DEAR, LOVE

Oleh kimbabjuseyo

128K 14.3K 1.6K

[END] Di balik kehidupannya yang sederhana, ia tidak pernah menyangka bahwa sesungguhnya bahwa ia adalah cucu... Lebih Banyak

Prolog
Chapter 01: Kim & Jeon
Chapter 02: We meet again
Chapter 03: Accidentally kiss
Chapter 04: Curious?
Chapter 05: I do (not) care!
Chapter 06: I Like...
Chapter 07: What's the feeling?
Chapter 08: Honey...
Chapter 09: Confession
Chapter 10: Trust me, baby!
Chapter 11: Together
Chapter 12: I'm his fiance!
Chapter 13: I'm with you!
Chapter 14: Agreement
Chapter 15: Mine!
Chapter 16: Morning kiss
Chapter 17: I love you!
Chapter 18: What if...
Chapter 20: Run to you 🔞
Chapter 21: Break up?
Chapter 22: I miss you
Chapter 23: Happiness is you
Chapter 24: Lovely
Chapter 25: Pregnant?
Chapter 26: Baby aegi
Chapter 27: Be careful!
Chapter 28: Don't Go!
Chapter 29: The baby smile...from the sky
Chapter 30: Finally
Chapter 31: Sweet Nite (M) 🔞
Chapter 32: My Happiness (End)

Chapter 19: Sorry, Taehyungie...

2.7K 328 63
Oleh kimbabjuseyo

***

Taehyung kembali mengabaikan wanita itu. Bukan hanya malas, mungkin jika yang datang adalah seorang laki-laki, lelaki itu sudah menghajarnya habis-habisan. Taehyung melanjutkan langkahnya meskipun ia menyadari bahwa gadis itu mengikutinya dan sedikit mengambil jarak padanya. Karena tidak ingin berurusan dengan wanita itu, ia merogoh ponselnya dan menelpon seseorang, sepertinya salah satu orang kepercayaannya.

Pintu lift terbuka, Taehyung melangkahkan kakinya memasuki lift itu. Hampir saja wanita itu mengikutinya, namun tatapan tajam Taehyung, membuatnya urung. Wanita itu mundur dua langkah. Bahkan sebelum pintu lift itu tertutup, ia sempat menundukkan kepalanya, seolah memberi hormat pada Taehyung. Tak lama kemudian, kekasih Jeon Jungkook itu pun sampai di lobby utama dan tampak seseorang menghampirinya. Orang itu memberi hormat, dari gelagatnya, ia adalah salah satu dari orang kepercayaan sang tuan muda.

"Apa kerja kalian, huh? Bisa bekerja atau tidak? Bagaimana mungkin bisa seorang wanita muncul di depan pintu kamarku sedangkan tidak ada seorang pun yang memiliki akses ke sana? Sekali lagi wanita itu muncul di depan pintu kamarku, kau yang akan kupecat! Paham?"

"Maafkan saya, tuan muda. Bahkan kami mengawasi siapapun yang datang, tapi sepertinya wanita itu bukan wanita sembarangan. Kami akan lebih berhati-hati. Maafkan saya," ujar salah satu bodyguard. "Dan orang tua anda sudah sampai, karena masih ada pertemuan, beliau masih berada di hotel sebelumnya."

"Setelah selesai dengan urusan kakek, aku akan menemui ayah dan ibu." Taehyung membuka pintu mobil yang menjemputnya. Ia kembali menatap sang bodyguard tajam, "Urus wanita itu! Aku tidak mau berurusan dengan siapapun di sini, termasuk wanita yang tidak aku kenal! Secepatnya!" titah Taehyung. Bodyguard itu pun mengangguk paham.

Taehyung segera masuk ke dalam mobil dan tak lama mobil itu pun melaju meninggalkan hotel tempatnya menginap. Tak jauh dari tempat itu, di sebuah sofa, tampak seorang wanita duduk seraya menatap kepergian Taehyung. Ia tanpak mengetikan sesuatu di atas layar ponselnya. Lalu tak lama, ada sebuah panggilan masuk dan wanita itu segera menjawabnya.

