KOTA ZOMBIE βœ” [Tahap Revisi]

By NesaTriutari

25.6K 2.3K 136

πŸ€(Seri pertama : kota zombie)βœ… Bertahan hidup ditengah hancurnya kota, dengan dua anak balita bersamaku. Mem... More

Prefix
Repeated
Different
Rowdy
Approach
Red City
Fuel
Distance
Dream
Phobia-Zombie?
Borders
Togetherness
Tattoos
-Beginning-
Three Days
Strange
Clarity
Effect
Effect 2
Meet
Long Day
Change
Arthur
Virus Compatibility
Blocked
-Beginning-
Bad!!
Relapsed
Winding
Conflict
Others
Waiting
Star Night
Two Protectors
N. G.
The Old Rini
Bundy
Revenge of Anger
-Info-
Three Fight
Under the Cave
Arthur's Story
Bastard!
Long Lost
Bidder
Zombie City
Gather
Lost
Ending?
Cast 1
Cast 2
Trailer
Special
Closer
Poster & S2

Resistance

310 35 0
By NesaTriutari

Ketika pandangan kami saling bertemu, Mutan itu semakin marah seolah-olah menatap benci kearahku.

Cengkramannya yang semakin kuat, membuat napasku seperti berhenti ditenggorokan.

Dor!

Tembakan terdengar beberapa kali, membuat Mutan itu akhirnya melepaskan tubuhku. Tubuhku terhempas jatuh ketanah.

"Uhuk!" Aku batuk-batuk.

"Rini lari!" Seru Gibran agar aku cepat bersembunyi.

Aku berlari ke sebuah kotak kayu yang tertumpuk rapi, disana aku melihat bagaimana Nathan dan Gibran mencoba mengalahkan Mutan itu.

"Arthur!" Pikiran ku langsung dipenuhi oleh keadaan Arthur sekarang.

Namun, aku tidak melihat Arthur maupun Rakha disini.

"Kapten!" Gibran terdengar panik, ketika melihat tubuh Nathan yang dibanting cukup keras ketanah.

Aku hendak menolong Nathan, namun Nathan menyuruhku agar tetap ditempat.

Nathan berusaha berdiri, lalu memancing Mutan itu agar menatapnya.

Melihat kesempatan, Gibran menembak kembali punggung Mutan itu. Jika diperhatikan kelemahan Mutan itu ada dipunggungnya, aku memutuskan mencari sesuatu yang sekiranya tajam.

Aku tidak menemukan apa-apa, kecuali cutterku. Tidak mungkin aku melawan mutan sebesar itu hanya dengan cutter saja.

BRAK!

Tubuh Gibran dilempar ke tempat persembunyianku.

"Gibran!" Aku membantu Gibran berdiri, namun sangat disayangkan kaki Gibran sepertinya terkilir.

Tembakan masih terdengar, aku memutuskan untuk melompat ke punggung Mutan itu. Aku mengacar lalu melompat tinggi.

Grep! Berhasil, aku berhasil mencapai punggung si Mutan.

Mutan yang merasa ada sesuatu dibalik tubuhnya mulai meronta, membuat ku hampir saja terjatuh.

"GRAA!!" Mutan menggaruk punggungnya, membuat cengkraman ku terlepas.

Bruk!

Tubuhku jatuh keaspal begitu saja. Walau sudah dicoba beberapa kali oleh Nathan dengan menembak punggungnya. Mutan itu tetap kuat, membuat mereka harus berpikir cara lain.

Aku hendak berdiri, ketika pandanganku tiba-tiba saja teralih keseorang gadis yang tidak lain adalah diriku didimensi sebelum nya.

Ia melemparkan sebuah pisau dapur kehadapanku, melihat itu otakku langsung menyuruh untuk menyayat lenganku persis dimimpi saat aku terpisah dengan Gibran.

Aku meraih pisau itu, lalu melihat diriku yang lama sudah menghilang. Aku beranjak berdiri, berbalik menghadap mutan itu.

"HEY! MUTAN!!"

Mutan itu berbalik karena suara ku yang keras, Nathan yang melihatku seperti ini langsung panik.

