ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.2M 601K 48K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella ending?

97.8K 4.9K 554
By jerukminii

Suara langkah kaki terdengar sangat santai tengah dirajut pada tiap lobby—lorong— di mana langkah demi langkah tersebut mulai berhenti sejenak. Dua ekor mata melirik tajam beberapa polisi menatap penuh dengan sorotan tajam.

Sosoknya kemudian berbelok ke kanan dan membaca papan tulisan yang merujuk ruang laporan. Di mana ia melihat beberapa polisi duduk tegap dengan layar komputer yang menyala benderang.

Satu polisi yang hendak pergi dari meja kerjanya diam. Sorot tajam menelisik bagaimana sosok remaja memakai topeng kelinci mulai duduk pada satu kursi yang menghadap pada meja kerjanya. Bagaimana juga, sebenarnya polisi tersebut tengah buru-buru untuk kasus hilangnya sosok gadis selama 3 tiga hari dan penemuan dua mayat serta dua korban gadis tengah teridentifikasi. Pihak rumah sakit dan dokter forensik telah memberitahu hasil otopsi di mana beberapa potongan pemilik tubuh juga telah ditemukan di salah satu rumah kosong.

“Bapak buru-buru, ya?” monolog topeng kelinci yang mulai membuka topengnya. Senyum sumringah yang lembut. Ia meletakkan topengnya pada meja polisi yang ada beberapa sekat kosong.

Visual yang terukir indah dengan bibir tebal terlihat seksi. Mata tajam dengan bulu mata lentik serta  gaya rambut di mana poninya terbelah dua. Senyumnya begitu tulus dan hangat.

Dua sampai tiga polisi yang berada di ruangan tersebut menatap penuh waspada. Bahkan pistol berisi peluru bius siap siaga.

Remaja pemilik topeng tersebut menoleh ke segala arah karena sebuah tatapan penuh waspada tengah membuatnya kebingungan. “Kenapa? Aku hanya ingin bercerita. Tidak boleh, ya?” tanya remaja penuh polos tersebut.

“Aku kemari karena aku ingin bercerita dan melaporkan pelaku dari semua kekacauan, kematian dan pembunuhan,” ucap laki-laki berwajah manis mata elang yang begitu tajam dan bibir merah merona alami. Ia mencoba merapikan poni rambut yang terbelah dua itu sebab sedikit berantakan.

Tidak menolak.

Polisi yang menjadi lawan bicaranya langsung  memilih duduk dengan kaki kanan bertumpu pada kaki kiri serta punggung yang sejenak ia sandarkan pada kepala kursi.

Menatap bagaimana sekarang laki-laki remaja mengeluarkan beberapa benda-benda yang telah di kemas rapi menggunakan plastik. “Ini, ini dan ini.”

Betapa mengejutkannya apa yang telah dibawa laki-laki remaja tersebut.

“Apa ini?” tanya polisi tersebut. “Anak burung? Sayapnya patah?”

Ya. Laki-laki itu mengeluarkan seekor anak burung yang terbungkus koran dengan salah satu sayap yang patah. Tapi ia tidak ingin membahas anak burung tersebut terlebih dahulu.

Satu alis laki-laki tersebut naik. “Ini yang anak buah mu cari untuk menyelidiki siapa pelaku itu bukan? Ini semua terkemas apik. Bahkan sidik jarinya masih ada di benda-benda ini.”

“Aku tidak ada waktu lagi. Aku ke sini ingin memberikan semua ini kepadamu dan membuat laporan atas pembunuhan yang telah aku sengaja dan penculikan yang membuat sosok gadis hilang.”

Tiga polisi itu sempat terdiam merenung.

Mencerna.

Namun tak lama dua pistol di arahkan tepat pada titik sosok laki-laki itu duduk. Dengan dirinya yang tenang hanya menghembuskan napas pasrah. Lalu ia berkata, “Aku tidak akan melakukan ini jika aku tidak dibully, dibuang dan dikucilkan,” lirihnya.

Polisi yang bisa menatap mata penuh dendam dan kekecewaan tersebut langsung mengangkat satu tangan—memberi kode—menyuruh kedua polisi menurunkan pistol mereka.

“Manusia tidak akan memahami perasaan orang lain, jika tidak merasakan penderitaan yang sama,” sambung dari remaja tersebut.

“Orang yang diam bukan berarti tidak memiliki lara dan dendam akan luka,” tegas laki-laki tersebut dengan mata penuh dendam yang terpendam. Ia menarik napas berat dan kemudian membuang perlahan lalu berkata. “Akan aku ceritakan, bagaimana seekor anak burung yang berusaha terbang tanpa sayap kanannya.”

Sesak membara pada dada laki-laki tersebut dan mencekik kerongkongan yang kali terasa sakit. Ia memperlihatkan seekor anak burung dengan kaki patah tengah berusaha berdiri tertatih. Hewan kecil itu mencoba mengepakkan satu sayap untuk pergi. tapi burung tersebut selalu gagal dan jatuh.

