KUMPULAN CERITA PANAS by Robe...

By RobertoGonzales95

272K 1K 23

Kumpulan Cerita Panas buatan Roberto Gonzales. Khusus 21 tahun ke atas. More

Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria (1)
Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria (2)
Pesta Bujang Liar si Pengantin Pria ( 3 )
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (1)
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (2)
Skandal Besar Menjelang Pernikahan (3)
Disewa Lionel (1)
Disewa Lionel (2)
Disewa Lionel (3)
- JEREMY MURAKAMI kembali -
Gigolo Biseks Simpanan Mama (1)
Gigolo Biseks Simpanan Mama (2)
Gigolo Biseks Simpanan Mama (3)
CASAMIGOS
CASAMIGOS - PROLOG
CASAMIGOS - 1: Ricardo
CASAMIGOS - 2: Kendall
CASAMIGOS - 3: Arjuna
CASAMIGOS: 4 - Sophia
CASAMIGOS: 5 - Intersection 1A
CASAMIGOS: 6 - Intersection 1B
Suami Yang Disetubuhi Cowok Macho Spanyol
Si Pemuas Satu Kos
Si Pemuas Satu Kos 2
Pacarku Sang Pemuas Satu Geng
Pemuas Suami Si Bos Bule
DRIVER OJOL ARAB PLUS - PLUS
Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku (1)
Tubuh Kekar Suamiku Dijadikan Mainan Lima Atasanku (2)
DISETUBUHI TEMAN MACHO ISTRIKU DI PESTA PANTAI BINAL (1)
TUBUHKU DIPINJAMKAN PACARKU DI PESTA LIAR
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (1)
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (2)
BODYGUARD "PLUS-PLUS" MODEL GANTENG ITALIA (3)
Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)
Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (2)
Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (1)
Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)
PEMUAS PARA PREMAN JALANAN
Memperawani Suami Muda Tetanggaku
Lubang Pemuas Pria-Pria Beristri
Malam Liar Sang Budak Korporat
Takdir Seorang C*mdump
Service Plus-Plus Barber Straight Turki
BULE ONLINE, PEREBUT KEPERJAKAANKU
Salah Kamar, Aku Dapat Sugar Daddy
Napas Buatan Dari Papa Sahabatku
MENGERJAI DADDY KEKAR BERISTRI
Menjebak Sopir Straight Bad Boy
MENJAJAL KEJANTANAN MASSEUR IMPOR RUSIA
LEGENDA SI OTONG MONSTER
MESIN PEMUAS MANTAN DAN GEBETAN
PELARIANKU SEORANG PRIA KEKAR BERISTRI
SI PEMUAS SEKAMPUNG
PEMILIK TUBUH INDAH SI PEMBANTU GANTENG
PELEGA DAHAGA SAHABAT PAPAKU

Disetubuhi Teman Macho Istriku di Pesta Pantai Binal (2)

1.6K 9 0
By RobertoGonzales95





CUPLIKAN SELANJUTNYA:
 

Alan sekarang terus memainkan payudara istriku tanpa sungkan-sungkan lagi dan mengobrol dengan penuh semangat. Mulut mereka dekat sekali dan sesekali terus berpagutan dengan sangat intim. Aku tak tahu apa yang tengah Alan ucapkan. Tetapi, melihat istriku yang terlihat melakukan setiap apapun yang Alan pinta, itu pasti sebuah paduan sempurna dari sebuah humor dan rayuan ulung seorang pria berpengalaman. Beberapa saat berikutnya, kembali tangan Madonna masuk ke dalam air. Kali ini, dia terlihat menahan nafas. Apapun yang Madonna pegang di dalam air tersebut, itu jelas membuatnya terkesan. Alan tertawa dan membisikkan sesuatu yang membuat tawa Madonna lebih pecah dengan kerasnya.

Kembali Madonna mengangkat tangannya ke atas dari dalam air, kemudian Alan meremas dua buah toketnya dengan gemas sebelum menjilati ketiak istriku. Hal itu membuat puting istriku terekspos dan melenting keras di hadapan mata Alan. Saat Alan menjilati salah satu ketiak Madonna, tangan nakal berpengalamannya menggelitik puting Madonna. Putingnya yang merekah terlihat sangat keras dan mencuat menggiurkan dari bulat kenyalnya payudaranya yang indah. 

{ SENSOR }
 

 

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 

 

CUPLIKAN SELANJUTNYA:


Alan sangat menikmati waktunya mengamati keindahan payudara Madonna untuk beberapa waktu. Kemudian, dia membungkuk mendekat ke arah Madonna dan membisikkan sesuatu di telinganya. Madonna tertawa genit dan kembali tangannya bergerak masuk ke air. Keduanya diam tak berbicara untuk beberapa saat sedangkan tangan Madonna bergerak naik turun di dalam air. Terlihat nyata kalau istriku tengah mengocok batang penis Alan. Beberapa detik kemudian, Madonna menoleh ke arahku dengan ragu-ragu. Aku yakin jika dia melihatku bergerak, maka dia akan langsung menghentikan apapun yang tengah dia lakukan itu. Tetapi aku tetap diam tak bergerak. Aku sadar seberapa besar rasa cemburu dalam dadaku seimbang pula dengan seberapa besar keinginanku untuk melihat apa yang akan terjadi berikutnya.

Madonna naik dari kolam renang, tidak peduli dadanya sudah telanjang. Bikininya sepertinya dipegangi Alan di dalam kolam. Setelah memastikan kalau aku masih tetap tertidur, Madonna turun ke tepian kolam dan masuk lagi ke dalam air. Sekarang, dia berdiri berhadapan dengan Alan. Kedua tangan Alan kembali meremas gemas payudara kenyal Madonna sedangkan tangan Madonna masuk ke dalam air lagi. Keduanya nampak sedikit menggeliat untuk beberapa saat. Aku hanya mampu menebak apa yang tengah mereka lakukan hingga celana renang Alan tiba-tiba saja muncul dari dalam air disamping tubuhnya. Madonna telah melepaskannya!

{ SENSOR }
 


( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

CUPLIKAN SELANJUTNYA:
 


Tiba-tiba, Alan memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit bibir bawahnya. Madonna melihat ke bawah dan menatap air, seakan-akan terhipnotis saat Alan mulai menggelinjang. Setelah beberapa saat, dia berhenti menggelinjang dan membuka matanya kembali. Alan lalu membisikkan sesuatu yang membuat Madonna menjerit dengan nada genit dan marah serta mendorong Alan menjauh. Sepertinya Madonna berhasil membuat Alan orgasme di dalam kolam

Tidak berhenti di sana, Alan mengangkat tubuh mungil Madonna agar terduduk di tepi kolam. Tidak memberi waktu Madonna untuk berpikir, Alan langsung melepas celana bikini Madonna yang mini dan seksi itu dan dijilatinya kelentit Madonna dengan lidah basahnya. 

{ SENSOR }
 


( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 


CUPLIKAN SELANJUTNYA:


Seperti tersambar petir, aku melihat tubuh Madonna kelojotan tidak mampu menahan rangsangan dari lidah berpengalaman Alan. Madonna langsung squirting! Cairan kewanitaan keluar deras dari lubang kecil memek Madonna! Dia bisa orgasme hanya dengan permainan lidah Alan di alat kewanitaannya! Alan tertawa dan terus menghisap habis cairan kewanitaan Madonna. Madonna tampak kegirangan sekali dipermainkan seperti itu. Alan lalu ikut naik ke tepian kolam renang. Perkakas kelaki-lakiannya yang menegang itu menempel di paha Madonna. Dia berbisik di telinga Madonna, lalu mereka tertawa cekakakan. Madonna kemudian menjulurkan lidahnya, menjilati mulut seksi pria tampan di depannya itu. Alan sesekali menyambut lidah Madonna dan terlibat dalam ciuman dahsyat dengan Madonna. 

Alan kembali mengakhiri cumbuannya dan berbisik lagi di telinga Madonna. Menanggapi kata-kata Alan yang tidak bisa kudengar, Madonna malah cekikikan seperti menolak permintaan nakal Alan. Alan langsung menjulurkan lidahnya dan membuka mulutnya lebar-lebar. Madonna sempat menoleh-noleh ke sekitar kami, termasuk melihat apakah tubuhku bergerak. Aku berusaha diam saja agar Madonna mengira aku masih tertidur. Di luar dugaanku, Madonna mendekati mulut pria tampan yang terulur di depannya itu dan meludahinya!

{ SENSOR }
 

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 


CUPLIKAN SELANJUTNYA:

“Ada yang terjadi lagi saat aku tertidur?”

“Tak begitu banyak, sayang,” jawabnya santai.

“Ada lagi yang mencuri lepas penutup dada?” desakku ingin tahu apakah dia akan berbicara jujur.

“Kenapa?” tanya istriku dengan nada menggoda. “Apa kamu ingin dengar tentang itu?”

“Mungkin,” jawabku, meskipun dengan cara penyampaiannya itu membuatku terdengar sangat ingin mendengarnya.

Well, tak ada lagi yang mencuri atau melepas penutup dada. Namun, saat bercengkrama dengan Alan, dia bilang dia ingin melihat payudaraku. Saat kutolak, dia terus merajuk. Jadi, kupikir dia juga sudah pernah melihatnya, kan? Kenapa aku tidak memberinya sedikit bonus lagi? Jadi, kubuka payudara di depan dirinya.”

“Oh,” jawabku.

“Jadi, kuturunkan sedikit penutup dadaku dan membiarkan dia melihatnya. Tapi hanya itu saja. Tak apa-apa kan sayang? Kamu tak marah padaku karena sudah memperlihatkan payudaraku sebentar pada teman priaku?” jawabnya dengan nada merajuk.