"LIHAT INI" Aku menyayat lenganku, membuat darah segar langsung mengalir. Ku sayat kembali agar darah semakin keluar cepat.

Tes!

Darah ku menetes, lalu Mutan berbadan besar itu langsung menjilati darahku yang menetes di aspal. Aku meraih kesempatan itu untuk menusukan pisau ku kepunggung si Mutan.

"GRAAAAAA!!!"

Jleb!

Ku terus tusukan pisauku dengan brutal, membuat darahnya terciprat kewajahku. Sudah tidak terdengar raungan mutan, sepertinya Mutan ini sudah mati. Aku turun dari tubuh Mutan itu, memegangi lenganku yang sudah basah oleh darah.

"Rini" Nathan mendekat, ketika tubuhku yang sudah dipenuhi oleh darah. Dia langsung memelukku erat.

"Grrr" Belum sempat bernapas lega, Mutan itu kembali bangun dengan mulut yang mengucurkan darah.

Aku berbalik, melihat Mutan itu berdiri lalu menatapku penuh amarah.

Tangannya melempar tubuh ku dan Nathan bersamaan.

BRAK!

Sebuah mobil menabrak kaki Mutan, membuatnya jatuh langsung keaspal. Aku dan Nathan berdiri, ketika melihat Arthur yang sudah tersadar kini keluar dari mobil bersamaan dengan Rakha.

"Nathan, kita coba melemahkannya dengan menusuk jantung si mutan" Pikir Arthur setelah berlari kearah kami.

"Baiklah" Nathan bersiap siaga, Rakha melemparkan pistol milik Gibran ke Arthur karena kondisi Gibran sudah tidak memungkinkan untuk berjalan. Rakha membawa segera Gibran masuk kedalam mobil.

Dengan sangat terpaksa, Nathan menyuruh ku untuk memancing Mutan itu dengan darahku lagi. Aku yang tidak merasa keberatan langsung membiarkan darahku kembali mengalir. Namun, sayang Mutan itu sepertinya sudah tau jebakan kami.

"Gagal! Kita harus cari jalan lain" Ujar Arthur yang akhirnya memancing Mutan itu kearahnya.

Nathan sekarang menembak punggung mutan itu kembali, membuat sebuah cairan oren keluar dari punggungnya. Saat itulah Mutan itu terduduk di aspal, ku genggam erat pisau ku lalu menusuknya tepat kejantung mutan itu.

"GRA!!" Mutan itu berteriak sangat keras. Membuat beberapa kawanan zombie berdatangan.

"Cepat bunuh, akan kuurus zombie-zombie ini" Celetuk Rakha keluar dari mobil dengan senapan yang ia temukan.

"Hiak!" Aku mengarahkan pisau ku yang masih tertancap, kesana kemari agar merobek-robek jantung si mutan.

"Grrr" Mutan itu mendongak, lalu mengeluarkan sebuah cacing hitam disertai cairan yang menyengat. Arthur menarik ku kebelakang agar tidak kena cairan itu.

Cacing hitam itu bergerak menjijikan kearah kami.

Nathan yang tidak ingin mengambil resiko, akhirnya menembaki cacing-cacing itu.

"Cacing apa itu?" Aku yang sangat asing dengan cacing itu mulai merasa takut.

"Itu parasit" Jawab Arthur.

"Cepat kita harus pergi" Sela Nathan yang langsung mengajak kami semua pergi.

Rakha yang sedang sibuk menembak, ditepuk oleh Nathan agar berhenti. Didalam mobil aku merasa seperti ada yang kurang.

Aku baru sadar kalau sedari tadi Bundi tidak ada.

"Bundi!! Dimana dia" Aku mencari Bundi, yang membuat semuanya panik.

"Guk!" Gonggongan Bundi terdengar, kami melihat kesumber suara dimana Bundi sekarang di gantung terbalik oleh Mutan yang kembali bangkit.

"Bundi" Mataku mulai panas, aku berlari keluar dari mobil lalu berlari mendekat kearah mutan itu.

"Lepaskan dia!"

Mutan itu langsung memisahkan kepala Bundi dari tubuhnya.

"Bundi!!" Aku berteriak histeris saat itu juga.

