TOGETHER - JENLISA [G×G]

By crazyoveryou23

91K 3.1K 390

Dibesarkan dari panti asuhan yang sama membuat Jennie dan Lisa sedari kecil tidak bisa terpisahkan, bahkan sa... More

TOGETHER - 1
TOGETHER - 2
TOGETHER - 3
TOGETHER - 4
TOGETHER - EBOOK
SEASON 2 PUBLISHED

TOGETHER - PROLOGUE

8.1K 692 102
By crazyoveryou23

Seorang gadis kecil berusia lima tahun sedang duduk di sebuah ruangan bermain dan memainkan mainan-mainan perempuan yang di dominasi dengan warna merah muda, tidak terlalu berbaur dengan anak-anak yang lainnya, bocah kecil itu seperti memiliki dunianya sendiri.

Tepuk tangan kecilnya terdengar begitu dia berhasil menyusul blok lego dengan berbagai macam warna itu menjadi istana, seorang anak kecil yang polos tersenyum tanpa beban meski pakaiannya juga sedikit lusuh, begitulah dunianya.

Namanya Jennie, marga aslinya tidak diketahui, dia sudah tinggal di panti asuhan ini selama empat setengah tahun lamanya, matanya sipit, menunjukkan jika gen asia timur yang kental memang ada padanya, kulitnya putih bersih, pipinya bulat, badannya sedikit berisi dan hari ini rambut panjangnya di ikat rapi.

"Eoh?"

Sedang asik untuk membuat bentuk lain dari blok lego yang masih berserakan, gadis kecil itu dikejutkan dengan seorang temannya yang tiba-tiba duduk dan memeluknya dari samping, gadis kecil lain yang memiliki poni itu menguap lebar-lebar, membuat Jennie tertawa namun dia kemudian membalas pelukannya.

"Lili ingin bermain?" Suara lucunya terdengar, membuat anak-anak lain yang tengah bermain ikut menoleh, namun tidak lama karena yang lainnya kembali fokus dengan mainan yang mereka miliki masing-masing.

"Apa Lili mengantuk?" Jennie bertanya lagi karena gadis yang lebih muda dan bertubuh lebih kecil darinya tidak memberikan jawaban, hanya memeluk sekaligus meletakkan pipinya pada bahu kecilnya.

"Lili ingin makan? Unnie buatkan sesuatu, kita bermain masak-masak!" Ucap Jennie dengan nada semangatnya, anak kecil yang dipanggil Lili itu kemudian menggelengkan kepalanya, dengan telunjuk kecilnya, dia menunjuk istana yang sudah Jennie buat.

"Lili ingin istana milik Unnie? Tidak.. Lili nanti pasti akan menghancurkannya." Ucap Jennie sambil menyembunyikan hasil karyanya ke arah lain, hal ini sontak membuat Lisa mengeluarkan rengekannya karena dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Kita bermain yang lain saja.. Unnie akan membuatkan yang baru untuk Lili, bagaimana?" Tanya Jennie, membujuk Lili alias Lisa, gadis yang berusia satu tahun lebih muda darinya.

"Ayo, kita bermain bersama-sama, ambilkan yang itu." Jennie memerintah sambil menunjuk sebuah blok lego yang letaknya sedikit jauh dari mereka, Lisa merangkak dengan tergesa-gesa, mengambil sebuah lego blok berwarna kuning itu.

"Unnie.." Jennie yang tengah menyusun blok lego untuk Lisa menoleh, dia langsung mengambil dari tangan Lisa dengan senyuman manisnya.

"Lili, Mama mengatakan jika Jennie akan mendapatkan orang tua baru, itu artinya, Jennie tidak akan tinggal disini lagi." Ucap Jennie panjang lebar tiba-tiba, hal ini membuat Lisa yang tadinya kembali memeluk Jennie mengerutkan keningnya.

"Unnie akan pergi?" Tanyanya bingung, dia cukup paham jika sesekali teman-teman mereka pergi bersama kedua orang tua mereka dan tidak akan kembali lagi.

Mama, yang tak lain adalah pemilik panti asuhan pernah mengatakan jika anak-anak yang pergi adalah anak-anak yang beruntung karena mereka akan mendapatkan kehidupan baru bersama orang tua baru mereka, dan semua anak mungkin akan mendapatkan kesempatan yang sama.

"Hem.. Mama mengatakan seperti itu, Unnie sangat senang, ada orang tua yang akan menyayangi Unnie." Mendengar ucapan Jennie, Lisa tentu menjadi murung, dia merasa hanya Jennie teman dekatnya di rumah besar yang tak lain adalah panti asuhan ini, bagaimana dengan dirinya jika Jennie pergi.