“Aku rasa begitu…” jawabku datar.

Padahal aku tahu jelas sekali dia sedang berbohong. Dia baru saja membuka penutup dadanya, membiarkan seorang pria tampan yang bukan suaminya mempermainkannya dengan tangan, mulut, dan lidahnya. Tangannya juga terus mempermainkan kontol pria lain sampai orgasme di dalam air! Bukan hanya itu, dia mencumbu mulut pria tampan itu dengan lidahnya dan meludahi mulut pria itu di hadapan orang-orang yang mungkin melihat! Selain itu, mereka berbaring telanjang bersama dengan tidak tahu malu di pinggiran kolam renang! Dia kira aku tidak melihatnya? Namun, aku hanya diam saja. Aku tidak mau bertengkar dengan istriku di depan banyak orang.

Kami mengemasi handuk kami dan kemudian berjalan mengikuti yang lain menuju ke area parkir. Kami masuk ke dalam van yang semua orang di dalamnya tak kukenal lalu mulai lah kami berangkat menuju ke pantai. Jalanan yang dilalui sangat jelek dan membuat van yang kami tumpangi terlonjak-lonjak. Namun, aku tak begitu merasakannya karena aku tengah fokus pada usaha untuk mengingat apa yang kusaksikan pada Madonna dan Alan tadi.

Saat tiba di pantai, kuperhatikan kalau perusahaan juga sudah menyiapkan sebuah arena untuk permainan bola voli lengkap dengan net-nya. Segera saja Kristin dan Nana berinisiatif untuk memulai sebuah pertandingan. Kuputuskan untuk rebahan di atas pasir saja dan melihat, berusaha untuk menata perasaan dan melegakan himpitan dalam dadaku setelah melihat Madonna berkontak intim dengan pria lain yang gilanya memang tampan dan menggoda itu. Madonna sendiri langsung bergabung dalam permainan. Kedua tim terbagi dalam kelompok wanita dan pria. Sebenarnya, pertandingan tersebut cukup menyenangkan untuk disaksikan karena Madonna dan teman-temannya ternyata lumayan mahir bermain. Selain itu, tentu saja karena para wanita terlihat begitu menawan saat melompat dalam balutan bikini minim mereka. Seiring jalannya pertandingan, suasana semakin bertambah panas. Kata-kata jorok dan ejekan penuh senda gurau terus bersahutan.

Kulihat tibalah saatnya bagi Madonna untuk melakukan serve.

“Siap-siap guys, kali ini kalian tak akan bisa mengembalikan!” teriaknya riang.

“Kamu mau bertaruh untuk penutup dadamu?” teriak Eddie membalas.

Langsung terdengar riuh rendah suara menyambut dari para penontonnya. Madonna terdiam beberapa saat. Mimik wajahnya terlihat berpikir keras dan bibir bagian bawahnya digigit, memperlihatkan ekspresi yang sangat seksi untuk menggoda para pemain pria.

“Boleh saja," kata Madonna terlihat menemukan sebuah ide cemerlang. "Kalau kamu tak bisa mengembalikannya, kamu harus melepas celanamu!”

“Tentu saja!” balas Eddie. "Tetapi, itu tidak akan terjadi, sayang!"

Madonna merespon dengan melempar bola di tangannya tinggi-tinggi dan mengirimkan sebuah serve yang sangat kuat. Aku tak yakin berapa banyak rekan kerjanya yang tahu bahwa dia saat kuliah dulu, Madonna termasuk andalan dalam tim bola voli. Bola tersebut mengarah sangat sesuai dengan yang dia inginkan, mendarat dengan tajam di antara dua pemain yang paling payah. Para wanita bersorak menyambutnya sedangkan para pria terlihat menepuk kepalanya sambil mengerang kesal. Eddie bersiul dan menghadap ke arah Madonna, kemudian mencengkeram celananya dan menurunkannya. Eddie melepas celananya sampai tampil polos di depan semua teman-temannya. Dia tampak sangat pede dengan batang kejantanannya itu. Batang penis Eddie tak sepanjang milik Dave namun jauh lebih besar. Bentuknya bagus dan bulu-bulunya dicukur rapi sehingga enak dipandang. Ukurannya pun benar-benar cukup besar sampai-sampai mengundang siulan dan teriakan dari para wanita. Madonna menatap penis menggiurkan Eddie itu dengan senyum birahi tercetak jelas di wajahnya. Belum pernah dia menatap batang penisku dengan ekspresi seperti itu sebelumnya.

Madonna bersiap untuk serve berikutnya dan berteriak pada seorang pria yang tak kukenal.

“Hei, Don! Mau bertaruh yang sama juga?”

Doni melihat ke arah Eddie, lalu beralih ke dada istriku, kemudian menjawab, “Tentu saja!”

Madonna memberikan sebuah serve penuh tenaga lagi, namun kali ini para pria sudah lebih siap menyambutnya. Salah seorang pria melompat menyambut datangnya bola. Bola tersebut melayang cukup tinggi bagi Dave untuk menyambutnya dengan smash yang cukup keras. Para wanita terlihat terkejut dengan serangan tersebut. Begitu bola mendarat mulus di atas pasir, para pria berteriak menyambutnya, “Lepas!!! Lepas!!! Lepas!!!”

Madonna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia tertawa malu-malu, lalu tangannya bergerak ke belakang tubuhnya untuk melepaskan penutup dadanya. Dia menahannya di dada untuk beberapa saat, sengaja memancing reaksi para laki-lakui. Para laki-laki berteriak agar Madonna segera melepas kain yang menutuh buah dadanya. Kulihat kontol Eddie yang bergelantungan tanpa ditutupi itu sedikit menegang, berpikir jorong tentang buah dada montok istriku. Madonna kemudian melepas kain penutup dada tersebut ke samping. Payudara bulat indahnya yang dihiasi puting merah muda mencuat, terpampang jelas tanpa penghalang lagi. Para pria mulai bersiul dan berteriak menyambutnya, sedangkan Madonna tampak memerah wajahnya dan tertawa.

Madonna memainkan sisa pertandingan dengan bertelanjang dada, membuat semua orang mendapatkan sebuah tontonan indah. Setiap kali dia berlari atau melompat untuk mengembalikan bola, payudaranya akan memantul dengan seksi. Kuperhatikan semua selangkangan para pria terlihat menonjol karena ereksinya melihat semua gerakan istriku, khususnya Eddie yang sudah telanjang bulat di depan kami semua sekarang.

Tak lama kemudian, pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan di pihak tim perempuan. Madonna berjalan memungut penutup dadanya, tapi tak memakainya kembali. Lalu, dia berjalan menghampiri Eddie, yang baru saja mengambil celananya. Kuamati dia agak merentangkan punggungnya ke belakang, membuat payudaranya lebih menonjol kedepan. Mereka mulai mengobrolkan sesuatu, dan kuperhatikan pandangan istriku lebih sering tertuju pada batang penis besarnya Eddie dan mata Eddie juga seakan tak mau lepas dari dada istriku.

Eddie mengucapkan sesuatu, lalu mendorongkan batang penisnya ke arah istriku. Madonna tertawa genit dan menggelengkan kepalanya, tapi pandangannya tak beralih dari batang penis tersebut. Eddie tetap pada posisinya, tak bergerak dan setelah beberapa lama tangan istriku menggapai ke depan dan menggenggam batang penis milik Eddie. Dia memeganginya sejenak, kemudian dia sedikit menggoyangkannya dan dia tertawa senang. Istriku kembali meloco kontol pria lain di depan semua orang!

Eddie juga tertawa menanggapi tingkah binal istriku. Kemudian, tangannya terjulur ke depan dan menarik bagian depan dari kain penutup selangkangan yang dipakai Madonna. Eddie membungkuk ke depan untuk mengintip vagina istriku, sedangkan Madonna menjerit malu namun tak berusaha menghentikannya. Tiba-tiba saja Eddie menyentakkannya turun hingga ke pergelangan kaki istriku. Madonna menjerit, membuat semua orang menoleh ke arahnya dan menyaksikan vaginanya yang dihiasi rambut tercukur rapi terekspos penuh. Tubuh indah istriku telah telanjang seutuhnya sekarang, dan ekspresi malunya semakin membuatnya terlihat sangat cantik. Dengan cepat Madonna menaikkan penutup tubuh bawahnya dengan diiringi sorakan para pria. Namun, dia tak memakai kembali penutup dadanya. 

Matahari sudah mulai beranjak ke peraduannya sekarang. Kristin lalu meminta semua orang untuk kembali ke resort dan semuanya diminta untuk berkumpul kembali di hot tub jam 10 nanti. Kami mulai berkemas dan berjalan menuju mobil. Kami berjalan dengan santai dan saat kami tiba ke tempat parkir, yang tersisa hanya sebuah minivan kecil dan orang yang masih ada berjumlah delapan orang. Istriku adalah satu-satunya wanita di kelompok ini dan pria yang aku kenal dalam grup ini hanyalah Gary, Dave, dan Martin. Gary naik ke kursi pengemudi dan menyuruh kita semua untuk segera masuk ke dalam mobil. Martin pun menyapaku dan aku sedikit ngobrol ringan dengan dia karena aku merasa tidak enak dengan apa yang terjadi di kolam tadi.

“Hei, Madonna, duduk disini saja!" 

Baru saja aku hendak menyuruh istriku agar duduk di kursi belakang, Dave yang berada di kursi depan berkata, "Kupangku! Biar semuanya cukup.”

Madonna sama sekali tak melirikku untuk meminta persetujuan.