Para polisi dan topeng kelinci itu menyaksikan seksama bagaimana anak burung tersebut berusaha berulang kali terbang dengan luka sayap patah pada bagian kanan.

Sorotan begitu tajam dari netra anak laki-laki itu mulai menuju pada polisi yang menjadi lawan bicaranya.

“Sudah lihat bagaimana burung itu berusaha bangkit dari keterpurukan untuk terbang jauh dari kesengsaraan dan luka yang entah kapan akan sembuh dengan sendirinya?” kata penuh tegas dari laki laki tersebut.

“Hidup untuk merasakan kematian dan mati untuk merasakan sebuah perjalanan hidup,” sambungnya sedikit menunduk—mengambil anak burung tersebut dan kemudian menatap penuh nanar. Tangan yang mulai mencekik leher burung dan mulai mematahkannya tanpa penuh dosa membuang anak burung yang sekarang sudah tidak bernyawa.

“Tidak adil jika hanya sekadar uang dan kata maaf untuk sebuah luka!” murka laki-laki dengan mata penuh menyorot tajam.

“Kalian mana paham tentang anak yang tumbuh tanpa peran orang tua!”

Air mata remaja tersebut menetes—menunduk—mengusap kasar dan memakai kembali topeng tersebut. “Akan ku ceritakan juga bagaimana nyawa dibayar dengan uang dan kata maaf tanpa adanya hukum keadilan.”

Mata nanar penuh kecewa dibalik topeng memperlihatkan sesaknya dada yang menahan seluruh luka terdalamnya. “Nyawa harus dibayar dengan nyawa. Sakit harus dibayar dengan kematian. Dan darah dibalas dengan darah. Tidak adil jika hanya dibalas dengan memberi uang dan perkataan maaf.”

Polisi tersebut menarik napas panjang dan menghela secara berat. Dan kemudian berkata, “Apa tujuanmu dari semua ini? Apa semua yang kamu lakukan itu membuatmu puas? Kamu nggak kasian sama orang tua dari korban yang kamu buat hilang? Kamu enggak tahu betapa cemas semua orang terdekatnya?”

“Untuk apa aku mengkhawatirkan orang lain sementara aku sendiri sudah hancur. Dan bahkan aku takut aku mati di tanganku sendiri. Aku bahkan lebih kasihan dengan diriku yang sudah hilang arah. seolah aku bertanya aku ini siapa? Dan untuk apa aku hidup?” sela topeng kelinci tersebut.

“Aku puas. Tapi aku belum benar-benar lega jika orang yang telah membuatku yatim piatu tidak dituntut dengan hukuman kematian. Aku masih sakit hati, pak,” rintih remaja tersebut dibalik topeng yang menangis.

“Aku tidak pernah mengusik orang, tapi orang-orang mengusik kebahagiaan ku? Dan di saat aku mengusik lalu menghancurkan seluruh kebahagiaan mereka, kenapa aku dituduh menjadi orang paling jahat dalam cerita mereka karena aku telah membunuh tokoh utamanya?”

Polisi yang menjadi lawan bicara menutup mata sejenak. Kemudian bertanya pelan. “Kamu tahu jika itu sudah diluar pola pikir sehat mu.”

“Jika itu diluar pola pikir sehat ku, lantas, bagaimana mereka yang telah mengucilkan ku dan membullyku?”

“Haruskah aku diam? Itu tidak adil. Hidupku sudah hancur tanpa orang tua, tapi orang-orang telah membunuhku tanpa membuatku mati! Aku hidup sebatang kara dengan pamanku! Tapi aku kemarin membunuhnya supaya dia tidak membela ku dan menyerahkan dirinya kepada polisi untuk membebaskanku, karena dosa dan kesalahanku!” ucapnya dengan penuh rasa sakit hati. “Aku semakin berhutang budi, itu alasan pertama kenapa aku membunuh pamanku dan mengantarnya ke surga.”

“Tanpa dosa tanganku membunuh orang yang aku paling aku cintai! Aku membunuhnya tidak sengaja, karena aku tahu, ayah dialah yang membuat aku hidup yatim piatu! Ayah dialah yang membuatku dari umur 11 tahun harus hidup sebatang kara! Bapak kerja sebagai badut kelinci jalanan dan ibuk yang cuma bisa kerja sebagai penjual koran jalanan!” Suaranya meninggi. Kerongkongannya terasa sakit hanya untuk menahan seluruh air mata tidak tumpah dari balik topeng kelincinya.

“Suara-suara orang miskin seperti kita bahkan tidak akan didengar, sakit pak,” sambungnya seraya membuka setengah topeng kelincinya hanya sekadar menepis kasar air mata yang turun deras.

Polisi itu menghela napas berat.

Menyandarkan punggung pada kepala kursi. Melipat kedua tangannya di atas dada sejenak dan kemudian mengusap wajahnya. Sekarang ia sedikit memahami motif pembunuhan dan penculikan yang dilakukan pelaku remaja usia 17 tahun tersebut.

