1000% GENGSI

By ceyberryaa

875K 54.7K 2.1K

[TAMAT] Bersama Adinata, Ayyara menyadari satu hal. Bahwasannya, menjalani hubungan tanpa cinta bukanlah sebu... More

sedikit cerita tentang pasutri
resepsionis baru
Adik
sentuh-sentuh
Hama
Bersama Rosa
Paket
Suami siaga
Kabar surat cerai
Welcome to Duda~
What's wrong with Nata?
a sweet night>>>
Dirumah juga bisa, katanya
Hadiah
Aneh
Aneh part2
Kekuatan Syndrome Couvade
sekarang giliran temen-temennya
MAS, DIA SIAPA?!
Giliran istrinya
Menghadapi Adinata
Jazziel's cafe
Si gede gengsi
Spesial suami dan istri
Dua malaikat kecil Ayah
Keinginan Nata yang terpenuhi
Family time in Basel City
On the way
Finally
say goodbye
Extra chapter-- Teenager
Extra chapter-- what if sequel?
Extra chapter-- little story of them
visualisasi
CERITA BARU?!
BYE!
Instagram
INFO!!

Singa Juna

19.7K 1.6K 37
By ceyberryaa

telat gaaa?? 🤣

btw, kalian baca cerita ini lucu ya? soalnya ada beberapa komen yg katanya 'ngakak'

ngakak gara-gara Nata gemesin atau ngeselin?

***

Rencana liburan ke Malaysia gagal total sebab Ziel yang mendadak demam. Padahal tiket sudah di pesan oleh Juna. Untungnya pemesanan kamar hotel bisa dibatalkan — kebetulan Juna menawarkan hotel milik kenalannya.

Jangan salah. Meskipun sedikit gila juga duda, Juna ini relasinya luas.

Saat ini, Ayyara tengah duduk ditepian ranjang dengan sebuah mangkuk berisi bubur ditangan nya. Wanita itu tengah menyuapi Ziel makan sebelum meminum obatnya.

Untungnya bocah yang tengah membaringkan kepala diatas dada Ayahnya itu tidak terlalu rewel. Demamnya pun tidak terlalu tinggi. Tapi tetap saja, yang namanya orang tua pasti khawatir. Rela melakukan apapun. Termasuk menunda acara liburan mereka. Padahal anak itu juga sudah begitu antusias ingin pergi ke negri sebrang. Katanya ingin bertemu Upin Ipin.

Ziel semakin mengeratkan pelukannya pada sang Ayah yang bertelanjang dada. Nata seolah ingin menyerap suhu panas dari tubuh Ziel ke tubuhnya. Meskipun panasnya tidak terlalu tinggi, tetap saja Nata tak tega saat merasakan panasnya kulit sang anak. Setidaknya, Ziel tidak merasakan panasnya sendiri.

Bibir anak itu mengerut kendati mulutnya tak berhenti mengunyah bubur yang beberapa kali di surungkan oleh Mamanya. "Pengen ketemu Upin Ipin ... "

"Boleh," Nata mengelus surai hitam anaknya dengan sayang. "Tapi jagoan Ayah ini harus sembuh dulu. Oke?"

Ziel mengangguk. Dia membuka mulutnya ketika suapan sang Mama sudah berada dekat dengan bibirnya. "Mama, makan obatnya yang banyak bial sembuh nya cepet."

Ayyara meringis. Dasar pikiran anak kecil. Bukannya sembuh yang ada malah tambah parah jika begitu caranya. "Gak bisa banyak-banyak dong. Kan harus sesuai sama resep dari Dokter Hana."

Ziel cemberut. "Nanti sembuhnya lama."

"Gak lama kalo kamu makan obatnya rutin terus istirahat yang baik." jawab Nata. Calon bapak dua anak itu menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sembari mendekap Ziel. Lalu dia berkata dengan riang,  "Nah, sekarang ayo abisin buburnya biar cepet makan obat terus sembuh deh!"

Nada riang Ayahnya membuat Ziel mendongak dengan cengiran khasnya. Dia terkekeh. "Ayah lucu."

"Katanya Ayah ganteng?"