“Oke,” dia tertawa manja, “Tapi jangan macam-macam, ya!”

Kemudian, dia naik ke pangkuan Dave dengan masih hanya memakai penutup tubuh bawahnya saja. Para pria yang lainnya dengan cepat saling berebut naik ke kursi tengah, membuatku terpaksa duduk jauh di belakang.

Semua orang kecuali aku dan Martin sudah dalam keadaan lumayan mabuk. Aku duduk dibelakang, di samping Martin dan berbicara tentang sepak bola dengan asyik. Aku tetap berbicara santai dengan Martin tetapi aku juga terus was-was mengawasi istriku yang berada di depan. Aku tak mau Dave mengambil kesempatan dalam situasi ini. Sudut pandangku sangat kurang menguntungkan, sehingga aku harus membungkuk ke depan untuk dapat melihat apa yang terjadi di kursi depan.

"Saya sih sekarang suka sekali dengan Polandia karena Robert Lewandowski itu seksi sekali," kata Martin sudah tidak segan-segan mengucapkan apa yang ada di pikirannya kepadaku.

Ilustrasi: Robert Lewandowski

"Dia memang tampan sih," kataku berusaha menimpali pembicaraanya sopan. "Apalagi mainnya juga sedang dalam kondisi prima."

Pada awalnya, kulihat istriku nampak bersandar ke tubuh Dave di belakangnya. Dave berusaha memasang sabuk pengaman ke tubuh mereka berdua. Itu membuatnya harus meraih sabuk dari depan dan tangannya menyentuh payudara Madonna karenanya. Dave melakukannya lebih lama dari yang seharusnya, tapi Madonna hanya membiarkannya saja.

Kami mulai memasuki jalanan yang jelek, membuat mini-van ini melompat-lompat dan penumpang yang berada di dalamnya jadi terguncang. Di tengah guncangan yang terjadi itu, kuamati tangan Dave yang semula berada di dada Madonna bergeser ke pahanya. Keduanya asik mengobrol dan tertawa-tawa. Karena aku sedang duduk jauh di belakang dan ditambah pula terdengarnya suara berisik para pria-pria lain di sekitarku yang juga membicarakan sepak bola dengan sura yang keras, aku sama sekali tidak dapat mendengar apa yang tengah dibicarakan Madonna dengan Dave.

Satu dari pria itu menoleh padaku dan bertanya tentang tim sepak bola favoritku. Aku berusaha untuk tetap fokus pada kejadian di kursi depan, tapi aku tak ingin menarik perhatian teman-teman pria Madonna ini karena takut dianggap kolot. Jadi, kujawab saja pertanyaaan pria tersebut dan mulai masuk dalam perbincangan tentang sepak bola bersama mereka. Jalanan yang kami lalui semakin parah medannya, dan aku harus susah payah menjaga posisiku agar tetap stabil dan fokus pada perbincangan kami tersebut.

Saat akhirnya aku bisa melirik ke arah depan lagi, kuperhatikan Madonna dan Dave sudah tak memakai sabuk pengaman lagi. Tak ada yang kelihatan aneh. Tangan Dave masih berada di pinggang istriku meskipun sekarang posisi duduk Madonna agak lebih naik di pangkuan Dave dan terguncang naik turun. Kupikir guncangan tersebut disebabkan oleh buruknya kondisi jalan. Anehnya, saat mobil berhenti di lampu merah, kuperhatikan tubuh Madonna tetap bergerak naik turun. Aku tak bisa melihat ekspresi keduanya dan tiba-tiba saja sebuah prasangka buruk menyergap otakku. Jangan-jangan saat ini Dave sedang menyetubuhi istriku

{ SENSOR }
 


( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )

CUPLIKAN SELANJUTNYA:
 

“Hei,” kataku saat semua pria sudah berjalan menjauh di depan. “Apa yang sudah terjadi di kursi depan tadi?”

“Apa?" tanya Madonna terdengar terkejut namun juga bersemangat. "Apa yang sudah kamu lihat?”

“Aku tak bisa melihat dengan jelas, tetapi kuperhatikan kalau Dave terlihat sangat menikmati keadaannya,” jawabku mencoba berkilah.

“Jangan marah, sayang, kami hanya bercanda saja,” kata Madonna mulai menjelaskan. “Dave terus mengeluh tentang celananya yang sangat sesak. Jadi, aku menyuruhnya untuk menurunkannya sedikit kalau dia mau. Sebenarnya, aku cuma bercanda dan bermaksud menggodanya saja. Aku tak bermaksud agar dia benar-benar melakukannya. Tetapi, di luar dugaanku, dia sungguh-sungguh melakukannya. Andai saja kamu melihat betapa batang penisnya sungguh sangat besar."

Madonna menerangkan hal itu dengan suara pelan namun punuh gairah. Dia tampak luar biasa bersemangat menceritakan apa yang baru saja terjadi dengan dirinya.

“Sayang, batang penisnya itu sungguh besar! Aku menggesek-geseknya dengan pantatku beberapa saat. Lalu, dia sepertinya menarik penutup tubuh bawahku ke samping dan kepala penisnya menyelinap masuk ke dalam bibir vaginaku begitu saja. Aku rasa itu tak sengaja. Dan kamu tahu, kondisi jalannya yang sangat parah kan? Tubuhku jadi terangkat naik turun dan itu membuat batang penisnya semakin masuk bertambah dalam... Hingga akhirnya… Kamu mungkin tak percaya, sayang, batang penisnya jadi masuk semuanya! Tapi baru sebentar saja aku merasakan vaginaku terisi penuh, mobilnya menghantam gundukan yang besar dan batang penisnya jadi tercabut keluar begitu saja. Lalu, segera aku betulkan lagi penutup tubuh bawahku dan selesai. Itu saja kok!”

Ekspresi wajahnya jadi bergairah dan mengiba di saat yang bersamaan. Dia tidak mau aku marah padanya. Sebenarnya itu mustahil! Apa aku pria gila menurutnya? Apa aku pria yang akan membiarkan saja istriku disetubuhi di mobil di dalam banyak orang? Apalagi, jelas-jelas dia berbohong! Setidaknya, kontol Dave sudah menyetubuhi istriku lebih dari dua puluh menit! Dia telah membuat kontolnya bersarang di vagina istriku, yang harusnya menjadi satu-satunya milikku, selama dua puluh menit!

“Tak apa-apa kan sayang? Bukan masalah besar kan? Ini benar-benar kecelakaan dan lagipula dia tak sampai keluar.”

Aku sama sekali tak mampu bicara lagi. Istriku telah berterus terang dengan sangat gamblang kalau dia baru saja disetubuhi seorang pria. Tapi, apa yang bisa kuperbuat? Aku tak mungkin membuat keributan besar di resort ini, di hadapan semua orang.

\

Ilustrasi: Robert

“Yah… Kalau dia tak sampai keluar..." kataku akhirnya menjawab lirih. "Kurasa itu tak jadi masalah...”

“Kamu sungguh suami yang sangat pengertian sayang!” teriaknya senang sambil memelukku. “Ayo, kita cari sesuatu untuk makan malam!”

Makan malam berlalu tanpa ada kejadian berarti. Kami makan sandwich di kamar hotel melalui room service. Aku lebih banyak diam sekarang, berharap Madonna akan meminta maaf atau mengucapkan sesuatu mengenai persetubuhan tadi. Tetapi, dia sepertinya terlihat menghindar terus. Aku berbaring di atas ranjang, bermaksud untuk mengistirahatkan mataku sebentar. Sepertinya, aku telah jatuh tertidur cukup lama. Saat aku bangun, jam sudah menunjukkan pukul 22:30, dan Madonna sudah tak berada di dalam kamar. Aku bergegas turun menuju emperan belakang hotel. Di perjalanan, aku bertemu dengan Martin! Gilanya lagi, dia sudah bertelanjang bulat di sekitar hotel, tidak peduli orang-orang melihat tubuh atletisnya secara polos tanpa sehelai benang pun. Kontolnya yang besar dan berwarna merah muda yang bersih itu terayun-ayun santai, sedikit menegang. Sepertinya, dia baru saja menikmati rangsangan yang berpengaruh ke ereksi kontolnya.

"Robert?" tanyanya kaget saat melihatku, namun sama sekali tidak berusaha menutupi kontol besarnya dari pandangan mataku.

"Martin?" tanyaku grogi, tidak berani memandang langsung tubuh seksi Martin karena malu dan canggung. "Kok tidak ikut bersama yang lain?"

Ilustrasi: Martin

Tidak bisa kupungkiri, aku terpana dengan batang kejantanan Martin. Meski aku tidak menyukai sesama jenis, batang perkasa Martin tetap menjadi objek yang enak dipandang mata. Batang kejantanannya besar dan berwarna merah muda, tampak bersih dan terawat. Bulu-bulunya dicukur rapi dan dua testis besar yang berisi banyak stok cairan kejantanan nampak di sana.

"Madonna bilang kamu sedang tidur?" tanyanya lagi.

Aku jadi curiga dengan apa yang terjadi.

"Iya, aku tidak sengaja terbangun, Martin..." kataku pelan. "Madonna di mana? Kamu sendiri mau ke mana?"

"Kamu mau ikut saya ke bar?" tanya Martin cepat-cepat. "Mau minum bersamaku?"

Aku keheranan melihat tingkahnya. Dia terus mendesak aku mengikutinya, seperti melarangku pergi menemui Madonna dan teman-temannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Bagaimana?" tanya Martin lagi. "Tolong lah...Saya ingin bertanya sesuatu padamu..."

"Tetapi, itu..." kataku bingung.