"Tidak boleh!" Lisa tiba-tiba mengeluarkan nada bicaranya yang tinggi, membuat Jennie menghentikan gerakan tangannya kemudian menatap Lisa.

"Lili, tidak boleh berteriak seperti itu, Mama bisa marah." Jennie menenangkan dengan memeluk Lisa, namun gadis kecil berponi itu menggelengkan kepalanya.

"Lili ikut dengan Unnie." Jennie berdehem panjang, dia tidak tahu apakah Lisa boleh ikut dengannya nanti, Mama juga menyuruh dirinya untuk bersiap-siap karena akan ada sepasang orang dewasa yang menjemputnya.

"Lili, Mama mengatakan jika semua anak akan mendapatkan orang tua, Lili harus bersabar, okay?" Lisa melengkungkan bibirnya ke bawah dan menggeleng, "Lili ingin bersama Unnie." Ucap Lisa lagi, Jennie menghela nafasnya, dia kemudian memeluk adiknya.

"Hem baiklah, Lili bersama Unnie." Ucap Jennie, dia tidak ingin Lisa menangis sekarang karena dia juga akan ikut menangis jika adiknya ini menangis.

"Lili ingin tidur bersama Unnie." Jennie refleks melihat ke arah jam, semua kegiatan mereka sudah terjadwal setiap harinya, di jam dua belas mereka akan makan siang lalu bermain sampai jam dua untuk anak-anak yang usianya dibawah enam tahun, dan di jam dua siang mereka akan tidur sampai pukul empat sore.

"Kita akan tidur sebentar lagi, Lili." Ucap Jennie, jarum panjang berada di angka sembilan sekarang, artinya sebentar lagi mereka memang akan kembali ke kamar untuk tidur.

"Tapi Lili sudah mengantuk." Bocah berusia empat tahun itu mengucek satu matanya, Jennie sudah cukup paham dan memahami, Lisa pasti akan merengek jika dia mengantuk.

"Lili bisa tidur disini terlebih dahulu." Ucap Jennie lagi, dia meminta Lisa untuk berbaring sedangkan dia beranjak untuk mengambil sebuah boneka, bermaksud agar Lisa bisa tidur di lantai dengan memakai bantal dari boneka.

"Seperti ini, Lili bisa berbaring lalu Unnie membuat istana untuk Lili juga." Ucap Jennie, di banding keduanya, Jennie biasanya memang lebih banyak berceloteh.

Yang lebih muda hanya menuruti ucapan kakaknya, dia berbaring, sampai pintu ruang bermain di buka, membuat perhatian semua anak-anak beralih pada Mama yang memasuki ruang bermain.

"Mama." Jennie memanggil, dia ingin mengatakan jika Lisa sudah mengantuk, siapa tahu mereka diijinkan untuk kembali ke kamar terlebih dahulu.

Namun Jennie kembali mengunci mulutnya kala ada dua orang lain di belakang si pemilik panti asuhan, apalagi kini ketiga orang dewasa itu mendekat ke arah mereka, membuat Lisa yang tadinya sudah berbaring kembali bangkit duduk, kemudian memeluk satu tangan Jennie.

"Ini adalah Jennie, dia sudah empat setengah tahun berada di panti asuhan, dulu... kami menemukannya tepat di depan panti asuhan saat usianya masih enam bulan, tubuhnya sangat kurus dulu, namun sekarang Jennie sudah tumbuh menjadi anak yang cantik, sehat, baik dan sangat pintar." Jennie yang mendengar itu mengangkat kepalanya untuk melihat kedua orang dewasa, apakah ini yang akan menjadi orang tuanya? Gadis berusia lima tahun itu bertanya dalam hati.

"Jennie, berdirilah. Mereka berdua akan menjadi Eomma dan Appa mu." Jennie dengan bersemangat bangkit namun dia kesulitan karena Lisa menahan tangannya, pada akhirnya Lisa yang lebih pendek juga ikut berdiri.

Jennie kemudian membungkuk untuk memberi salam, Lisa juga melakukan hal yang sama, dia mengikuti apa yang Jennie lakukan dan Jennie merasakan usapan lembut dari seorang wanita asing di kepalanya.

"Anak yang cantik." Pujian itu membuat senyuman Jennie merekah, matanya bahkan berbinar, akhirnya waktunya tiba! Dia akan memiliki orang tua!

