Petualangan Rui (Rui Untuk Do...

By wizardwind

306K 30.2K 2.9K

Musuh Dominic berhasil menyelinap kedalam Mansion, dan bermaksud menculik salah satu dari sikembar. apa yang... More

1. Awali pagi dengan Rui
2. Catu campai celupuh belac
3. penyerangan Mansion Damian
4. Awal petualangan
5 . Burung raksasa memakan orang
6. Pipi oh Pipi
7. Penderitaan Nero
8. Malam yang indah
9 . Naik turun presentase misi
10 . Rui rindu Mama
11 . Kenapa hanya sedikit?
chapter bonus (Rui Ryu)
pengumuman ☺
Pemakaman putra mahkota
13.Rui bukan bayi
Anak monster
14. kedatangan Raja.
15. membunuh monster yang menyamar
yang mau baca silahkan datang
16. hanya bisa berdo'a
17. introgasi
18. monster dimenara.
19. akhirnya, bertemu monster.
20. reuni monster?
21. makan biskuit beracun
22. waktu pulang semakin dekat
23. lemparan tongkat ajaib
24. Hari pembalasan
promosi cerita sebelah
25. Rui pulang dulu.
26. jatah susu terancam hilang

12. tertangkap basah

12.7K 1K 49
By wizardwind








Jam 3 dini hari, jam dimana biasanya puncak mimpi terjadi, jam dimana mata enggan untuk bangun.
Tapi tidak dengan makhluk bersurai biru ini. Dengan hanya memakai popok, sambil menyeret selimut tebal bergambar jerapah, dia berjalan-jalan di lorong tanpa rasa dingin.

Bayangkan saja, suhu yang membuat orang-orang enggan untuk meninggalkan kamar hangat hanya menjadi hal sepele dihadapannya. Bahkan, berberapa bagian tubuhnya sudah memerah karena kedinginan dimana sehelai popok tidak bisa menghangatkan.

"Lui, blom minum cucu. Pokok na malam ni halus dapat dua." Sambil berbicara, sikecil sesekali memanyunkan bibirnya. "Napa cimut na belat. Cimut na mamam olang pacti?" Rui berhenti sambil mengeluh karena selimut tidur yang dibawanya sangat berat. Bagaimana tidak berat kalau selimut yang dibawa rui merupakan selimut bulu tebal musim dingin.

Kembali berjalan sambil menyeret selimut tebal dengan kedua lengannya. dimana beberapa bodyguard yang menyaksikan sesekali menahan tawa mereka. Karena mereka tidak tau apa fungsi selimut tebal itu, dibawa sikecil.
Bodyguard hanya membiarkan Rui lewat, tanpa mau membantu anak itu. Sebab muka Rui yang memerah menahan amarah menatap selimut sangat lucu dimata mereka.

Dengan penuh perjuangan, Rui akhirnya sampai didepan pintu kamar ibu dan ayahnya. Rui melepaskan begitu saja selimut tebal itu, meletakkannya disana. Biarkan ayah yang membawa selimut berat itu kedalam, pikir Rui.

Tangan kecil itu mendorong pintu, tidak butuh usaha karena pintu yang tidak terkunci dan terbuka sedikit. Memudahkan Rui untuk masuk dan melangkah kedalam.

Segera setelah itu, Rui membeku ditempatnya saat menyaksikan didepan sana sang ayah, sedang "melahap" Ibunya hidup-hidup.
Mata Rui terbuka lebar dengan mulut yang ternganga, sesaat kemudian mata itu berembun diikuti tangisan yang mencapai sisi luar kamar.

"Uaaaaa, janang mamam ibu na. Ibu Lui, janang dimamam."

Mendengar teriakan itu, Phillip yang mencium Reine  dan hendak melakukan aktivitas malam menghentikan kegiatan mereka.
Mereka segera melihat kearah sikecil yang berlari dengan linangan air mata.

"Moctel, klual dali tubuh ayah. Huaaaa ... napa kacul na tumbuh tinggi, Lui cucah naik na." Rui berusaha memanjat tempat tidur king size itu tapi kakinya terlalu pendek, menyebabkan sikecil terjatuh beberapa kali dan harus merelakan popok itu mencium lantai.

Reine yang melihat itu segera mengikat kembali baju tidurnya yang sedikit terbuka. Sedangkan Philip sudah turun dan mengangkat sikecil dari lantai.

"Rui, tidak apa-apa? Apakah ada yang sakit?"

