HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND...

Oleh HellyPotter_

612K 14.5K 1.5K

Petaka datang saat kedua pasang kekasih tidak menuruti apa kata orang tua... Hubungan yang sudah berjalan sel... Lebih Banyak

Prolog
1. Peristiwa Awal
2. DENDAM
3. Kesengsaraan
4. Kejam
5. Kemarahan Barra
6. Tanggung jawab
7. Dirumah Barra
8. Hari pernikahan
10. Bersikap manis
11. Posesif Barra
12. Barra yang baik
13. Barra ngidam
14. Pertolongan
15. Kemarahan Barra
16. Mabuk
17. Tentang Mazoya
18. Barra mengalah
19. Barra masak
20. Aneska sakit
21. Menerima keputusan
22. Kesepakatan
23. Dititipkan
24. Kegilaan Barra
25. Kenyataan tak terduga
26. Perhatian Barra
27. Kehancuran Valmores
28. Ucapan Tulus Barra
29. Kebahagiaan Barra
30. Cemburu Aneska
31. Mas Barra?
32. Saling khawatir
33. Perdebatan
34. Pelaku sesungguhnya
35. Psikopat Barra
36. Kebenaran yang menyakitkan
37. Rumit
38. Kembali pulang
39. Keburukan Aneska
40. Aneska dalam bahaya
41. Salam perpisahan
42. Cemilo Adnan Valmores
43. Mantan mertua
44. Cemilo dan teman baru
45. Barra kembali
46. Harapan Hakim
47. Hello Barra
VOTE COVER
INFO PRE-ORDER!!!

9. Perhatian Barra

10.3K 313 7
Oleh HellyPotter_

"Sakit bar!"

Aneska terhempas kuat saat Barra menariknya masuk keapartemen dan mendorongnya kuat di ruang keluarga.

"Tugas lo sekarang turutin apa mau gue!" Tutur Barra.

Aneska masih menangis dengan memegangi tangannya yang terasa perih itu.

"Kenapa lo jahat sama Hakim? Padahal dia gak salah!" ucap Aneska dengan berani.

Barra berkacak pinggang dengan menghela nafasnya kasar. "Gue tadi udah bilang, adik lo itu pengganggu."

"Dia bukan pengganggu!"

"Terus lo mau liat dia menyaksikan kakaknya mati ditangan gue? Lo tega?" Tegas Barra membuat Aneska terdiam dengan menangis.

"Dia lebih aman di panti asuhan." ucap Barra sangat percaya itu.

Aneska menutup wajahnya dengan telapak tangannya kembali terisak. Entah mengapa hatinya terasa sakit dipisahkan dengan adiknya itu.

Barra mendesis kesal melihat gadis itu yang menangis terus menerus.

"Gue laper. Sekarang lo masakin gue makanan." suruh Barra seenaknya.

Aneska masih menangis enggan menuruti perkataan Barra itu. Hingga Barra menarik tangan Aneska kasar.

"Lo denger gue gak sih? Gue laper!"

Aneska menatap nanar Barra. "Gue bukan babu lo. Kalo lo laper, lo bisa masak sendiri!"

"Woy!" Dengan kasar Barra menarik tangan Aneska yang ingin pergi itu.

"Berani lo bantah gue?" Tegur Barra.

Aneska menarik tangannya dengan kuat. "Bisa gak sih lo gak usah pake kekerasan!" Kesal Aneska.

"Gue gak akan kasar kalo lo nurut apa kata gue!" balas Barra menatap Aneska tajam.

Aneska dengan kesal berjalan kearah dapur. Mau tidak mau dia harus menuruti keingin Barra. Jika tidak, mungkin Aneska akan mati saat ini juga karena siksaan Barra.

Barra menghela nafasnya mencoba menurunkan kemarahannya. Dia duduk di sofa dengan santai seraya memejamkan matanya sejenak. Selang beberapa menit Barra akhirnya ketiduran.

"Barra?" Panggil seorang perempuan seraya tersenyum.