"Itu apa?" tanya Martin, lalu meraih tanganku. "Ayo kita pergi!"

"Tunggu," sergahku pada Martin. "Masalah itu..."

"Masalah apa?" Martin makin kebingungan dengan perkataanku.

"Itu," kataku lalu menuding kontolnya. "Kamu mau ke bar dengan tubuh telanjang bulat dan kontol terayun-ayun seperti itu?"

Martin menyadari ketelanjangannya lalu tertawa lepas. Dia menertawai dirinya sendiri.

"Oh ya, saya sampai lupa!" katanya memukul dahinya sendiri. "Tunggu, ya! Saya mau mengambil celana di kamar! Tolong kamu tunggu di sini!"

Aku mengambil kesempatan itu untuk segera berlari mencari Madonna dan teman-teman lainnya hingga aku sampai di hot tub yang dibicarakan Kristin tadi. Di sana, orang-orang sudah ramai di sekitar hot tub sambil minum dan tertawa. Madonna memang sudah berada di sana. Dia pasti mengambil kesempatan untuk pergi terlebih dulu saat aku tertidur tadi. Beberapa wanita sudah tak memakai pakaian apa-apa lagi alias telanjang bulat, dan kebanyakan dari mereka saling bercumbu dengan terang-terangan. Suasana ini seperti layaknya pesta saat kuliah dulu di mana anak muda dipenuhi nafsu berahi, bukan sebuah pesta kantor orang dewasa. Madonna berjalan menghampiriku. Dia sudah dalam keadaan mabuk dan langsung memberiku sebuah pelukan hangat.

“Sayang, tak apa-apa kan kalau aku lepaskan semua penutup tubuhku?” tanyanya.

“Apa?” kataku sangat terkejut. “Semuanya?”

“Ayolah sayang, bukan masalah besar kan?,” jawabnya. “Semua orang sudah melihat payudaraku, dan beberapa orang juga sudah melihatku telanjang bulat saat Eddie menurunkan penutup tubuh bawahku. Orang lain juga sudah telanjang. Kita semua di sini memang datang untuk bersenang-senang dan merasa nyaman.”

Madonna tak menunggu responku. Aku yakin dia datang bukan meminta izinku melainkan memaksaku menerima keputusannya. Dia langsung berbalik dan berjalan menuju hot tub dan mulai melepas penutup dadanya. Saat para pria mulai bersiul padanya, dia menurunkan penutup tubuh bagian bawahnya, memperlihatkan pantatnya yang bulat dan kencang. Para pria yang berada di hadapannya mendapatkan pemandangan menawan dari vaginanya, dan semua orang menatap ke arahnya saat dengan perlahan dia mulai turun dan masuk ke dalam hot tub. Madonna menyusup di antara wanita lain yang juga bertelanjang bulat dan duduk, menurunkan tubuhnya hingga hanya bahunya yang nampak menyembul dari atas permukaan air. Setidaknya dia membiarkan air menutupi tubuhnya, pikirku.

Aku berjalan menuju ke bar di dekat situ dan minum beberapa shot tequila sambil berbincang dengan para pria yang berada di sana sebelum Martin mendatangiku dengan panik. Sepertinya, aku mulai mabuk. Aku lalu meminta sebotol bir dingin.

"Kenapa tidak menunggu seperti permintaanku tadi? tanya Martin cemas.

"Oh, Martin," kataku menanggapi. "Ayo kemari lah! Di sini juga ada bar kecil! Mari kita minum, kawan!"

Martin duduk di sampingku dengan pandangan campur aduk. Dia tetap bertelanjang dada, memamerkan ototnya yang seksi dan kulitnya yang bersih dan tampak halus itu. Sekarang, kontol besarnya tadi sudah tertutup celana renang seksi berwarna biru tua. Diam-diam, aku jadi penasaran melihat batang kejantanannya seperti tadi.

"Mau minum apa, kawan?" tanyaku berusaha lebih hangat dan ramah.

Mungkin karena aku sedikit mabuk, aku jadi lebih terbuka dan lebih bersahabat pada Martin.

"Sama saja dengan kamu deh."

Kuminta bir dingin ke bartender di situ yang tampak santai saja dengan pesta telanjang yang terjadi. Sayangnya, birnya sudah habis.

"Oh, sayang sekali bir-nya sudah habis, kawan," kataku dengan nada menyesal. "Kalau kamu tidak keberatan, kita bisa berbagai bir ini bersama. Bagaimana?"

Martin kelihatan sumringah. Aku tidak yakin karena apa. Apa ini karena dia bisa berbagi minuman denganku? Apa dia bersemangat ketika bisa minum bir bekas mulutku dan saling meminum bekas ludah satu sama lain? Aku tidak tahu... Tetapi, jujur saja, di posisi sekarang di mana kepercayaan diriku sebagai seorang laki-laki digerus hancur karena perbuatan seksual istriku dengan pria lain, aku senang mendapati Martin mengingini diriku.


Ilustrasi: Robert



"Jadi, kenapa kamu mengingini aku, Martin?" tanyaku terus terang karena pengaruh tequila dan bir dingin yang kuminum bergantian dari botolnya bersama Martin.

"Apa?" Martin nampak shock dengan pertanyaanku.

"Sudahlah, kawan," kataku memeluknya. "Kita sama-sama laki-laki dewasa... Aku tahu kamu menyukaiku secara seksual... Aku hanya ingin tahu, kenapa kamu yang tampan, macho, dan berbadan atletis ini bisa menjadi gay dan menyukai pria sepertiku?"

"Saya tidak gay..." jawab Martin sedikit kesal.

"Ya maksudku biseksual... Atau apa lah," kataku bingung sambil memejamkan mataku, meresapi rasa high yang menguasai tubuhku. "Katakan padaku... Kenapa kamu menginginkanku? Kenapa kamu ingin bercinta dengan aku, seorang pria yang membosankan dan kolot ini, hah?"

"Siapa yang bilang kamu membosankan?" tanya Martin semakin mendekati wajahku. "Kamu adalah salah satu pria yang paling tampan yang pernah saya lihat..."

"Benarkah?" tanyaku senang dan sumringah mendapatkan pujian manis dari mulut Martin. "Kamu orang pertama yang memuji diriku seperti ini... Aku sampai tersanjung..."

"Bukan hanya itu saja, Robert," kata Martin menambahi. "Kamu juga pria yang cerdas... Saya tahu kamu sepertinya tidak terlalu ekspresif ataupun terbuka pada orang lain... Tetapi, kamu pandai berbicara dan bisa membuat orang merasa nyaman denganmu... Buktinya, hampir semua orang disini suka mengajak kamu berbicara, kan? Dan kamu selalu bisa membawa diri dengan baik..."

Aku cuma tertawa, lalu mendekatkan wajahku ke arah wajahnya. Kuraih pipinya dengan tanganku, lalu aku bergurau seakan-akan menampar pipinya dengan gerakan pelan beberapa kali.


Ilustrasi: Martin

"Ya Tuhan, Martin, kamu pandai sekali merayu," kataku lalu menempelkan dahiku ke dahinya, lalu kembali berbalik menggodanya. "Kamu mengatakan hal ini agar kamu bisa membawaku kembali ke kamarmu malam ini, kan?"

"Memang seperti itu rencanaku."

"Apa?" tanyaku kaget dengan kejujuran spontan pria 24 tahun di depanku ini.

Aku mengira dia tidak akan berani menjawab pertanyaan guyonanku tadi.

"Saya memang ingin kamu tidur di kamar saya malam ini, Robert," kata Martin tegas dan matanya memandang mataku dalam-dalam dari posisi dekat. "Apa kamu bersedia?"

"Tentu saja tidak bisa lah," kataku terkekeh, bingung harus menanggapi perkataan pria tampan di depanku ini dengan guyonan atau serius. "Aku sudah menikah, Martin... Mau dikemanakan Madonna malam ini? Selain itu, aku kan bukan gay..."

"Kalau begitu cium saya sekarang..."

"Apa?" tanyaku kaget. "Kenapa aku harus menciummu?"

Wajah tampan Martin tersenyum mesum kepadaku, lalu berbisik dekat sekali dari mulutku. Aku bisa merasakan napasnya yang hangat dan mulai bau alkohol itu berada di dekat wajahku.

"Ciumlah bibir saya sekarang, Robert..." kata Martin lembut. "Setidaknya, hormatilah saya sebagai seorang pria... Bila kamu tidak bisa menerima ajakan saya untuk bercinta, setidaknya hargai saya dengan mencium bibir saya sekali saja..."

Aku terpaku dengan keberanian Martin. Dia benar-benar sedang memintaku menciumnya dengan tegas seperti seorang laki-laki yang tahu benar apa yang dia mau dan apa yang pantas dia dapatkan. Mukaku jadi memerah karena merasa diingini oleh pria macho di depanku ini. Padahal aku juga seorang laki-laki normal!

"Bagaimana, Robert?" kata Martin sambil tangannya gantian meraih pipiku. "Kamu mengizinkan saya mengecup bibirmu barang sekali saja?"

Aku tertunduk malu.

"Aku bingung, Martin..." kataku jujur.

Perasaanku benar-benar campur aduk. Entah ini karena alkohol atau karena apa. Yang jelas, aku sekarang merasa seperti sedang naik roller coaster emosi diri sendiri. Sepuluh menit yang lalu, aku merasa sedih karena aku merasa sebagai suami yang gagal. Istriku ditelanjangi, diciumi, dan disetubuhi di depan mata kepalaku sendiri. Sekarang, aku merasa bahagia karena seseorang menginginiku dengan tegas dan ingin menikmati nikmatnya bibirku. Gilanya lagi, orang itu seorang pria...