Ziel mengangguk membenarkan pertanyaan Ayahnya. "Ganteng kok. Tapi hali ini Ayah lagi lucu. Iya, kan, Mama?"

Ayyara menyurungkan suapan bubur terakhir yang diterima baik oleh Ziel. Wanita itu menyimpan mangkuknya di atas nampan yang berada di nakas. "Mana ada. Ayah kamu itu nyebelin."

"Iya kah?" tanya Ziel polos.

Dan Ayyara mengangguk tanpa dosa. Dia menjawil hidung mungil anaknya dengan gemas. "Ayah tuh nyebelin tau. Pake banget!"

Ziel menatap bingung pada wanita yang telah melahirkannya itu. "Kok sama Ziel enggak?"

"Ya sama kamu mah enggak." jawab Ayyara enteng. "Tapi kalo lagi sama Mama nyebelin."

Nata yang sedari tadi hanya mendengarkan pun lantas mendengus. "Saya di depan kamu loh, Aya."

"Ya emang kata siapa Mas ada di belakang aku?"

Jika tidak ada Ziel, sudah pasti Nata akan menjitak kening istrinya itu. "Harus ya, kamu ngomongin saya di depan saya langsung kayak begitu?"

Ayyara menampilkan wajah polosnya lengkap dengan kerutan di dahi. "Loh mending gitu dong. Biar gak disebut munafik."

Terserah lah. Jika diteruskan pasti tak akan ada habisnya. Maka dari itu Nata tak menanggapi. Dia malah lebih memilih mengambil dua botol obat sirup yang diresepkan Dokter Hana untuk Ziel. Mengocoknya sebentar sesuai keterangan yang tertera di botolnya, lalu dituangkan nya sirup berwarna merah muda itu kedalam sendok kecil.

"Aaaa ... " katanya sembari mendekatkan sendok berisi obat itu ke dekat mulut Ziel. Anak itu tanpa ragu langsung menyambutnya. Kepalang tau dari aroma juga warnanya kalo obat itu terlihat manis. Nata tersenyum, tak lupa mengelus pucuk kepala anaknya. "Pinter."

Ziel nyengir. "Manis."

"Iya dong. Kan rasa strawberry." sahut Nata. Tangannya kembali mengocok botol obat yang kedua. Sama seperti sebelumnya. Bedanya sekarang warna sirup itu orange. "Nah, sekarang rasa jeruk."

Dan lagi-lagi Ziel menerimanya tanpa ragu. Interaksi manis itu terekam jelas oleh kedua mata Ayyara. Terlihat begitu manis. Rasanya Ayyara ingin menangis. Terasa tidak mungkin anak yang hadir tanpa cinta diantara kedua orang tuanya itu kini tumbuh dengan baik juga begitu disayangi oleh Ayahnya. Kala itu, saat tau dirinya hamil Ayyara berniat menyembunyikan nya. Takut Nata tidak akan suka. Meskipun mereka melakukannya tanpa keterpaksaan alias sama-sama mau, tapi tetap saja tidak ada cinta didalamnya.

Dibandingkan making love, kegiatan mereka dulu lebih pantas disebut having sex.

Pikiran-pikiran buruk tentang Nata yang tak akan menerima bayinya hilang begitu saja saat laki-laki itu datang menghampiri dirinya dengan membawa testpack yang tak sengaja dia temukan dibawah bantal. Ayyara kira Adinata datang kepadanya untuk marah. Tapi nyatanya laki-laki itu datang dengan mata diselimuti kaca tipis. Bibirnya sedikit tersungging sehingga membentuk senyuman tipis yang nyaris tak kentara jika saja Ayyara tidak melihatnya secara dekat.

Lalu tiba-tiba Nata menariknya kedalam pelukan. Dan berkata bahwa laki-laki itu senang akan menjadi Ayah.

"Kamu tau? Salah satu tujuan saya menikah adalah menjadi Ayah. Terimakasih."

Suara rendah sarat akan rasa haru itu masih terngiang jelas di telinga Ayyara.

***

Setelah berhasil menidurkan Ziel, pasangan yang beberapa bulan lagi akan kedatangan keluarga baru itu kini saling beriringan menuruni tangga menuju ruang tengah. Dimana suara-suara yang sedang mengobrol berasal.