Mimpi, ya mungkin Barra lagi merasakan itu sekarang.

"Sayang? Ini aku Mazoya."

"Aku disini baik-baik saja. Aku bahagia Barra, disini buat aku nyaman." Ucapnya seraya tersenyum.

"Barra aku melihat kamu sudah menikah. Perempuan itu sangat cantik sekali, dia sangat cocok denganmu, Barra. Perempuan itu terlihat baik, tolong jangan sakiti dia."

Barra tidak bisa berkata apapun bahkan untuk membuka suara saja rasanya susah. Didalam mimpinya Mazoya terlihat bercahaya dan cantik menggunakan gaun berwarna putih. Barra ingin berlari memeluknya tapi rasanya kakinya seperti diikat kuat sehingga dirinya tidak bisa apapun.

"MAZOYA!"

Barra sontak terbangun dari tidurnya dengan nafas naik-turun dan keringat dingin membasahi wajahnya.

"Lo kenapa?" Tegur Aneska berdiri didekat Barra.

Barra melihat Aneska sejenak, lalu beranjak bangkit untuk ke kamar mandinya. Di dalam kamar mandi Barra mencuci wajahnya dengan kasar. Dia merasa mimpi itu seperti nyata, bahkan dia bisa melihat Mazoya tersenyum dihadapannya.

"Arghh!" Barra mencengkram wastafel kesal.

Tok, tok...

"Bar?" Panggil Aneska mengetuk pintu kamar mandi disana.

Barra menghela nafas kasar dan akhirnya keluar. Dia mendapatkan Aneska berdiri didepan pintu seraya membawa satu piring berisi nasi serta omelet disana.

"Di kulkas cuma ada telur. Mau gak mau gue cuma masak ini doang." ucap Aneska menyodorkan sepiring makanan itu.

Brakk!

Aneska melotot saat Barra dengan enteng menghempaskan kasar piringnya hingga jatuh berceceran dibawah.

"Gue udah gak mood makan." Enteng Barra bergegas pergi memakai jaketnya dan menyaut kunci mobilnya.

Aneska mengepalkan kedua tangannya mencoba bersabar atas sikap Barra itu.

"Gue mau pergi. Jangan berani-beraninya lo keluar dari apartemen gue. Kalo lo berani saat itu juga lo mati!" ancam Barra langsung pergi dari hadapan Aneska.

****

Dugh!

Barra mendorong cue ball dengan stick billiard cukup mahir hingga mencetak skor. Setelah itu, dia meletakan kasar stik billiard itu dan meminum sebotol air disana dengan santai.

"Barra Kay Valmores?" ucap seorang laki-laki yang duduk seraya mengepang kakinya santai.

"Selamat atas pernikahan lo bro!" ucapnya bangkit dan menepuk lengan Barra.

"Hemm," Barra hanya berdeham kecil dan duduk santai disana.

"Kenapa lo sangat brengsek, Barra? Padahal lo belum lama menjadi pimpinan baru Valmores." cibirnya.

"Masalahnya buat lo apa, Aslan Samantha?" Balas Barra.

Aslan sedikit tersenyum saat mendengar jawaban Barra yang angkuh. "Gak ada masalah sih buat gue. Tapi gak seru kalo Valmores jatuh sendiri. Mending gue jatuhin kan?"

Barra menatap Aslan tajam. Aslan Samantha, memang musuh Valmores. Bahkan perusahan Samantha hampir menyamakan Valmores dengan banyaknya investor-investor ternama bahkan mereka pernah berdebat atas kasus yang menimpa perusahaan mereka.

"Wih, santai dong, gue cuma bercanda." ucap Aslan.

"Lagian saat ini gue lagi males berdebat, mending kita main-main, kan." goda Aslan mulai berfikir dingin.

Barra memutarkan bola matanya malas. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi dengan santai.

"Gue liat dari berita, lo perkosa tuh cewek karena salah paham? Lo nuduh dia sengaja menyebabkan kecelakaan itu sehingga Mazoya tewas?" Tanya Aslan penasaran tapi tak ada respon dari Barra.

