolong ditemani dulu untuk sekarang."

"Jimin, tolong ya."

"Hng."

Jimin mengangguk lalu berjalan pasti menuju ruang pemeriksaan. Ingin segera menemui Jungkook sahabatnya. Sudah rindu.










____

"Maaf kalau boleh tau anda ini?"

"Saya kakaknya dok."

"Oh. Saya pikir anda suaminya."

"Bukan dok. Jadi bagaimana keadaan adik saya?"

"Jungkook sepertinya kelelahan dan banyak pikiran. Asam lambungnya naik. Sewaktu tadi saya periksa, perutnya kosong. Tadi saat pasien sudah sadar, saya sempat bertanya mengenai pola makan. Ternyata benar dugaan saya kalau Jungkook sering telat makan bahkan melewatkan jam makannya. Apa kebiasaan makannya memang seperti itu?"

"Tidak dok. Saya selalu memastikan dia makan dengan baik. Tapi belakangan ini dia terlalu sibuk dengan tugas kuliah dan pekerjaannya. Mungkin saat dia bekerja dia lupa makan. Padahal saya selalu memastikan disetiap jam makan, saya selalu menghubunginya."

"Begitu ya. Lalu untuk sementara waktu saya khawatir jika dia tetap pada kebiasaannya dengan pola makan yang tidak teratur, penyakit lambungnya akan semakin parah. Jadi bagaimana baiknya nanti tolong dibicarakan lagi dengan pihak yang bersangkutan ya. Kalau bisa cuti dulu bekerjanya."

"Baik dok. Nanti akan saya bicarakan dengan Jungkook. Ada tambahan lagi dok?"

"Untuk sementara itu saja. Dan ini resep tolong ditebus di apotek rumah sakit ya. Ada di lantai bawah."

"Baik dok. Terimakasih."


















****






























******

"Ayo makan dulu Kookie!"

"Iya nanti. Aku bisa makan sendiri mini!"

Seokjin memasuki ruang IGD saat kedua  pria manis di dalamnya tengah berdebat kecil. Menyenangkan sekali melihat Jungkook cemberut dan Jimin pun tak kalah maju bibirnya.

"Makan dulu Kook."

"Kak Seokjin!"

Jungkook merentangkan kedua tangannya bak anak kecil yang merengek ingin meminta sebuah pelukan. Dan Seokjinpun dengan tak tau malu mendekap tubuh ringkih Jungkook dimana tangan kirinya terhubung selang infus.

"Mau pulang."

"Belum dulu ya."

"Gak mau disini kak. Mau pulang."

"Iya nanti pulang. Sembuh dulu."

"Kookie! Kayak anak kecil aja sih? Malu tau."

"Lepas dulu ya Kook. Malu ada temennya."

Jungkook melepaskan pelukannya pada sang kakak sebab suara Jimin begitu bising di telinganya.

"Jimin kamu gak pulang? Ini udah malam. Kalau mau pulang biar aku antar."

"Eh jangan kak! Aku bisa pulang sendiri kok. Kak Seokjin jagain anak manja ini aja. Besok aku kesini lagi deh. Aku bawain makanan kesukaan Kookie."

"Gak perlu repot-repot Jim."

"Enggak repot kak. Biar anak nakal ini mau makan banyak dan cepet sembuh. Jadi gak nyusahin kakak terus."

"Kookie nyusahin kak Seokjin ya?"

Jungkook bertanya lirih dan menunduk lesu.

"Enggak. Kookie gak pernah nyusahin kakak."

"I-iya Kook ya ampun aku kan cuma bercanda. Kok kamu jadi sensi gini sih? Ya ampun maaf Kookie. Aduh!"

"Udah gak apa kok. Mungkin efek obat jadi gelisah gini anaknya. Kamu pulang aja Jimin, istirahat. Besok kalau mau kesini lagi boleh banget."

"Tapi kak-"

"Udah gak apa. Iya kan Kook?"

Jungkook menganggukkan kepala dan menatap Jimin dengan senyum sendu.

"Maaf ya Kook. Aku beneran cuma bercanda. Kalau gitu aku pulang dulu ya. Besok aku pasti kesini lagi. Jangan marah."

"Aku gak marah mini. Udah sana cepet pulang udah malem."

Dengan perasaan penuh menyesal akhirnya Jimin memilih untuk pulang ke rumah. Salah dia juga yang bercandanya sampai keterlaluan. Meski begitu sesaat setelah Jimin pulang, Jungkook malah semakin mesra dengan Seokjin. Bahkan sudah tak ada lagi canggung antara keduanya.

"Temen kamu lucu ya Kook. Baik-baik sama dia. Kamu juga jangan jahat-jahat sama Jimin. Mengerti?"

"Kookie gak pernah jahat sama Jimin kak. Jiminnya aja yang bawel."

"Ya dia begitu karena sayang sama kamu Kook. Yaudah bentar lagi kamu pindah kamar dan habis itu istirahat ya. Sekarang makan dulu."

"Besok boleh pulang?"

"Iya boleh."

"Yeayyy."

"Kalau udah sembuh."

"Ishhh!"























































-tbc-


Continue Reading

You'll Also Like

20.7K 1.3K 33
Kisah dua murid yang jatuh cinta pada guru mereka. Sebab itu yang membuat mereka menjadi murid yang giat belajar. Mengejar cinta sampai ke negeri Cin...
2.9K 253 8
Kisah kehidupan Kim Seok Jin dan seorang anak SMA, Jeon Jungkook
Restu By Zelene

Fanfiction

25.8K 2.9K 42
Seokjin dan Jungkook dipertemukan oleh takdir karena merasa 'dibuang' oleh keluarganya di Swiss. Ketika keduanya kembali ke Korea, hubungan keduanya...
21.1K 1.5K 4
Book 2 of A Time to The Future. . Need anymore description? Guess Not.