Rui berhenti menangis dan membeku digendongan Phillip, dan beberapa saat kemudian tangan berisi dengan jari-jari pendek itu telah menyusup kehelaian rambut Phillip dan menariknya sekuat tenaga.

"Klual moctel panjang dali tubuh ayah, lepac kan ayah na Lui. Huaaa, klual moctel panjang." Seketika keadaan semakin panik, dimana Rui menarik rambut Phillip dan Phillip yang berusaha dengan lembut melepaskan tangan mungil itu dari rambutnya. Jujur itu sangat menyakitkan. Phillip tidak menyangka tenaga tarikan sikecil sekuat ini, dan tangan kecil menggenggam helaian rambut dengan sangat kuat tanpa bisa terlepas.

"Sayang, lepaskan rambut ayah. Ok. Ayah nya Rui, tidak kerasukan monster. Ibu baik-baik saja, kok!" Reine berusaha menahan tangan anak itu, dan mencoba melepaskan tangan tercepat di dunia ini dari rambut Phillip.

Rui berhenti menarik rambut Phillip, tapi cengkramannya masih kuat. Menatap Reine dengan mata berlinang dan pipi yang sudah memerah.

"Tapi, ayah na mamam ibu tadi. Lui liat cendili hiks ..."

Reine membeku ditempatnya, menatap Rui dengan senyuman kaku. Merasa bersalah karena tidak mengunci pintu saat sedang bermesraan.

"Ah, tidak. Ngomong-ngomong. Kenapa Rui kesini? Apakah Rui ingin susu?" Reine mengalihkan pembicaraan dan benar saja, yang tadinya berlinang air mata telah tergantikan dengan binaran bahagia.

"Ibu tau, ibu na Lui hebat. Lui na auc, mau cucu. Cebotol, ndak luabotol, na!" Dan ya, Rui langsung melupakan kejadian beberapa saat tadi. Bahkan cengkramannya pada rambut Phillip telah lepas menyisakan rambut Phillip yang berantakan, dan beberapa helai berada ditangan sikecil.
Rui merentangkan tangannya, segera saja Rui berpindah pada gendongan Reine.

"Ya, ayah akan mengambilkan susunya." Reine menatap suaminya dengan tatapan penuh arti. Segera saja Phillip bergidik dan melangkah keluar membuatkan susu untuk Rui. Jangan salah, biarpun Duke kita satu ini terkenal akan wibawah dan sikap tegasnya. Tetap saja dia suami-suami takut istri.

Mendengar kata "ayah," Dari Raine. Rui kembali ingat pada kejadian sebelumnya. Rui menatap Phillip dengan pandangan menyelidik sampai Phillip benar-benar hilang dari pandangannya.

"Tidak apa-apa. Rui, lihat kan! Ibunya masih utuh." Reine berjalan kearah tempat tidur, meletakkan sikecil disana. Rui menatap Reine dari atas sampai bawah memastikan bahwa ibunya baik-baik saja.

"Tapi, Lui maci laca. Ayah na mau mamam ibu." Tangan Reine yang sedang menyeka sisa-sisa airmata dipipi Rui jadi terhenti.

"Benarkah? Seperti apa?"

"Ayah na, mau mamam ibu campai habic. Ndak cica. Celpeti itu Lui laca. Hmpp, cuda Lui duga. Ayah na kelackuckan (kerasukan) moctel panjang."

Rui melipat tangannya didada membenarkan perkataannya. Sementara Reine sudah memerah sampai ketelinga. Dan Phillip yang baru datang diambang pintu membeku seketika.

...

Rui telah menghabiskan setengah botol susu dan langsung tertidur setelah itu. Sikecil sempat mengeluh, kenapa jatah susu malamnya hanya setengah?
Tapi sikecil berhasil dibujuk oleh Reine dengan syarat besok dapat susu tambahan.

Dan ya, dengan syarat receh seperti itu sikecil tidak lagi mengeluh dan tertidur pulas diantara Reine dan Phillip.
"Apa yang terjadi? Kenapa anak ini menganggapku monster panjang?" Phillip yang asik menoel-noel pipi chubby Rui bertanya pada Reine. Merasa aneh saat Rui memanggilnya 'monster panjang'

"Kau tau, setelah makan malam. Aku mengajaknya untuk melihatmu yang sedang melakukan pembukaan kereta cepat dilacktop. Setelah kau masuk kedalam kereta dan pergi kupikir dia akan bangga," ucap Raine berhenti sebentar untuk mengingat kejadian malam tadi.
"Tapi, dia malah menangis. Sempat juga, Rui ingin keluar membawa pedang mainannya untuk menolong mu." Reine menatap Phillip dengan senyuman geli.