"Hanya ciuman persahabatan saja," Martin tiba-tiba dengan lancang mencium pipi kiriku. Mataku terbelalak. "Jangan dianggap hal besar, Robert... Saya hanya ingin mengenalmu lebih dalam... Saya perlu mengecap bibirmu..."

Martin kembali mencium pipi kananku. Aku cuma bisa memejamkan mataku dalam-dalam. Kecupan mulut Martin yang disertai aroma napasnya yang jantan entah kenapa membuat kontolku menegang. Martin lalu mengecup dahiku dengan penuh kasih sayang. Tubuhku langsung bergidik pelan. Dia lalu mengarahkan hidungnya bersentuhan dengan hidungku. Posisi bibir kami dekat sekali. Aku bisa merasakan napasnya yang hangat dan bercampur bau alkohol yang entah membuat diriku makin bernafsu. Namun, dia tidak kunjung menyentuhkan bibirku dengan bibirnya. Aku yang mulai tidak sabar membuka mataku. Martin menatap mataku dalam-dalam.

"Boleh saya melakukannya, Robert?" tanyanya lembut.

Aku hilang kendali. Aku mengangguk. Martin mendekatkan bibirnya dan mengecup bibirku lembut. Ciumannya hangat sekali. Ciuman ini terasa penuh dengan rasa hormat. Tidak ada lidah yang ikut campur. Namun, ciuman ini terasa penuh gairah dan kehangatan. Martin mengecupkan bibirnya sekitar lima detik ke bibirku, lalu dia melepaskannya. Dia memandang wajahku lagi dan tersenyum manis sekali. Gawat! Aku ingin lebih!

Sebelum aku sempat balas melumat bibir Martin, seseorang menablek Martin dari belakang. Dia lalu berbisik ke telinga Martin. Martin lalu berpamitan pergi kepadaku sebentar.

"Tunggu sekitar sepuluh menit ya, Robert," kata Martin sengaja berbisik ke telingaku dalam jarak intim. Mulut nakalnya bahkan sempat menjilat telingaku. Tubuhku langsung bereaksi dengan guncangan. "Saya akan kembali secepat mungkin."

Aku mengangguk dengan degupan jantung yang hebat di dadaku. Martin berhasil menaikkan gairahku! Gawat sekali! Bagaimana kalau malam ini dia berhasil membawaku ke kasurnya? Apakah aku akan menjadi gay? Aku tidak mau!

Perhatianku langsung kuarahkan tertuju pada sekelompok orang di sebuah sudut di dekatku dan kulihat Melly berada dalam kelompok tersebut. Dia bertelanjang dada. Payudaranya yang kecil namun terlihat kencang tersebut nampak indah dihiasi puting yang lebih besar dari milik istriku dan mencuat keras. Terlihat dia sangat semangat bicara dan itu membuat semua pria di sekelilingnya tertawa.

Tiba-tiba saja dia menurunkan bagian depan dari penutup tubuh bawahnya dan memperlihatkan vaginanya yang tercukur bersih. Para lelaki tersebut riuh menyambutnya dan mata mereka melahap dengan rakus pemandangan indah dan gratis di hadapan mereka. Aku fokuskan perhatianku untuk berusaha mendengar apa yang mereka perbincangkan.

“Rasanya sungguh hebat!” kudengar Melly berkata sambil menaikkan lagi penutup tubuh bawahnya. “Sekali kamu di wax, kamu tak akan bisa berhenti lagi! Suruh kekasih kalian untuk mencobanya.”

“Ya, kalau kamu bilang begitu,” salah seorang pria berkata. “Maksudku, itu memang terlihat bagus. Aku akan bilang kekasihku tentang ini.”

“Mungkin dia akan lebih merasa yakin kalau kamu melakukannya lagi,” canda salah seorang pria.

Pria yang lainnya tertawa dengan riuh menimpalinya. Melly memutar bola matanya dengan seksi.

“Ini, lihat yang baik,” katanya lalu menurunkan penutup tubuh bawahnya tersebut hingga ke mata kakinya.

Dengan telanjang bulat, dia tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya yang disambut dengan siulan nakal para pria. Aku sedang terpesona dengan tubuh kencang milik Melly saat telingaku mendengar seseorang dari arah hot tub berteriak, “Ini terlalu penuh!”

“Hei, Madonna, duduk dipangkuanku sini!” kata Eddie. “Biar yang lain kebagian tempat!”

Istriku terdengar tertawa dengan manja.

“Tapi orang-orang akan bisa melihat dadaku!” jawab Madonna pura-pura malu. “Selain itu, aku sudah tidak memakai penutup vaginaku lagi di selangkanganku!”

“Bagus kan!” balas Dave, diiringi suara tawa orang-orang.

“Ayolah, lagipula kami sudah pernah melihat semuanya tadi,” jawab Eddie.

Madonna tertawa lalu berdiri, mengangkat payudaranya dari dalam air. Dia berjalan melintas dan duduk di pangkuan Eddie. Terlihat payudaranya terguncang saat dia duduk. Eddie merangkulnya dan memegangi kedua daging payudara istriku dengan telapak tangannya.

“Nah, begini” katanya, “Sekarang tak seorangpun yang bisa melihat payudara Madonna!”

Semua orang tertawa, termasuk istriku. Lalu, mereka kembali asik mengobrol lagi. Namun, perhatianku tetap tertuju pada istriku dan Eddie. Tangannya tetap tak dia singkirkan dari dada istriku. Tak beberapa lama kemudian, tangannya mulai bergerak meremas dan membelai payudara kenyal Madonna tanpa malu-malu. Madonna bersandar ke belakang dan membisikkan sesuatu ke telinga Eddie. Kemudian, tangan Eddie mulai memilin putingnya dengan lembut. Madonna tersenyum lebar dan mengatur posisi tubuhnya hingga Eddie lebih leluasa meremas dan membelai payudaranya.

Aku baru saja hendak melangkah mendekati istriku dengan naik pitam saat Nina berjalan mendekatiku dan mulai bicara. Aku tak mau bersikap kasar. Kudengar dengan seksama saat dia yang kondisinya sudah mabuk tersebut mulai berbicara betapa cantik dan baiknya istriku serta bagaimana senangnya dia bisa bekerja bersama Madonna di kantor. Aku terus berusaha melirik ke arah istriku dan Eddie, tetapi Nina menghalangi pandanganku. Setelah beberapa lama, aku menyerah dan mengalihkan seluruh perhatianku pada Nina. Dia terlihat sangat menarik dengan rambut ikalnya yang panjang dan postur tubuh yang menyerupai seorang model. Dia mengenakan pakaian renang one-piece warna hitam yang terlihat tak mampu menampung payudaranya yang begitu besar. Aku merasa nyaman memandanginya karena keadaannya yang mabuk sehingga dia tak akan menyadarinya, atau mungkin juga karena keadaanku yang sudah mabuk juga. Dia kemudian bicara tentang dia baru saja memasang anting di pusarnya.

“Kamu mau melihatnya?” tiba-tiba dia bertanya padaku, menyentakkan aku dari lamunan.

“Hmmm, melihat…nya?” jawabku, mencoba menutupi kalau aku tadi tak terlalu mendengarkannya.

“Anting pusarku!" katanya mengulangi. "Kamu mau melihatnya?”

“Oh, tentu,” jawabku.

Aku tak begitu yakin bagaimana cara dia memperlihatkannya padaku karena pusarnya itu berada di balik baju renang one piece yang dia pakai. Pada awalnya, dia berusaha menyingkapkan pakaian renangnya untuk memperlihatkan pusarnya padaku. Tetapi, pakaiannya tersebut sangat ketat. Setelah beberapa saat, dia kemudian menyerah, dan yang membuatku terkejut, dia mulai menurunkan tali penahan dari bahunya. Dia turunkan hingga pinggangnya, mengekspos payudaranya yang besar dan perutnya yang kencang.

“Lihat kan?” katanya santai sambil menunjuk anting di pusarnya. “Aku rasa agak kebesaran ukurannya.”

Aku sedang berusaha agar terlihat memperhatikan antingnya, tapi mulutku menjawab dengan terbata-bata dengan mataku yang tak mau lepas dari dadanya.

"Tidak...kebesaran..." kataku. "Cocok sekali dengan...dengan pusarmu."

“Aw, kamu sangat manis,” jawabnya. “Madonna sangat beruntung memilikimu!”

Kemudian dia melangkah pergi dengan dadanya masih terekspos, meninggalkanku. Aku mulai berpikir ada apa dengan teman-teman Madonna ini? Mereka semua sinting sekali…

Tiba-tiba, aku kembali teringat akan istriku dan Eddie. Lalu, aku menoleh tepat di saat kulihat Madonna sedang mengangkat tubuhnya dari pangkuan Eddie. Keduanya terlihat berat nafasnya dan Eddie tersenyum dengan lebar. Eddie bangkit dan mengangkat tubuhnya dari dalam hot tub dan sekarang kulihat dia telanjang bulat. Batang penisnya yang besar itu tanpa separuh tegang dan terayun-ayun di selangkangannya. Bayangan tubuh telanjang istriku di atas pangkuannya segera membuatku merasa resah dan khawatir kalau pria ini sudah menyetubuhi istriku seperti halnya Dave. Kulihat ke arah istriku lagi dan kulihat dia tengah duduk di dalam hot tub dan asik mengobrol dengan salah seorang wanita yang bertelanjang dada. Wanita tersebut menunjuk ke arah Eddie dan Madonna mengangguk, lalu keduanya menjerit genit dan tertawa keras.