"Maaf, saya gagal," ujar wanita itu. "Lelaki itu bahkan tidak tertarik pada saya. Tidak sekalipun ia menatap saya, tidak seperti lelaki lain pada umumnya."

"Kau baru mencobanya dua kali. Apa kau menyerah begitu saja? Aku yakin kau menyukainya kan? Ia tampan dan sangat berwibawa."

"Hanya orang bodoh yang tidak menyukainya. Tapi...saya tahu ia tidak tertarik dengan saya atau wanita manapun."

"Lakukan sekali lagi! Jika masih gagal, kau bisa pergi. Buat ia mabuk!"

"Tapi..."

"Sekali lagi. Setelah itu kau boleh pergi... Aku mohon!"

"Baiklah. Saya akan mencobanya sekali lagi. Dan jika ini gagal, tolong jangan memaksa saya melakukannya."

"Aku tahu. Aku tidak akan memaksamu."

Wanita itu mengakhiri panggilan teleponnya. Ia menghela nafasnya pelan lalu menurunkan kembali rok mininya yang terlihat sedikit naik.

Sementara itu di Seoul, Jungkook tampak telah siap menuju kampusnya. Karena Taehyung sedang berada di Jepang, pergi dan pulang kuliah terpaksa ia harus bersama dengan salah satu bodyguard sang kakek. Setelah mengambil sepotong sandwich dan sekotak susu dan berpamitan dengan kakek tercintanya, ia pun meninggalkan mansion Jeon menuju kampusnya. Selama perjalanan menuju kampus, Jungkook tampak bertukar pesan dengan seseorang. Dari sikapnya yang tiba-tiba tersenyum dan tersipu malu, sudah jelas siapa yang menjadi lawan pertukaran pesan darinya, Taehyung tentu saja. Bahkan Jungkook pun tampak berswa foto lalu mengirimkannya pada Taehyung.

"Tuan muda, apa anda akan ke rumah ibu anda nanti?" tanya sang bodyguard. Jungkook menatapnya. "Ah, maafkan saya, sepertinya ini jadwal anda mengunjungi beliau," lanjutnya.

"Uhm...tapi hanya sebentar. Aku ada urusan penting. Dan, apa yang aku pesan, kau sudah membelikannya?"

"Sudah, tuan. Ini..." Orang itu memberikan sesuatu pada Jungkook. Jungkook hanya melihat sekilas lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Jungkook menatap sang bodyguard, lelaki itu melirik dari spion tengah. Seolah paham, ia pun tersenyum, "tenang saja, kakek anda tidak tahu," lanjutnya.

Jungkook mengangguk dan kembali fokus dengan layar ponselnya.

"Apa anda yakin akan pergi sendiri? Anda bisa mengajak salah satu dari kami. Kalau kakek anda tahu, tuan besar akan memecat kami, tuan muda."

"Karenanya, jangan sampai kakek tahu. Dan tenang saja, kakek tidak akan marah padaku ataupun memarahimu. Jangan cemas, ahjussi."

"Baiklah."

Mobil yang Jungkook naiki pun kembali melaju, membelah kota Seoul menuju kampusnya. Dan seperti hari-hari sebelumnya, selama beberapa jam, Jungkook menghabiskan waktunya di kampus. Waktu pun berlalu, Jungkook telah menyelesaikan kegiatan kuliahnya hari itu. Seperti biasanya pula, ia akan sejenak berada di kafetaria bersama sahabatnya, Bambam. Bambam pun masih bisa melihat raut wajah Jungkook yang terlihat sedih, meskipun ia berusaha menutupinya. Sudah tertebak, pemuda manis itu masih memikirkan ucapan Ye Na.

"Apa kau sudah lebih baik?" tanya Bambam. Ia mengaduk minuman yang ia pesan, segelas orange juice, lalu sedikit meneguknya. "Kekasihmu sedang ke Jepang. Benar?"

"Uhm, selama tiga hari aku tidak melihat wajahnya. Rasanya rindu sekali, Bamie." Jungkook mengerucutkan bibirnya lalu menghela nafasnya berat. "Apa kau tahu, ada seorang wanita menemuinya tadi malam. Aku berpikir..."