Ada Juna dan Eliza yang memang belum pulang, dua orang itu pasti sedang menunggu Haru yang masih tidur setelah bermain dengan Ziel sebelum anak itu ketahuan demam. Ada Setya dan Diana yang memang akan tinggal di rumah Nata. Bukan untuk jangka waktu lama, mungkin sampai beberapa hari kedepan. Toh jarak rumah mereka tidak terlalu jauh. Kedua paruh baya itu bisa datang kapan saja untuk menginap ataupun sekedar mengecek keadaan Ayyara.

Jangan lupakan si cerewet Rachel yang saat ini tengah cengar-cengir sembari memainkan ponsel. Sejujurnya, baru kali ini Nata melihat tingkah menggelikan Rachel. Meskipun pernah— bahkan sudah sering memiliki pacar, Nata tak pernah sekalipun melihat perempuan itu senyum-senyum sendiri seperti sekarang. Kendati saat ditanya sedang apa, Rachel akan menjawab sedang bertukar pesan dengan pacarnya tak ada raut malu-malu. Malah terkesan biasa saja.

Nata jadi mempertanyakan perasaan adiknya itu. Sekecil apa perasaan Rachel pada pacar-pacar nya dulu?

Nata mendudukkan dirinya  di sofa kosong samping Rachel, agar mudah jika ingin menjahili. Barus aja duduk, Nata sudah disuguhkan dengan boneka besar yang dapat menutup akses penglihatannya.

Dia melirik ke samping, dimana Juna yang tengah berdiri sambil memegangi boneka besar itu.

"Nih, sesuai keinginan. Boneka singa gedeeee!" ketus Juna. "Ambil! Susah gue dapetnya."

Saat itu Juna memang lelah berkeliling mall untuk mencari boneka singa sialan itu. Tapi bukan berarti Juna menyerah begitu saja. Otaknya dengan cepat bekerja dan meminta bantuan pada beberapa temannya. Dan akhirnya Juna dapat juga.

"Woaaah!" meskipun sempat bingung tak ayal Nata tetap senang. Matanya berbinar dan dengan segera merebut boneka itu dari tangan Juna lalu mendekap nya. "Thank, Jun! Gede nih segede guling. Anget lagi."

Juna mendengus. Dia tak habis pikir sebenarnya. Setiap kali menghadapi Nata yang tengah mengidam, Juna selalu bertanya-tanya dalam hatinya, kiranya saat anak kedua pasangan itu lahir, bentukan nya akan macam mana?

"Lagian lo aneh." cibir Juna. Dia kembali duduk di sofa tempat nya semula. "Punya bini. Cantik. Pas di peluk lebih anget dari guling lagi. Ngapain pengen boneka?"

"Masalah amat?" sinis Nata. "Terserah gue dong."

Tuhkan, nyebelin.

Juna mah sabar. Sepertinya untuk sembilan bulan kedepan, Juna harus terbiasa menghadapi tingkah Nata yang semakin ada-ada saja.

***

singa dari juna>>

oh iya, belakangan ini lapak ini alhamdulilah rame yaa, aku nemu beberapa akun baru yang ga aku tau. makasih loh udah mau mampir༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ selamat membaca dan semoga ceritanya memuaskan. buat pembaca lama juga ga kalah makasih karena udah stay di cerita penuh ketidakwarasan ini 🤣🤣

I'll come back next time👋👋

cey, 27 september

-see u-

Continue Reading

You'll Also Like

357 126 4
Dunia adalah tempat yang penuh dengan misteri. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan logika dan kata-kata, namun sering kali muncul tanpa peringa...
180K 11.2K 55
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
2.3K 144 15
"Aku masih membutuhkanmu sebagai payungku agar aku tak kehujanan. Jika payung itu rusak, maka aku akan kembali basah" Finn tersenyum tipis lalu menga...
189K 8.6K 29
{ BELUM DIREVISI } Pernikahan ini hanya sebuah kebohongan. Aku tahu itu, tapi dengan brengseknya kenapa hatiku menempatkan dirinya di tempat yang sal...