"Untung ada anak anjing putih itu, yang menenagkannya."

"Anjing putih?" Phillip mengangkat sebelah alisnya. Dan gerakannya menjahili pipi sikecil berhenti dan menatap Reine.

"Aku tidak tau datangnya darimana. Tapi, kata Edward. Anak anjing itu peliharaan keluarga Dominic." Mengingat fakta yang diketahui Reine baru-baru ini tentang sikecil, hati Reine menjadi sedih. Bagaimana tidak. Reine sudah menyiapkan surat Adopsi dan tinggal diajukan pada pengacara untuk mengadopsi Rui. Tapi keinginan itu sirna, karena sikecil bukanlah orang biasa.

"Mengapa keluarga Dominic menitipkan anak ini disini? Apakah mereka tidak menginginkannya lagi?"

Phillip menatap mata Reine yang penuh harap. Berharap jawaban Phillip sesuai keinginannya.
Tapi harapan itu pupus saat mata Phillip ragu untuk menyebutkan kebenarannya.

"Saat ini, mansion Dominic ..." Phillip ragu sejenak untuk mengungkapkan rahasia yang diketahui oleh beberapa orang saja. Bahkan dinegara ini, penguasa yang tau hanya dia raja dan calon putra mahkota yang baru saja dilantik menjadi raja.

"Mansion itu telah menjadi lautan darah."

Mata Reine melebar mengetahui rahasia ini. Dia, tau tentang keluarga Dominic hanya dari majalah dan internet saja. Tidak tau rupa asli mereka seperti apa.

"Baru-baru ini terjadi penyerangan. Musuh Dominic menargetkan si kembar yang baru lahir, tapi berhasil digagalkan. Dan sekarang Dominic membereskan mereka yang berkomplot. Termasuk, ratu dan putranya." ucap Phillip membeberkan semuanya dihadapan Reine.

"Di internet hanya ada berita penyerangan Mansion Dominic. Tapi aku tidak tau kalau ratu dan putra mahkota akan terlibat." Reine membeku sejenak. Kemudian menatap Rui lagi.

"Lalu, apa yang terjadi dengan, ratu?" Tangan Reine bergetar sedikit, takut membayangkan hal apa yang terjadi pada ratu kerajaan mereka.

"Mati. Dan kepalanya serta kepala putra mahkota tertancap ditembok Mansion Dominic." Phillip memegang tangan Reine yang bergetar dan dingin.
Reine tidak bisa membayangkan jika Rui yang polos menyaksikan pemandangan berdarah itu.

"Berapa, berapa lama mereka akan ... Menitipkan, Rui. Disini?" Suara Reine bergetar. Dan memeluk Rui yang tertidur dengan erat.

"Kurasa 3 bulan lebih. Mereka harus membersihkan Mansion dan mengembalikan tatanan semula."  Mengembalikan interior, taman bunga, kolam ikan yang sekarang menjadi genangan darah dan banyak ikan piranha didalamnya. Menghilangkan bau mayat dan darah, bau-bau penyiksaan. Dibutuhkan waktu untuk Mansion Dominic mengembalikan keadaan dan rupa semula seperti saat sikecil biasa bermain disana.

"Sangat singkat. Tapi tak apa. Aku melihat sikecil bahagia disana." Phillip mengusap kepala Reine dan memciumnya dengan lembut. Tapi belum beberapa detik, sikecil mendorongnya.

"Ayah na, janang mamam ibu na Lui. Ibu, cucu cebotol lagi."

Phillip dan Reine menahan tawa, saat sikecil bereaksi bahkan didalam tidurnya.













🌻🌻🌻

Keesokan harinya.

Saat ini keluarga Duke Von Bismarck sedang menjalankan aktivitasnya masing-masing. Kecuali Rui, Clleo dan Edgard yang sedang asik menjelajahi Mansion untuk melihat-lihat apakah Mansion dalam keadaan bahaya.

Dengan dipimpin Rui didepan yang memegang peta atau coretan di kertas putih. Denah Mansion tersebut yang digambar Rui berdasarkan imajinasi nya.

"Menulut peta, kita haluc kecini." Rui

"Ya, kesini." Edgard

"...." Clleo

"Menulut peta, kita macuk cini." Rui

"Ya, masuk disini." Edgard

"....." Clleo

Cukup sudah, mereka telah keliling Mansion sebanyak 3x dengan melalui tempat-tempat yang sama. Dan kaki Clleo seakan mau copot saat mengikuti maniak pembunuh monster serta bucinnya.