"Lalu, siapa gadis kecil ini?" Seorang pria yang datang bersama Mama menurunkan tubuhnya dengan berjongkok di hadapan Lisa, gadis berponi itu menunjukkan ekspresi takut-takut dan menyembunyikan wajahnya di belakang tubuh Jennie.

"Ah, dia Lisa, Lalisa. Usianya empat tahun dan kami sudah merawatnya sedari dia masih bayi sekalipun, tidak jauh berbeda dengan Jennie, orang tuanya meninggalkannya di samping panti asuhan, hanya ada catatan kecil, ibunya meminta tolong agar putri mereka diberikan nama Lalisa, yang artinya orang yang dipuji, dia memang sangat dekat dengan Jennie." Mama menjelaskan, dia tersenyum sambil mengusap pipi Jennie.

"Jangan bawa Unnie Lili! jangan bawa Jennie!" Lisa tiba-tiba mengeluarkan suaranya dengan lantang tapi matanya berkaca-kaca, membuat tiga orang dewasa itu saling pandang lalu Mama mengeluarkan kekehannya.

"Maaf, anak-anak disini memang sudah sangat dekat seperti saudara." Ucap Mama lagi, Lisa menatap pria di hadapannya yang kini memegang kedua lengannya.

"Lalisa." Panggilnya dengan lembut sambil mengusap air mata Lisa yang jatuh ke pipinya, Jennie ikut menoleh, apa Lisa justru yang akan mendapatkan orang tua baru, sedangkan dia tidak? Dia akan mengalah jika hal itu sampai terjadi.

"Yeobo, tujuan kita hari ini adalah Jennie." Istrinya menegur dan itu membuat pemilik panti asuhan merasa tidak enak.

"Kami akan tetap mengadopsi Jennie sesuai perjanjian awal, Nyonya Kwon." Pemilik panti asuhan tersebut mendengarnya, dia juga merasa senang para anak-anaknya akhirnya mendapatkan orang tua baru yang begitu menyayangi mereka.

"Kalian bahkan bisa membawa Jennie hari ini juga, aku sudah menyiapkan barang-barang mereka, Nyonya Song." Balasan itu membuat Lisa menangis, membuat Jennie memajukan bibirnya, kenapa Lisa tidak terlihat bahagia? Begitu pikirnya.

"Hey.." Lisa kembali ditenangkan oleh Tuan Song, bahkan pria itu menggendong Lisa sekarang, membuat Lisa memberontak, dia memanggil-manggil Jennie di tengah tangisannya, dia tidak ingin berpisah dengan kakaknya yang begitu dia sayang.

"Apa memungkinkan jika kami mengadopsi dua?" Pertanyaan Tuan Song membuat istrinya dan pemilik panti asuhan terkejut, Jennie juga sama, apaa Lisa akan ikut bersamanya?

"Yeobo." Istrinya mengerutkan keningnya bingung karena bukan ini rencana mereka sebelumnya.

"Kita tidak bisa memisahkan mereka, lagipula, aku menyukai anak ini, Lalisa. Namanya terdengar bagus, sudah, jangan menangis lagi, ikut Appa dan Eomma pulang, dengan Jennie juga, bagaimana?" Tangisan Lisa mereda meski nafasnya masih tersengal-sengal, dia hanya menatap Jennie saja, meski dia harus pergi sekalipun, yang penting dia tetap bersama Jennie.

"Yeobo..." Tidak banyak berbicara namun Tuan Song jelas meminta persetujuan dari istrinya, Nyonya Song kemudian mendekat, dia melihat Lisa sambil mengusap pipi gadis berponi itu.

"Baiklah, kita adopsi keduanya." Ucap Nyonya Song sambil ikut merangkul Jennie.

"Benarkah? Kalian benar-benar luar biasa, belum pernah rasanya ada orang tua yang langsung mengadopsi dua sekaligus, aku akan mempersiapkan semuanya, kalian bisa berbincang dengan Lisa dan Jennie terlebih dahulu."

•••

Dua belas tahun kemudian...

"Kalian harus saling menjaga setiap berada di luar rumah, apalagi Lisa, bajumu bahkan belum rapi, kemari, biar Eomma rapikan."

Si bungsu itu mendekati ibunya, dia sedikit menunduk agar wanita yang dia panggil Eomma bisa merapikan kerah seragamnya yang ternyata belum rapi.