Di titik ini aku merasa sudah terlambat untuk berbuat sesuatu, dan hanya berdiri saja di sana melihat semua yang tengah terjadi. Aku mulai merasa aneh dan takut kalau aku tak lagi memusingkan ini semua. Tanpa memberitahu istriku, aku putuskan untuk kembali ke kamar. Aku rasa kalau dia melihatku pergi, dia akan sadar kalau aku sudah marah. Oh, ternyata aku salah! Madonna yang melihatku pergi malah melambai-lambaikan tangannya dengan riang dan tampak senang aku meninggalkan dirinya. Hatiku hancur! Aku berlari kembali ke kamar.

Di tengah perjalanan ke kamar, tubuhku menabrak tubuh seorang pria yang bertelanjang dada. Aku langsung meminta maaf dan tidak bisa menyembunyikan air mataku.

"Maafkan aku!" kataku lalu mengelap air mataku.

"Robert!" kata pria yang kutabrak tadi panik. "Kenapa kamu menangis?"

Ternyata Martin. Martin memegang kedua pundakku, lalu memandang mataku.

"Ada apa?" tanya Martin kebingungan. "Ada yang bisa kubantu?"

Aku mengelap mataku dan memandang Martin tajam. Aku mengangguk mantap di depan Martin.

"Apa yang bisa kubantu?"

"Bercintalah denganku, Martin..." kataku tegas. "Bukan cuma Madonna yang bisa berbuat gila... Aku juga..."

Martin terpana melihat perkataan gilaku itu. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Dia langsung tampak sumringah dan mengangguk-angguk padaku, menyetujui untuk memenuhi permintaanku.

"Mari bercinta, Robert..."

[ … ]

Ilustrasi: Robert


Kami masuk ke kamar Martin dengan mulut berpagutan liar seperti dua tokoh telenovela yang sedang dimabuk cinta dan dilanda berahi liar. Mulut dan lidah Martin yang segar itu terus menginvasi mulutku, membuat diriku tidak berkutik. Terus kubuka saja mulutku, membiarkan ludahnya masuk semau dirinya. Aku pasrah... Diam-diam aku menyukai cumbuan pria muda ini di mulutku. Terlihat sekali jam terbangnya dalam bercumbu yang pasti bukan main-main. Tangannya dengan sangat lincah melucuti kain-kain yang melekat di tubuhku sementara bibir seksinya aktif memuluti bibirku dengan pagutan-pagutan yang sangat panas. Tidak ada seorang pun yang menciumku se-bernafsu dirinya, termasuk istriku... Tak bisa kupungkiri, aku sangat tersanjung diingini sebegini besar oleh seseorang setelah pengkhianatan istriku, dan tentu saja, aku lambat laun semakin menikmati permainan mulut dan lidah dari teman tampan istriku ini.


Ilustrasi: Martin

Tangan berotot Martin semakin lincah melepasi segenap pakaian yang masih melekat di tubuhku. Tanpa kusadari, aku sudah bertelanjang bulat di depannya tanpa memakai sehelai benan pun. Martin sendiri masih memakai celana renangnya dan kurasakan penis besarnya yang masih terbungkus celana renang itu menegang dan menekan batang kemaluanku yang terlepas bebas dan menegang hebat juga. Satu tangannya mulai meloco kontolku hingga menegang sempurna, sedangkan satu tangannya yang lain mulai bermain-main dengan lubang pantatku. Tubuhku tersentak ketika lubang pantat perawanku dimainkan tangan nakal Martin. Kesadaranku sedikit demi sedikit mulai pulih, membuatku mulai bingung dan dilema dengan apa yang terjadi. Bila tidak mabuk, aku tentu yakin hal ini tidak mungkin sampai terjadi. Tetapi, lambat laun aku mulai menyukai permainan sejenis ini. Mulut Martin yang sedari tadi aktif mencumbu mulutku dilepas sebentar. Dia menatapku lembut.

"Kalau kamu kebingungan dengan bagaimana proses dua pria bercinta, pasrahkan tubuhmu ini pada saya, Robert..." katanya lembut. "Biar saya yang menuntunmu merengkuh kenikmatan sejenis ini... Saya tidak akan menyakitimu... Saya akan membuat tubuhmu keenakan..."

Aku cuma mengangguk-angguk pasrah, lalu mulutku terbuka kembali dan menjulurkan lidahku, mengingini lidah Martin masuk... Martin paham dan langsung menuntun lidahnya menjelajahi mulutku lagi... Kami berciuman dengan dahsyat seperti hari esok akan memisahkan kami... Memang benar, kan? Hari esok, aku adalah istri Madonna yang menjalani hidup dengan membosankan sebagai seorang budak korporat... Malam ini, aku adalah Robert, pria yang diingini oleh Martin... Biarlah istriku tidak pernah mengingini kejantananku seperti dia mengingini kejantanan milik teman-temannya tadi... Yang jelas, Martin menginginiku...

Sambil menanamkan lidahnya masuk dalam-dalam ke rongga mulutku, Martin membuka bongkahan pahaku dengan tangan berototnya. Sedikit demi sedikit, semakin terbuka lebar lubang bo'ol di bagian belakang tubuhku. Martin meremas dua buah pantatku yang montok karena rajin kulatih squat itu dan satu jarinya dia arahkan ke lubang sempit perawanku.

"Shit..." kata Martin ketika bibirnya masih terus menempel dan meraih kenikmatan dari mulutku. "Bagus sekali pantat kamu, Robert... Saya juga mengingini lubang bo'ol kamu yang terlihat sempit ini... Terlihat rapat sekali..."

Dengan spontan, Martin melepaskan kulumannya di bibirku, lalu membalik tubuhku seperti sebuah boneka mainan. Dia berjongkok dan membuka bongkahan pantatku dengan tangannya, lalu mengamati lubang perawanku.

"Sial!" katanya menyumpah penuh nafsu. "Bagus sekali lubang bo'ol kamu... Seperti memek cewek..."

Martin tanpa izin langsung meludahi tangannya dan mengobok-obok pantatku dengan jari-jari nakalnya. Aku mendesah keenakan, baru pertama kali merasakan kenikmatan ini dari tubuhku. "Rapet banget ini, Robert... Bersih sekali... Kontol saya bakalan suka dengan lubang kamu, Robert..."

Makin sinting saja, Martin langsung memasukkan wajahnya ke celah pantatku dan lidahnya langsung aktif menari di lubang pantatku. Aku seperti sudah mati saat itu... Mulutku meraung dan badanku bergetar-getar tak karuan. Lidah basah dan hangat milik Martin terus melumati lubang perawanku sampai becek. Ingin minta ampun saja rasanya diriku ini ketika dienakkan seperti ini. Badanku menggigil seperti orang epilepsi. Aku tidak kuat...

"Boleh saya kontolin kamu sekarang, Robert?" tanya Martin seraya berdiri, tidak tahan untuk segera menggauliku.


Ilustrasi: Robert

"APA?" tanyaku berbalik dan memandang ngeri kontol Martin yang sudah mengacung hebat, siap membelah keperawanan pantatku itu. "JANGAN!"

Martin tampak kaget dan kecewa, lalu berbisik lirih, "KENAPA?"

"Aku bukan banci, Martin..." kataku lirih. "Aku ini seorang pria sejati... Bagaimana mungkin aku membiarkan tubuhku disetubuhi pria lain?"

Martin tampak menimbang-nimbang sesuatu di kepalanya. Dia lalu mendekati tubuhku lagi. Tangannya kembali mempermainkan putingku yang masih menuntun dipuaskan karena tubuhku baru saja dienakkan secara membabi buta tadi. Martin terus memilin kedua pentilku yang mengacung keras itu dengan jari-jarinya yang lincah. Tidak kusadari, tubuhku yang sudah ditelanjangi tanpa sehelai benang pun oleh dirinya tadi itu terus bergidik seperti orang kesurupan. Batang kenikmatanku sudah mengacung tinggi lagi, mengingini sentuhan Martin lebih lagi di sepanjang tubuh mulusku... Mata elangnya terus memandang mataku dengan tajam, seakan-akan siap menerkamku. Wajahnya memang tampan sekali ketika dilihat dari dekat seperti ini. Didekatkannya lah wajah tampannya itu ke arahku. Aku bisa merasakan napas hangatnya menerpa wajahku lagi. Aroma napasnya yang jantan kembali memenuhi indra penciumanku, sedikit bercampur bau rokok dan bau alkohol. Anehnya, itu membuat bau mulutnya semakin seksi buatku.

"Boleh saya kecup mulut kamu lagi, Robert?" tanyanya kepadaku. "Saya ingin sekali merasakan sedapnya mulut kamu itu lagi... Kalau bisa, selamanya... Setiap saat..."

Ilustrasi: Martin


Mendengar rayuan-rayuan nakal keluar dari mulut Martin, aku bingung harus menjawab apa. Rangsangan-rangsangan dari tangan jantan Martin ini mampu membuatku gila. Tubuhku terus kelojotan, tidak kuat menahan kenikmatan dari tangan nakal Martin. Teman istriku ini benar-benar jago membaca dan menemukan titik-titik sensitif dari tubuh pria. Belum lagi, wajahnya semakin didekatkan ke wajahku, dan mulutnya yang terbuka kecil itu sengaja diposisikan dekat sekali dengan mulutku. Tak bisa kupungkiri, aku pun jadi ingin mengecap mulutnya yang tipis itu lagi... Aku ingin dicium oleh Martin seperti seorang wanita yang baru diantar pulang setelah kencan pertama oleh pemuda yang tampan dan baik hati yang dia sukai.