"Aduh, Rui. Abang kekamar mandi dulu, ya!" Clleo membuat alasan untuk kabur. Keringat sudah membasahi wajahnya dan matahari sekarang semakin tinggi. Tapi melihat semangat Rui dan Edgard, Clleo yakin mereka akan berputar beberapa kali lagi.

"Bang Celo cakit. Ciltilahat lah. Bang celo mau cucu?" Rui menawarkan susunya pada clleo. Walaupun Rui menawarkan, tapi dimata anak itu terdapat keengganan yang besar atas susunya.

"Ekhm, tidak. Abang hanya ingin pipis sebentar." Dan ya, mata penuh keengganan tadi sedang ditaburi bintang saat clleo menolak susu pemberian sikecil.

"Abang na ndak pakai popok?" Rui menatap bingung clleo.
Sementara clleo hanya terdiam. Hey, walaupun Clleo menempati tubuh anak kecil, tetap saja jiwanya adalah orang dewasa.

"Biarkan dia pergi. Ayo lanjutkan perjalanan kita. Abang rasa kita sudah dekat." Clleo menghela nafas lega saat Edgard membantunya untuk kabur.


"Oo...Ok! Ayo abang, kita cali lagi moctel na. Ini abang calin peta na. Kalau abang nanti celecai pipic, ikut peta na untuk kemetu(ketemu) lui."
Lagi-lagi clleo hanya bisa terdiam, dan menerima peta pemberian rui yang entah dimana awal dimana ujungnya.
Mengambil kertas itu dan segera melesat dari sana sebelum anak itu mengatakan hal-hal aneh lagi.

"Ya, ayo."

"Menulut peta. Kita jalan cini." Kembali lagi Rui membaca peta.

"Ya, jalan disini." Dan disebelahnya sibucin mengikuti sambil sesekali mengusap rambut lembut itu.


...

Semalam Rui yang membeku karena adegan di depannya. Tapi sekarang Clleo yang membeku dengan yang dilihatnya.

Dimana didepannya, anjing kecil putih Rui yang bernama "Mpus" Sedang duduk diatas mobil mainan. Dan mobil mainan itu ditarik oleh kucing hitam, sisitemnya sendiri. Nero.

"Dunia sekarang makin aneh. Dari misiku yang berakhir begitu saja. Sampai keluarga ini memungut anak monster bersurai biru dan sekarang. Sistem senior membully junior nya." Clleo mengambil bunga dari dalam pot. Meletakkan bunga itu didada dan berdo'a.

"Semoga harimu menyenangkan, sistem ku." ucap Clleo dengan do'a yang tak mungkin terkabul.
Sementara Nero yang melihat itu hanya menatap tuannya dengan mata meminta pertolongan.

Mulai dari seniornya ini yang menyiksanya dan bahkan beberapa kali Nero harus berenang di kolam karena dilempar Rui.
Sepertinya hari-hari indah Nero sudah berakhir. Hari-hari indahnya berakhir semenjak Rui tiba di Mansion ini.



Poor Nero











Tbc...

Free pict

Rui and clleo


Rui and Edgard



.

Hayoo lebih suka yang mana. Klo author sih lebih suka yang sama clleo, imut aja gitu 🙈🙈🙈

Pedofil terdeteksi.... Fbi, cepat telpon fbi 🙉🙉🙉🙉


.

Continue Reading

You'll Also Like

145K 9.7K 39
UPDATE SESUAI MOOD. Ini cerita humor pertama saya, buatnya susah ternyata [Cry] Jadi mohon dukungannya berupa follow dan vote setiap chapter. Thank...
263K 18.5K 27
JANGAN BACA KALAU TIDAK NIAT UNTUK DUKUNG!!!🚫 AREA BROTHERSHIP🚫🚫 kelahiran seorang anak adalah hal yang di tunggu-tunggu oleh sebuah keluarga. bah...
224K 13.8K 33
Perjuangan Zu, seorang balita berusia 2 tahun yang berusaha bertahan hidup di tengah-tengah kerasnya kehidupan tanpa adanya sosok keluarga. Inilah a...
334K 14.9K 59
Krek "Adu duhh Jay Jay turun turun" ujarnya mengaduh karena bagian pinggangnya terasa bergeser. . . . "Huh opa nih baru satu putaran saja sudah seper...