"Kalau ia macam-macam, putuskan saja!" Jungkook lalu memukul lengan Bamie pelan. "Kenapa memukulku? Yang kukatakan benar, 'kan? Untuk apa mempertahankan laki-laki tidak setia!" lanjut Bambam.

"Taehyungie hyungie bukan seperti itu. Ia bukan orang seperti itu, Bamie. Meskipun aku menyuㅡ" Jungkook tidak melanjutkan ucapannya. Dan malah membuat Bambam menatapnya tajam, penasaran akan ucapan Jungkook selanjutnya. "Me-menyuruhnya...mencari wanita lain..." lanjut Jungkook.

"Apa yang kau lakukan padanya, tuan muda? Apa kau masih memikirkan ucapan wanita itu? Tentang kehamilan? Bahwa kau seorang lelaki dan tidak mungkin bisa hamil? Lalu kau menyuruh kekasihmu mencari orang lain? Seorang wanita begitu? Agar wanita itu hamil? Kau gila, Kookie!" cecar Bambam.

"Taehyungie hyungie menolaknya. Semua yang ia katakan seperti apa yang kau katakan, Bamie. Dan itu membuatku sedih. Bukankah seharusnya ia bisa mendapatkan seseorang yang lebih dariku? Lebih sempurna dariku? Taehyungie hyungie menyukai anak kecil, Bamie. Aku bisa melihatnya..." lirih Jungkook.

"DIA MENCINTAIMU! Apa itu belum cukup? Sebelumnya ia bahkan tahu, siapa kau, statusmu, kau laki-laki, Jeon Jungkook. Tapi ia tidak mempermasalahkannya bahkan saat wanita itu mengatakannya. Jangan sampai kau menyesal atas apa yang kau lakukan. Lelaki itu mencintaimu, Kookie... Ia mencintaimu. Jangan sekalipun melakukan hal bodoh yang akan membuatmu menyesal!"

"Aku tahu, Bamie. Aku tahu... Aku hanya ingin membuatnya bahagia, itu saja," lirih Jungkook. Ia pun kini menundukkan kepalanya pelan. "Sepertinya aku... Aku melakukan kesalahan, Bamie..."

"Ke-kesalahan? Apa yang kau lakukan?"

Jungkook mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya memerah begitu pula dengan kedua manik jelaganya. Sedikit berembun. Melihat wajah Jungkook, Bambam terlihat panik, bahkan ini pertama kalinya ia melihat Jungkook hampir menangis. Bambam menoleh kanan dan kiri lalu berusaha menenangkan Jungkook. Bukan diam, air mata Jungkook bahkan semakin turun dan ia hanya membenamkan wajahnya bertumpu pada salah satu lengannya di atas meja.

"Apa yang kau lakukan pada kekasihmu, Kookie? Huh?"

"Aku...huks...aku...aku menyuruh seorang wanita, Bamie. Huks...huks. Untuk menggodanya...huks...tapi...tapi huks...dua kaki wanita itu mencoba mendekatinya, semuanya tidak berhasil. Taehyungie hyungie mengabaikannya, Taehyungie...huks...hyungie tidak tergoda, Bamie..."

"Kenapa kau bodoh sekali, Kookie? Apa masih kurang jelas? Apa kau tidak yakin ia benar mencintaimu, huh?"

"Yakin! Aku tahu hyungie mencintaiku, aku tahu...huks...tapi semakin aku tahu ia sangat mencintaiku dan saat sadar bahwa aku tidak bisa memberinya keturunan...itu membuatku merasa sangat gagal membahagiakannya, Bamie...aku gagal...huks...huks..." Jeda sejenak. "Aku bahkan sangat merindukannya, tetapi aku malah mendorongnya pada seorang wanita...aku jahat kan, Bamie? Aku bukan kekasih yang baik...huks...huks..." Suara Jungkook semakin lirih, yang terdengar kini hanya isakan pelan darinya. Bibir mungilnya tak lagi berucap kecuali kata maaf untuk Taehyung dan ia yang terus meracau menyebut dirinya bodoh.