Aslan menghela nafasnya pelan. "Gue gak habis fikir sama lo, Barra. Lo menghancurkan kehidupan seseorang demi dendam lo yang gak jelas itu."

"Gak usah ikut campur urusan gue." ketus Barra.

"Gue harap hubungan rumah tangga lo baik-baik saja. Soalnya kebanyakan pernikahan tanpa adanya cinta akan segera hancur dengan sendirinya." tutur Aslan.

"Gak usah sok tahu."

Aslan mengedikkan bahunya. "Itu sih kalo lo percaya. Kalo gak Yaudah."

Barra hanya mendesis kesal mengapa laki-laki sangat cerewet sekali disaat pikiran Barra sedang buruk karena mimpi tadi.

"Gue tau lo, Barra. Lo bakal kasar kalo ada seseorang yang mengganggu lo." Entah maksud Aslan berbicara seperti itu apa, Barra tidak tahu.

Aslan menghembuskan nafasnya berat. "Gue cuma mau bilang sama lo. Gue tertarik kok sama janda—"

Dengan kasar Barra menarik kerah baju Aslan dan menatapnya tajam. Semua orang disana matanya seketika tertuju kearah mereka.

"Maksud lo apa?"

Aslan mengulaskan senyum devilnya. "Maksud gue, gue bakal terima perempuan manapun termasuk sampah milik lo."

"Sialan"

Bugh!

****

Malam hari....

Barra masuk kedalam unit apartemennya santai, saat dia ingin berjalan kearah kamar dirinya melihat Aneska yang tidur di sofa ruang keluarga dengan meringkuk kedinginan.

Laki-laki itu menghela nafasnya lalu mengecilkan suhu ruangan ACnya agar tidak terlalu dingin. Kenapa dia mendadak perduli?

"Apa yang gue lakuin?" Barra baru menyadari tingkahnya itu.

"Gue gak perduli, lo gak boleh merasa kasihan sama cewek iblis." Gumam Barra menghiraukan rasa kasihannya itu.

Dia bergegas pergi dari hadapan perempuan yang sedang tidur itu ingin ke kamar. Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti.

"Hikss hikss... Bunda jangan tinggalin Anes!" terdengar Aneska menangis dalam mimpinya.

"Bunda, tolongin Aneska!" ngigaunya lagi dengan tubuh bergetar kedinginan.

Barra berkacak pinggang sejenak, lalu berjalan kearah kamarnya untuk mengambil bantal dan selimut tebal untuk perempuan itu.

"Kali ini lo bisa aja beruntung atas perhatian gue. Mungkin lain kali, gak akan!" gumam Barra seraya membantu Aneska memakai bantal tidurnya dan menyelimutinya pelan.

"Barra?" Seketika mata Aneska terbuka dan memegang tangan Barra. Barra dibuat diam atas tatapan gadis itu.

"Barra jangan siksa gue lagi. Tubuh gue sakit." ucap Aneska dengan bersedih tiba-tiba.

Barra masih bingung dengan gadis itu. Mengapa dirinya tiba-tiba berkata seperti itu seraya menangis.

"Gue mohon sama lo, Barra"

___________

Nextpart

Mohon maaf guys... cerita ini sebenarnya sudah di update di Fizzo tapi karena banyak komplainan karena tidak semua orang mempunyai apk Fizzo, jadi ceritanya saya kembali lanjut disini ya... tapi di Fizzo masih ada kok, untuk yang tidak sabar dengan kelanjutannya bisa baca di Fizzo novel dengan judul yang sama.

Sekali lagi mohon maaf...

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

101K 3.6K 33
menceritakan tentang perjodohan antara laki laki cantik dan seorang CEO tampan namun kasar, tegas, dan pemarah #bxb #homo jika salah lapak langsung...
254K 15.9K 49
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
392K 35.8K 88
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
1.2M 99.4K 107
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...