Aku menyerah... Aku mengangguk pasrah... Aku tidak peduli kalau kami ini sama-sama pria dan Martin adalah salah satu sahabat istriku. Seketika itu, Martin dengan cekatan langsung mengecup bibirku. Mulutnya dengan tegas melumat bibirku tanpa ampun. Dia sepertinya ingin menunjukkan siapa yang punya otoritas lebih besar di sini. Kakiku melemas dan kuserahkan bibirku untuk dinikmati pria tampan dan gagah di depanku ini. Martin dengan beringasnya mempermainkan segenap mulutku lagi. Lidahnya yang basah dia paksa menerobos masuk rongga mulutku dan bersentuhan dengan intens dengan lidahku di dalam sana. Ciuman pertamaku dengan laki-laki ini benar-benar memabukkan rasanya. Mulut Martin ini begitu nikmat seperti candu... Tak bisa kupingkiri, ini ciuman terenak dalam hidupku selama ini...

Dilepasnya cumbuannya pada mulutku sesaat, namun hampir saja mulutku tidak sadar mengikuti mulutnya maju. Tak sudi rasanya satu detik pun habis tanpa bibir kami menyatu setelah tahu seberapa enak permainan mulut Martin. Martin tersenyum manis melihat nafsuku yang ikut naik, lalu mencium hidungku dengan gemas.

"Robert... Tolong izinkan saya menyetubuhi dirimu, ya?" tanyanya dengan santai seperti tanpa dosa. "Saya ingin sekali merasakan kenikmatan dari tubuh indahmu ini..."

Aku tercengang... Ini tidak mungkin, kan? Aku pria yang sudah beristri... Usiaku juga lebih tua darinya... Mana boleh dia menyetubuhiku seperti seorang wanita? Aku ini laki-laki normal... Aku bahkan bukan penyuka sesama jenis…

"Lihatlah tubuh indahmu ini, Robert..." kata Martin mulai menyentuh pundakku.

Tangannya mengelus-elus pundakku yang lumayan kokoh. Diturunkannya lagi tangannya ke bisep dan trisepku. Lalu, tidak lupa dia menggelitik puting susuku sampai aku mengerang tak tertahankan. Dia tersenyum puas setelah berhasil menaklukkan tubuhku. Tangannya diturunkan ke perutku, lalu turun ke jembutku. Dia pegang-pegang gemas jembutku yang tercukur rapi selama ini. Lalu tangannya meraih kontol merah muda-ku yang tampak bersih itu. Dia loco kontolku tanpa izin dariku, membuat aku mengerang-erang keenakan.

"Tubuh kamu indah sekali, Robert... Mulus sekali... Dan bersih," kata Martin yang masih berpakaian lengkap itu setelah menelanjangiku dan menyentuh seenaknya tubuhku. Gilanya lagi, aku hanya bisa lemas dan pasrah dipermainkan oleh pria yang lebih muda di depanku ini. "Bahkan tubuhmu ini jauh lebih putih dan lebih mulus daripada semua wanita yang pernah saya tiduri, Robert..."

Martin dengan begitu lembutnya meraih tanganku, lalu mengecup punggung tanganku.

"Biarkan saya menjadi pria paling bahagia malam ini, Robert..." katanya memohon. "Biarkan saya memiliki pantatmu... Malam ini saja... Biarkan saya menyetubuhi kamu..."

"Aku tidak bisa, Martin," kataku dengan suara serak. "Aku ini seorang suami... Aku punya istri... Aku tidak mungkin melayanimu... Istriku adalah sahabatmu..."

"Istrimu sedang berada di luar sana, digilir oleh teman-teman pria kami yang lain, Robert," sela Martin cepat-cepat, menyadarkanku atas kenyataan yang terjadi. "Kamu di sini bersama saya... Hanya kita berdua... Oleh karena itu, izinkan saya memiliki kamu malam ini seutuhnya... Biarkan apa yang terjadi di sini malam ini berakhir di sini... Saya tidak masalah akan hal itu, Robert... Biar lah kamar ini dan kasur ini menjadi saksi bisu penyatuan tubuh kita... Meskipun hanya sekali, biarkan saya menikmati dirimu, Robert... Saya mohon..."

"Kenapa aku, Martin?" tanyaku bingung. "Begitu banyak pria lain di luar tadi. Mereka lebih muda dan lebih seksi dariku... Aku juga tidak berperilaku seperti banci, kan? Aku laki-laki sejati yang sudah memiliki istri... Kenapa aku, Martin?"

"Dari awal, saya memang sudah mengingini kamu... Saya yakin kamu sudah cukup berpengalaman untuk mengerti sinyal-sinyal dari saya, kan?" Martin meraih pipiku lalu mengecup bibirku sekilas. "Saya tahu kamu lelaki sejati... Karena itu saya mengingini kamu... Saya hanya bercinta dengan pria sejati... Selain itu, bukankah tidak ada yang lebih maskulin dari dua pria macho yang menyambungkan tubuh mereka? Ini seperti double masculinity. Benar tidak?"

Aku cuma tercekat mendengar doktrin dari mulut manis pria tampan di depanku ini. Aku tercengang. Namun, tubuhku tidak bisa menyembunyikan apa yang aku mau. Tubuhku bergetar hebat, menahan nafsu yang ingin segera dituntaskan.

"Aku tahu apa yang tubuhmu mau, Robert," kata Martin sambil kembali meraba dadaku, dan tangannya yang satunya merangkulku dan meremas pantatku yang montok dengan gemas. Aku seperti berhenti bernafas karena saking kagetnya. "Tubuh seindah ini sayang sekali kalau tidak dinikmati dan dimanjakan... Izinkan saya memuja tubuhmu, Robert..."

Aku masih diam saja. Tetapi, aku tahu benar persetujuanku sudah ada di pinggir mulutku. Sekali lagi dia merayuku, akan kuberikan keperawanan pantatku ini untuk dirinya. Aku yakin sekali...

"Kamu boleh membunuhku setelah ini," katanya sambil mengecup bibirku lembut. "Saya rela kamu mengambil nyawaku... Asalkan kamu bersedia menerima kejantanan saya di liang perawanmu sekarang... Izinkan saya menjadi pria yang pertama memasuki tubuh indahmu ini..."

Martin kembali mencumbui bibirku penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk, menjilati sepenjuru mulutku agar tidak bisa berpikir jernih. Tubuhku melemas dan pikiranku kalut. Kontolku menegang keras dan pantatku juga berkedut-kedut, mendengar rayuan-rayuan dari mulut pejantan tangguh di depanku ini.

"Setelah ini, terserah apa yang mau kamu lakukan pada tubuh saya," kata Martin, kini menempelkan dahinya di dahiku dan menggosok-gosokkan hidungnya di hidungku. "Saya sudah pasrah... Kamu mau menghancurkan pantat saya pun saya terima. Asalkan... Untuk yang pertama ini... Biarkan saya menyetubuhi kamu, Robert... Biarkan saya mendapatkan pantat perawanmu..."

Martin lalu mengecup bibirku sekali lagi dengan hangat, lalu berbisik, "Kamu mau kan menjadikan saya laki-laki paling beruntung itu?"

Seperti sihir saja... Tiba-tiba, tidak ada lagi penolakan dari tubuh ataupun mulutku... Aku memberikan semuanya pada Martin... Aku bahkan bersedia memberikan pantat perawanku itu padanya... Akhirnya, Martin mulai menyentuhku lebih intens lagi...

Aku mengangguk pasrah...

Ini berakhir fatal rupanya... Martin langsung terbakar nafsu... Dia langsung memutar kembali badanku dan menghadap ke pantatku. Martin sepertinya masih terus menatapi lubang bo'olku dalam kekaguman. Aku pun menunggu aksi Martin selanjutnya. Tiba-tiba, Martin dengan bernafsunya menjulurkan lidahnya ke lubang anus perawanku lagi. Aku yang tersentak hanya bisa menikmati sapuan lidah Martin ke area pantatku, lebih nakal dan lebih lihai dari yang dia lakukan sebelumnya. Kurasa Martin sudah dilanda nafsu luar biasa yang menyelimuti dirinya. Dia memainkan lidahnya dengan menjilat, mengelus-elus, dan menggigit lembut celah pantatku sampai aku kepayahan.

"Lubang pantatmu rasanya enak sekali, Robert," kata Martin setelah melepas lumatannya dari lubang pantatku dan meremas-remas bongkahan pantat montokku. "Sangat bersih sekali dan wangi... Aromanya seperti sabun mandi yang mahal dan elegan... Kontol saya bakalan suka sekali dengan lubangmu ini, Robert..."

"Ampun, Martin..." kataku ketika Martin dengan membabi buta membuatku merem melek ketika dia terus memberikan rangsangan-rangsangan seksual di sekitar lubang perawanku. "Jangan siksa aku lagi seperti ini... Aku tidak kuat..."

"Kamu mau saya setubuhi sekarang, Robert?" tanya Martin dengan nakal ke arahku.

Seperti dihipnotis, aku mengangguk. Aku mengangguk-angguk keras, seperti seorang anak kecil yang diiming-imingi lollipop.

"Ini masih belum tuntas, Robert," kata Martin menyeringai. "Percayalah... Saya akan memposisikan kenikmatanmu di atas kenikmatan saya sendiri... Saya akan memuaskan kamu... Kenikmatanmu adalah tujuan utama persenggamaan ini..."