Hingga ia teringat pembicaraan terakhir dengan wanita itu di telepon.

Buat ia mabuk

Buat ia mabuk

Buat ia mabuk

Dengan wajah yang masih memerah, hidung yang sedikit basah dan mata berair, Jungkook beranjak dari duduknya. Setelah mengambil tas ranselnya, ia pun bergegas pergi meninggalkan Bamie. Tidak ingin terjadi sesuatu dengan sahabatnya, Bambam mengejar Jungkook dan menahan langkah Jungkook.

"Ada apa? Kenapa kau buru-buru pergi?"

"Aku harus ke Jepang! Taehyungie hyungie tidak boleh mabuk...tidak boleh!"

Bambam bernafas lega. Lalu menepuk bahu Jungkook pelan, "Pergilah! Dan selesaikan semuanya baik-baik. Ingat, lelaki itu mencintaimu, Kookie. Jangan pernah melakukan hal seperti ini kedua kalinya atau kau akan benar-benar kehilangannya, mengerti? Apa kau mau kehilangannya?"

Jungkook menggeleng ribut, "Tidak! Aku tidak mau kehilangan Taehyungie hyungie. Tidak, Bamie..."

"Ok, pergilah. Temui kekasihmu, Kookie..."

"Uhm, aku pergi, Bamie. Terima kasih..."

Jungkook pun berlari meninggalkan Bambam. Tidak butuh waktu lama, setelah Jungkook keluar, ada seseorang yang menjemputnya. Rupanya hari itu ia akan menunda jadwalnya mengunjungi sang ibu. Ia harus segera terbang ke Jepang, menemui Taehyung.

Hyungie, maaf... Kumohon, jangan mabuk, hyungie...Maafkan Jungie...

***

Jepang...

Taehyung tengah berada di sebuah bar. Bukan dengan sengaja ia datang ke sana, tetapi itu karena ajakan dua orang rekan bisnisnya. Ya, untuk merayakan kerjasama mereka. Tidak ingin hubungan kerjasama buruk, Taehyung pun mengiyakan saja ajakan orang itu. Lagipula ia datang ke Jepang atas perintah sang kakek karena bisnis. Maka ia pun tidak ingin mengecewakan sang kakek. Namun, meskipun begitu, ia masih sempat memberitahu Jungkook keberadaannya, seperti biasanya. Pasalnya, ia pun tidak ingin Jungkook mencemaskannya karena tanpa kabar. Dan juga, ia tidak ingin Jungkook berpikiran macam-macam setelah kedatangan seorang wanita tak diundang di depan pintu kamarnya.

Suara music yang cukup keras, membuat Taehyung memilih tidak berada di tempat yang ramai. Lagipula, mereka memesan tempat private, namun tidak menutup kemungkinan dan tidak melarang jika mereka turun ke tempat dance. Taehyung memeta sekitar tempat itu, hanya wajah-wajah asing, kecuali beberapa rekan bisnisnya. Hingga ia menangkap sosok yang pernah ia temui sebelumnya, seorang wanita yang menunggunya di depan pintu kamarnya. Wanita itu berpakaian lebih sexy dari sebelumnya. Dan tampak dua orang laki-laki berusaha mendekatinya, namun ia abaikan. Wanita itu tidak melepaskan pandangannya dari Taehyung.

Tidak ingin membuang kesempatan, wanita itu beranjak lalu mendekati Taehyung dan duduk di sampingnya. Taehyung berniat mengusir wanita itu, namun sepertinya terlambat, rekan bisnisnya telah kembali bersamanya setelah beberapa saat di dance floor, menikmati alunan musik.

"Wah, cantik sekali. Kau sangat pintar memilih wanita, tuan muda Kim..." ujar salah satu rekan bisnis Taehyung. "Nona, apa kau ada waktu malam ini? Mau menemaniku?" lanjutnya.

"Maafkan saya. Saya datang kesini hanya untuk tuan muda Kim," jawab wanita itu.

"Jangan sembarangan bicara! Aku tidak menyuruhmu! Kau saja yang datang!" balas Taehyung.