"Eomma, Jennie selalu menjaga Lili dengan baik, hanya saja Lili memang nakal dan tidak mau di atur di sekolah! Dia bahkan menganggap kita tidak kenal." Lisa langsung terkekeh kala kakaknya mengeluarkan protesnya.

"Bohong, Eomma." Balas Lisa tidak mau kalah, Jennie yang sudah memakai sepatunya mendekat, dia memukul lengan Lisa yang membuat ibu mereka menggelengkan kepalanya.

"Jangan saling memukul, kalian harus saling menyayangi." Teguran itu membuat Jennie mengulum bibirnya sedangkan Lisa tertawa, dia yang dibela oleh ibu mereka!

"Maaf Eomma." Melihat Jennie yang mengeluarkan suara memelas nya, Lisa langsung mendekati kakaknya dan merangkul Jennie yang kini justru lebih pendek darinya.

"Tenang saja, Eomma. Lili akan menjaga Nini dengan baik." Ucap Lisa, ayah mereka yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya juga ikut keluar dari dalam rumah.

"Jangan panggil aku Nini, aku sudah besar!" Balas Jennie tidak mau kalah, "kau selamanya tetap Nini." Lisa yang jahil membuat kedua orang tua angkat mereka hanya mampu menghela nafas, hal ini yang mereka lihat setiap harinya.

"Kalian sangat manis sewaktu kecil dulu, kenapa sekarang seperti kucing dan tikus yang selalu bertengkar setiap hari? Ayo berangkat Lili, Nini. Appa bisa terlambat jika menunggu kalian saling menyerang satu sama lain." Lisa tertawa mendengarnya, dia menatap Jennie seolah mengatakan, 'Dengar! Kau adalah Nini! Nini kecil!'

"Karena dia menyebalkan, Appa." Ucap Jennie, keduanya menunggu giliran untuk memeluk ibu mereka karena ayahnya yang terlebih dahulu melakukannya.

"Setelah mengantar anak-anak, aku akan menjemputmu jadi kita bisa pergi bersama." Lisa dan Jennie sama-sama mengerutkan keningnya.

"Appa dan Eomma ingin pergi?" Tanya Lisa bingung, "tanpa kami?" Timpal Jennie lagi yang ikut protes.

"Hanya pergi sebentar untuk mendatangi cafe baru milik teman Eomma, akhir pekan kita akan pergi ke tempat hiburan, jangan mengganggu orang tua kalian pacaran hari ini, anak-anak." Balas Appa, Jennie mendengus sebal karena Lisa sudah memeluk Eomma terlebih dahulu dengan erat-erat, padahal seharusnya dia terlebih dahulu karena dia adalah anak sulung.

"Belajar dengan benar dan dengarkan apa kata kakakmu." Lisa berdehem, dia mendapatkan kecupan di kedua pipinya, rutinitas sedari kecil yang selalu mereka dapatkan tanpa absen sekalipun.

"Baik, Eomma." Ucap Lisa, kini giliran Jennie, dia memeluk ibunya dengan erat dan mendapatkan kecupan yang sama, rasanya Lisa dan Jennie memang beruntung di besarkan di tengah-tengah keluarga Song dengan penuh cinta dan kasih sayang.

"Marahi saja Lisa jika dia nakal, jangan marah jika dia memanggilmu dengan panggilan Nini karena kau adalah Nini kami selamanya." Jennie terkekeh dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Baik, Eomma. Kami berangkat terlebih dahulu." Ucap Jennie, ketiganya masuk ke dalam mobil karena Appa yang akan mengantar mereka.

Jennie duduk di belakang kali ini karena Lisa sudah mengambil posisi disamping ayah angkat mereka, Appa memberikan uang saku kepada keduanya terlebih dahulu, masing-masing dua puluh ribu won.

"Jangan jajan sembarangan, tidak masalah jika membeli makanan yang sedikit lebih mahal namun kesehatannya terjamin, mengerti?" Keduanya langsung mengangguk kompak, percakapan terjadi sepanjang jalanan meski di dominasi dengan perdebatan Jennie dan Lisa sekaligus nasihat dari ayah mereka.

"Appa akan menjemput bersama Eomma nanti." Ucap Appa, Lisa turun terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk kakaknya, Jennie memang berlagak seperti seorang ratu! Dan Lisa juga selalu menuruti perintah kakaknya.

"Hati-hati, Appa." Ucap Jennie, dia dengan manis melambaikan tangannya terlebih dahulu sebelum memukul perut Lisa.