Mutan itu langsung melahap habis tubuh Bundi, Nathan menggendong ku karena sudah cukup berurusan dengan mutan yang tidak ada mati-matinya.

🍀
.
.
.
🍀

Mobil melaju dengan cepat, aku melihat kebelakang dimana Mutan itu berlari mengejar kami. Langkahnya yang besar membuat tanah tergoncang hebat.

"Arthur! Kenapa mutan itu sulit untuk dikalahkan?" Tanyaku dari jog belakang.

"Aku tidak tau? Aku belum meneliti lebih lanjut soal mutan" Jelas Arthur dengan nada panik.

Netraku teralih kesebuah bus yang tiba-tiba saja melaju cepat kearah kami

"Awas!!"

BRAK!!







Mobil kami mengalami kecelakaan, aku terbangun dengan mobil yang sudah terbalik. Aku membangunkan Rakha yang ada disebelahku.

"Cepat keluar" Ucapku, yang sekarang berusaha keluar dari mobil.

"Huh--- huh" Napasku tersengal hebat, semua temanku sudah keluar dari mobil. Gibran dituntun oleh Rakha untuk berjalan.

Aku berdiri, lalu melihat Mutan itu yang menginjak bus itu sampai ringsek.

"Lari! Lari!" Seru Arthur menyuruh kami. Kami berlari sesuai arahan Arthur, Mutan yang marah terus mengejar kami. Kami berbelok, lalu dengan cepat masuk kesebuah rumah bersembunyi didalamnya.

Mutan itu mencari kami yang sudah menghilang entah kemana. Gibran merintih, lalu Arthur langsung mengobati kakaknya itu dengan cara yang pernah ia pelajari.

Kratak!

Tulang Gibran berbunyi, membuat Gibran tidak sanggup menahan rasa sakitnya.

Prang!

Kaca rumah pecah, kepala mutan itu masuk melihat kami semua dengan mata merahnya. Aku yang bingung refleks menusuk pisauku ke mata si mutan.

Mutan itu meronta, dengan membentur-benturkan kepalanya aku kembali menusukkan pisau ku kemata satunya membuat mutan itu buta.

"Kerja bagus Rin" Ujar Nathan, yang langsung menarik ku pergi.

Kami berlari melewati pintu belakang, kabur dari kejaran si Mutan yang masih terdengar meronta kesakitan.

🍀***🍀

20 menit kami berlari, aku akhirnya menyerah dengan terduduk dijalanan dengan napas yang menggebu.

"Ker--- kerja bag--gus semuanya" Arthur mengacungkan jempolnya.

Kami semua saling memberikan senyuman karena berhasil melawan mutan itu.

Namun masalah kami belum selesai, tiba-tiba saja sebuah truk datang kehadapan kami. Lalu terlihat beberapa orang berkaos hitam turun dari truk itu.

Mereka menodongkan pistol kearah kami, aku berdiri dengan tatapan yang bingung.

"Mereka yang dimaksud Doni" Celetuk Nathan menodongkan senapannya.

"Apa maksudmu?" Tanyaku yang tidak tau.

"Mereka komplotan Doni, Tristan menghubungi mereka untuk menyerang kita" Jelas Nathan.

"Siap semuanya kita akan bertarung" Seru Gibran yang kakinya sudah kembali membaik.

Ku genggam pisauku, karena sekarang akan melawan preman-preman itu. 15 vs 5.

***

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

13.5K 1.5K 30
[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 8 Setelah hampir satu setengah tahun bergabung dalam tim, akhirnya Alwan meminta cuti untuk pertama kalinya keti...
123K 21.4K 21
Ini adalah cerita horor comedy. Walaupun sering kali setiap chapternya membuat kalian tertawa, tapi alurnya jelas dan membuat kalian semakin penasara...
106K 8.9K 112
Kumpulan Revenge Story Kookv gs. This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! ​ Selamat MembacaπŸ’œ
9.2K 1.5K 86
Seorang wanita lajang berusia 28 tahun bernama Kim Seorin, harus pergi meninggalkan ibu dan kakak laki-laki nya menetap di daerah yang cukup jauh kar...