"Wow..wow...wow...santai saja, tuan Kim. Lagipula kami mengerti... Ck, tidak ada yang bisa menolak wanita cantik, bukan?" celetuk rekan yang lainnya.

"Apa kalian sudah memesan sesuatu? Aku bisa membantu kalian memesan. Khususnya tuan muda Kim. Bagaimana?" tanya gadis itu.

"Ok, bantu kami memesan, nona." Mendengar jawaban salah satu lelaki itu, wanita itu pun beranjak. Sebelum melangkah, tampak salah satu lelaki itu meremat pantat sintalnya pelan. Wanita itu hanya menoleh, kemudian tersenyum lalu menatap Taehyung. Dan masih sama, Taehyung mengabaikannya. "Dari semua wanita yang ada di sini, kau lah yang paling cantik nona...juga sexy... apa kau yakin tidak mau menemaniku?"

"Saya hanya ingin tuan muda Kim..." balasnya seduktif.

Wanita itu pun pergi beberapa saat. Dan kembali dengan beberapa gelas minuman. Ia pun memberikannya pada rekan-rekan Taehyung, tak terkecuali dengan pria tampan itu, Kim Taehyung. Taehyung masih belum meminumnya, karena memang ia tidak biasa minum alkohol. Minum sedikit saja, ia bisa mabuk. Mereka menatap Taehyung, pasalnya hanya gelasnya lah yang masih utuh, belum tersentuh. Merasa tidak enak, Taehyung akhirnya mengangkat gelas minumannya dan meneguknya. Hanya sedikit. Dan wanita itu tampak tersenyum.

Hingga waktu pun berlalu dan sepertinya mereka mulai mabuk, tak terkecuali Taehyung. Wanita itu kembali mendekati Taehyung. Kendati dalam keadaan mabuk, Taehyung masih bisa menolak wanita itu yang berusaha mendekatinya dan menyentuhnya. Dan setelah beberapa saat, wanita itu pun akhirnya berhasil membawa Taehyung. Memapahnya menuju suatu tempat. Tidak mudah membawa seorang pria mabuk, namun akhirnya wanita itu pun berhasil membawa Taehyung keluar dari bar itu. Ada sebuah hotel tak jauh dari sana, wanita itu pun membawa Taehyung kesana.

"Jungie....sayang..." racau Taehyung. "Aku mencintaimu, Jeon Jungkook..." lanjutnya.

Wanita itu mendengar semua racauan Taehyung. Dan ia pun tahu siapa yang Taehyung sebut saat ia mabuk. Pemuda yang menyuruhnya. Setelah membaringkan Taehyung di atas ranjang, wanita itu hanya menatap Taehyung lamat. Bahkan Taehyung masih saja menyebut nama Jungkook dalam keadaan tidak sadar.

"Jungie...Jungie...aku rindu padamu..."

Wanita itu maju satu langkah, mendekati Taehyung. Kembali menatap lamat wajah Taehyung. Setelah berpikir beberapa saat, tangannya pun bergerak, ia memberanikan diri mengusap wajah Taehyung. Hanya sebentar, kemudian tersenyum.

"Kekasihmu yang menyuruhku...kalau aku melakukannya...itu bukan salahku, 'kan? Kekasihmu menyuruhku membuatmu mabuk jadi kau bisa tidur denganku dan mungkin aku akan hamil setelah itu... Aku...harus melakukannya, 'kan?"

"Jungie...." racau Taehyung.

"Ya...."

***

Mau double up? Comment yaaa, hehee..

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

427K 44.9K 75
"Aku tidak tahu dia siapa, tapi aku merasa nyaman berada di dekatnya." -Jjk "Waktu itu, aku hanya ingin menolongnya... Tapi sekarang aku tak ingin ke...
Adopted Child Oleh k

Fiksi Penggemar

219K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
202K 31.1K 18
[COMPLETED] Layaknya es krim beku yang mencair, aku akan membuatmu mencair dengan caraku sendiri! [ taekook ; yaoi ; au ; ooc ; chaptered ] Ranked: ...
423K 8K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.