“Itu juga alasan mu memakai topeng kelinci?”

Topeng kelinci tersebut mengangguk. “Topeng ini pemberian bapak. Cuma ini barang berharga dan satu-satunya yang aku punya.”

“Padahal bapak dan ibuk udah janji pulang jualan koran di tahun baru janji beliin aku bakso waktu itu! Tapi apa? Aku menunggu kepulangan orang tuaku dengan sebungkus bakso untukku! Namun kenapa iringan ambulance yang datang dengan dua keranda di depan rumah gubukku! Gimana kalo enggak ada paman? Aku mungkin sekarang enggak bisa sekolah.”

“Aku menunggu kepulangan orang tuaku bukan kematian kedua orang tuaku!!” jerit penuh nyeri hati dari laki-laki tersebut.

“Aku hanya ingin sebungkus bakso di tahun baru, bukan bendera kuning yang berkibar di rumah ku atas penanda kematian kedua orang tuaku.”

“Bahkan aku saat memasuki sekolah dengan cara pemalsuan tanggal lahir yang dibantu paman aku bisa masuk di sekolahan yang begitu terkenal bagus dalam segi akademiknya, tapi apa? Saat aku masuk aku tidak mendapatkan satu teman kecuali Asavella. Aku mengenalnya dari kejauhan saja.”

Andaikata polisi itu tahu, remaja yang tengah mencurahkan seluruh ceritanya sudah menumpahkan air mata begitu deras dibalik topeng yang ia kenakan.

“Asavella?” Polisi tersebut mengenal nama tersebut. Gadis itu menjadi target pencariannya yang kini tengah ditangani para dokter forensik.

“Bahkan sebagian teman-teman Asavella sempat membullyku seperti teman-teman yang lain tiap bertemu aku di kantin, bahkan saat aku di kelas ku dan mengadu pada ketua kelas ku untuk bisa melaporkan ini ke wali kelas kami, tapi jawaban dia juga membuatku sakit hati. Dia bilang itu udah hal biasa cara mereka bercanda,” jelas remaja tersebut memutar seluruh masa lalu yang pelik.

“Tiap malam, kepalaku masih menggaruk sebuah pertanyaan mengapa orang yang jahat kepadaku tidak pernah ada penyesalan dan hidup mereka lebih terlihat baik-baik saja dan jauh dari penderitaan?”

“Saat melangkah masuk gerbang sekolah yang aku takutkan pembullyan itu datang kepadaku lagi dan lagi. Seolah kematian tengah menunggu ku, pak. Tiap malam aku dihantui kematian,” keluhnya kali ini.

“Tapi caramu salah. Dan menumpahkan air mata dari banyak orang, nak. Keluarlah dari trauma mu dan amarah penuh dendammu,” ucap polisi tersebut.

Tarikan napas sesak ia hembuskan perlahan. Menatap penuh kecewa.  “Lalu bagaimana dengan air mataku yang telah kering? Keluar dari rasa dendam dan trauma tak semudah saat membalik telapak tanganmu, pak.”

“Jika aku menghancurkan orang aku juga harus hancur bersamanya. Aku akan membuka identitasku lalu aku akan berkelana selamanya dengan bekal dosaku.”

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

hai? aku kembali ya? usai lamanya. pasti pada nunggu ya sampai lupa alur?

tenang. belum ending.
masih dipart selanjutnya.

oh ya jangan lupa buat follow akun aku:
Instagram: @jerukminii
tiktok: @jerukminii
wattpad: @jerukminii

ada yang baru, para tokoh juga punya Instagram resmi dengan voicenya yang canduu. Kiw kiw.

jangan lupa follow Instagram dan interaksi :
• asavella : @aca.asvlla
• Tio mahardika : @tio_mhdk
• Jysa: @jysa_primicilly
• Harta: @harta_jvr
• Yuga/Brian: @yuga_clds
• Bagus: @bagusmahendra266
• Topeng kelinci: @secret.imx_sa

follow fanbase jerukminii:
@sauniverse.jm

Baru sadar aku, kalo rpnya lebih banyak cowoknya rpnya astagfirullah 😭

Continue Reading

You'll Also Like

914K 67.2K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1.1K 182 8
Perasaan cemas yang berlebihan. Orang yang di diagnosa ANXIETY mereka adalah orang-orang yang hebat, bahkan akan lebih hebat lagi jika dia bisa mele...
284K 43.9K 35
R13+ S E L E S A I ⚠TEORI BERTEBARAN⚠ "ɢᴏᴏᴅ ʟᴏᴏᴋɪɴɢ ≠ ᴢᴇʀᴏ ᴘʀᴏʙʟᴇᴍ" **** Siapa sangka sekolah khusus perempuan yang mengutamakan kecantikkan ini memp...
1.4K 1K 22
"Aku mencintainya, tapi aku juga menyayangi orang lain." -All "Don't expect too much, manusia itu gampang berubah." -Sya "Jangan merasa penting dalam...