Dijilatinya lubang pantatku lagi, lalu bergeser ke bongkahan pantatku yang montok itu dengan lidah basahnya. Jilatannya menyeluruh dan cepat, tidak ingin membuatku lama menunggu. Jilatannya makin ke arah samping, lalu tangannya ikut memutar balik tubuhku. Dia langsung menjilati kedua testisku yang penuh akan persediaan pejuh untuk istriku. Teman Madonna ini menjilati dan memainkan testisku dengan lidahnya. Dia resapi dan sedot di dalam mulutnya. Tubuhku menggelinjang karena rangsangan di telurku itu. Dijilati habis semua bulu jembut halus yang menghiasi kontolku.

"Aroma kontol ini," katanya sambil meresapi bau kontolku dengan hidungnya. "Aroma kontol jantan laki-laki beristri... Baunya jantan sekali... Tetapi, hari ini, kontol ini diistirahatkan dulu..."

Mulai diloconya kontolku di depan wajah tampannya, lalu mulutnya mulai menjilati dan mengecup bagian samping kontolku. Dia menjilati lembut batang kemaluanku itu dari samping.

Ilustrasi: Robert


"Kontolmu ini benar-benar membuatku nafsu, Robert," katanya di sela-sela menjilati bagian samping kontol panjangku. "Saya menikmati sekali rasa kontol perkasa ini di lidah dan mulut saya..."

"Lahap saja, Martin!" kataku tidak tahan dan mendesis-desis tidak karuan. "Kontolku sudah ingin dipuaskan olehmu!"

Martin tidak mengambil waktu lebih untuk langsung melahap kontolku. 

{ SENSOR }

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 


CUPLIKAN SELANJUTNYA:
 


"Ini lah saat penentuannya," katanya sambil berbisik dekat sekali dengan mulutku. "Izinkan saya menyetubuhi lubang perawanmu... Lalu, terserah apa yang akan kamu lakukan pada diri saya nanti... Saya tidak peduli... Yang penting, izinkan saya memilikimu malam ini..."

Martin kemudian mengecup bibirku sekali lagi. Aku mengangguk patuh... Aku sudah pasrah… Kecupannya yang lembut 

"Aku pasrah saja, Martin..." kataku memberanikan diri menjawab. "Malam ini, aku pasrah buat kamu... Tolong bimbing aku... Jangan sakiti aku..."

"Tentu saja, Robert..." Martin mendorong tubuhku, membuat aku kembali berbaring di atas kasur. "Saya tidak akan pernah menyakitimu..."

Dibukanya bongkahan pahaku dengan lembut oleh Martin. Dia ganjal punggungku dengan dua bantal agar kedua bongkahan pantatku ikut terangkat, mengekspos diri ke mata Martin. Dari situ, Martin membuka pantatku dan melihat dengan jelas lubang bo'olku persis di hadapannya.

Martin menyeringai senang dengan apa yang dilihat.

"Indah sekali lubang bo'ol perawanmu ini, Robert..." katanya sambil berdesis-desis menahan nafsu seperti ular. "Terlihat seperti memek cewek... Rapat sekali... Dan bersih... Kontol saya tidak sabar ingin mencicipi kerapatan lubang perawanmu ini..."

"Basahi dulu, Martin," kataku sedikit khawatir. "Aku belum pernah..."

Martin mengangguk dan kembali melahap lubang pantatku yang masih menjaga kesuciannya ini. Kulihat Martin dengan sengaja mengeluarkan ludahnya yang banyak dari mulutnya dan sesekali meludah langsung ke lubangku. Sedikit dimainkannya lubang bo'olku dengan jilatan, elusan, dan gelitikan dari lidahnya. Aku kembali merem melek dibuatnya.

"Ooohhh... Ooohhh... Ooohhh... Nikmat sekali, Martin," kataku tidak mau menahan diri lagi di depan Martin. "Aku tidak tahan... Segera kontolin aku, Martin! Malam ini, tubuhku ini milikmu! Aku berjanji!"

Martin memang ahli banget soal ngeseks! Tanpa kusuruh, dia sudah tahu apa saja yang akan membuat diriku keenakan dan siap digenjot. Mendengar ucapanku, Martin tampak kegirangan sekali.

Kulihat Martin sungguh gagah di hadapanku sekarang. Wajah maskulinnya yang ditumbuhi kumis tipis dan dada bidangnya yang menyembul dengan pentil mungil yang menghiasi itu berhasil membuat aku takluk tak berdaya. Apalagi, perut six pack-nya benar-benar menekan paha bagian dalamku sekarang. Martin mulai mengarahkan ujung kontol perkasanya di depan lubang perawanku. Perlahan-lahan, dia memaksa kejantanannya itu menerobos masuk lubang bo'olku.


Ilustrasi: Martin

"Saya akan pelan-pelan dulu ya, Robert," katanya sambil memegang pipiku dan satu tangannya yang lain memilin satu pentilku. "Saya ingin menikmati setiap momen saat kontol saya masuk ke lubang perawanmu itu... Rileks saja... Biar kamu bisa terbiasa menerima kontol saya di lubang senggama kamu ini... Biar saya yang ambil alih memainkan tubuh kamu..."

Sebisa mungkin aku mencoba untuk rileks. Tetapi, kontol Martin masih terasa sakit sekali saat perlahan-lahan menerobos masuk ke lubang perawanku. Aku sekuat tenaga menahan rasa sakit ini... Martin terus mendorong kontolnya maju sambil tangannya mengerjai kedua putingku perlahan. Aku terus mengerang-erang menahan sakit...

{ SENSOR }
 


( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 


CUPLIKAN SELANJUTNYA:


"Itu prostat, sayang," katanya tertawa. "Sebentar lagi akan saya explore lebih lagi pantat kamu agar kamu keenakan."

"Tetapi apa tidak apa-apa?" tanyaku polos.

"Maksudnya?"

"Kontol besarmu tadi masuk dalam sekali di dalamku sekarang," kataku ketakutan. "Apa pantatku tidak rusak dan berdarah-darah sekarang? Aku tidak berani membayangkannya sekalipun sekarang... Aku tidak berani bergerak..."

Martin tertawa terpingkal-pingkal.

"Pantat pria itu cukup elastis... Ketika kamu disetubuhi pertama kali, kamu akan merasa sakit yang cukup intens karena pantatmu belum terbiasa dimasuki objek sebesar kontol selama ini... Namun, rasanya luar biasa sekali saat kamu bisa menyetubuhi lubang perawan seperti ini..."

"Benarkah?" tanyaku penasaran.

"Iya," kata Martin mantap. "Tenang saja! Kamu akan merasakannya nanti dengan lubang saya... Karena saya juga belum pernah disetubuhi orang lain..."

"Apa?" tanyaku tidak percaya.

"Saya serius," kata Martin dengan tegas. "Saya bersyukur telah menyimpannya selama ini sehingga saya juga bisa memberikan hal yang sama berharganya terhadap kamu..."

Aku cuma terdiam, tidak tahu harus menjawab apa perkataan Martin.

"Sudah boleh saya goyang, ya?" tanya Martin sambil mengedipkan satu matanya dengan nakal. "Apa kamu sudah siap untuk saya puaskan?"

{ SENSOR }
 

( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )
 


[ ... ]

PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP:

Salam Pembaca yang Budiman,

Jeremy Murakami datang dengan sebuah cerita baru nih. Kalian punya 3 opsi untuk membaca karya ini:

1. Melalui What'sApp ke 0813-3838-3995

Silakan mengirim pesan ke What'sApp tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin. File PDF akan dikirimkan melalui e-mail atau langsung via What'sApp, tergantung permintaan pembaca.

2. Melalui Telegram ke @reading4healing / https://t.me/reading4healing

Silakan mengirim pesan ke Telegram tersebut dan melakukan pembayaran langsung via transfer Bank BCA / Mandiri yang akan disampaikan admin.

3. Melalui KaryaKarsa

Nanti akan ada versi pdf yang wajib kalian download setelah melakukan dukungan, ya. Tolong langsung di-download karena menghindari ketidaknyaman di masa mendatang. Setelah di-download, file PDF itu sudah ada di ponsel Anda dan bisa dibaca kapan pun juga.

Pembaca bisa search di laman pencarian dengan ID: reading4healing.

Kalau pencarian dari aplikasi tidak bisa muncul, kalian harus membuka via web seperti Google Chrome atau Safari, lalu ketik karyakarsa.com/reading4healing dan follow terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bisa membuka di aplikasi di bagian orang yang kalian follow.

Nama file di KaryaKarsa adalah: DTMIDPPB_JM

Maaf apabila nama file dibuat singkatan. Ini agar menghindari pemblokiran akun KaryaKarsa terhadap cerita bertema dewasa.

Bila ada pertanyaan, bisa hubungi via What'sApp ke admin Reading4Healing di: 0813-3838-3995

Terima kasih atas dukungan & antusiasme pembaca sekalian dengan karya-karya saya selama ini.

Semoga pembaca sekalian mendapatkan kesehatan dan kelimpahan rezeki dari Tuhan yang melimpah.

Salam sayang,

Jeremy Murakami

Continue Reading

You'll Also Like

71.8K 10.9K 42
Setelah mengetahui bahwa dirinya mengandung, Larasati Kirana sangat kebingungan. Ia memang punya kekasih, namun mereka tidak pernah melakukan hubunga...
1.7M 46.2K 91
When Jasmine Cooper runs into a drunk rapist, a man saves her. It is Xavier Ravarivelo, the billionaire Mafia whose bride left him at the altar. Jas...
40.3K 3.1K 12
If Shaira Angelina Vanedestine had synonyms on this day. It was a successful multi billionaire and downright rude. She had achieved everything in her...
26K 1.1K 27
Hyunjin is a well known boy at his school. From his looks to his kind personality to his great grades. He was the schools "it" boy. The perfect boy n...