"Ahh.. sakit, Unnie." Protes Lisa sambil mengerucutkan bibirnya, Jennie kemudian menatap Lisa, "kenapa kau tidak pernah bisa rapi?" Tanya Jennie, dia merapikan poni adiknya meski harus sedikit berjinjit lalu beralih ke seragam Lisa.

"Agar kau bisa merapikannya, Unnie." Balas Lisa, keduanya masih di depan gerbang dan Lisa dengan jahil mengecup pipi kakaknya sebelum berlari masuk ke dalam sekolah.

"Lalisaaa!" Jennie berteriak memanggil adiknya yang sudah berlari entah kemana, dia hanya mampu menggelengkan kepalanya saja karena dia tidak mungkin bisa mengejar kaki panjang Lisa.

"Untung saja aku menyayanginya." Balas Jennie sambil menyeka pipinya yang basah karena kecupan adiknya.

---

Jennie berlari tergesa-gesa keluar dari kelasnya dengan membawa tasnya yang bahkan belum sempat dia tutup rapat, gadis yang duduk di bangku tahun terakhir sekolah menengah atas itu turun ke lantai bawah dengan cepat, dari ekor matanya, dia juga melihat adiknya yang berlari sambil membawa tasnya.

"Unnie.. Unnie.. apa yang di bilang oleh guru benar? Eomma dan Appa..."

Jennie yang dihampiri oleh adiknya yang panik meneteskan air matanya, Lisa menjatuhkan tasnya, dia menggeleng dan memegang kedua lengan Jennie.

"Itu pasti bohong Unnie! kita pasti ditipu, tidak mungkin, Appa dan Eomma..."

Jennie terisak melihat Lisa yang tampak kacau sekarang, dia langsung memeluk tubuh adiknya, menumpahkan tangisannya namun Lisa malah mendorong tubuhnya.

"Unnie! Jangan seperti ini, kita harus berpikir positif, Appa dan Eomma hanya kecelakaan, mereka hanya perlu dirawat dan akan sembuh, tidak, mereka tidak akan mungkin meninggalkan kita secepat ini."

Seorang guru kemudian menghampiri keduanya, Jennie menggenggam erat tangan adiknya, keduanya di arahkan menuju mobil milik sekolah, karena keduanya harus pulang lebih cepat hari ini.

"Unnie.." Lisa memanggil lagi, keduanya berada di dalam mobil, bahkan kedua guru mereka tidak dapat mengatakan apa-apa, hanya memberikan tissue karena Jennie tidak berhenti menangis.

"Percaya padaku, mereka akan baik-baik saja." Lisa mencoba untuk menenangkan kakaknya, seorang guru datang ke kelasnya tadi dan memintanya untuk berkemas karena pihak berwenang menelfon ke sekolah dan mengatakan jika orang tua mereka dilaporkan kecelakaan pagi ini.

"Lisa." Lisa menoleh kala salah satu guru yang duduk di bangku depan memanggil namanya.

"Kau harus kuat untuk kakakmu juga, ini akan berat untuk kalian berdua, tapi kau pasti bisa menerima semuanya, menurut laporan yang kami terima, orang tua kalian meninggal ditempat."

Lisa membeku dengan mulutnya yang sedikit terbuka, tangisan Jennie semakin menjadi-jadi, dia sudah diberitahu soal ini oleh guru yang memanggilnya tadi dan kini dia yang memeluk Lisa dari samping.

"Eomma.. Appa...! Tidak...!" Lisa berteriak di dalam mobil, tangisannya pecah, dan yang bisa Jennie lakukan hanyalah mendekap tubuh adiknya erat-erat.

Bagaimana kehidupan mereka setelah ini? Mereka hanyalah dua anak remaja yang masih sangat rapuh, sayap mereka belum siap untuk terbang sendirian dan kini orang tua yang sangat mereka sayangi pergi untuk selama-lamanya.

This is still the prologue,

See you on next chapter!

New story new tastee everyonee, udah lama aku gak bikin antara sister meski ya tidak sedarah itungannya wkwkwk dan tema yang kaya gini belum pernah aku angkat so let's give it a tryy 🙈

Alurnya.. mmm not so complicated tapi adalah lika liku dramanya seperti biasaa, semoga kalian suka heheh enjoyy deh! Ini nanti buat jadwal malem.

Buat yang berminat pembelian ebook bisa bisa dari WA atau DM 👍 of course di ebook langsung dapet versi full nya jadi gausah nunggu on going. Feel free to ask.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 82.3K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...
184K 587 4
pak bima yang tadinya setia berubah menjadi pencinta wanita
221K 25K 28
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
652K 53.8K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...