My Heart Calls Out For You

By fairytalice

40.6K 4.9K 261

Pram langsung jatuh cinta saat pertama kenal dengan Ayu. Ia sampai memberanikan dirinya untuk mengutarakan pe... More

You Were More Than Beautiful
If big baby are tired
Pram being Pram
Vespa for two
Families day out
Families day out pt.2
Saturday Night
Hazel Amoura Wiryadamara
Staycation
Hazel getting sick
Bapak turning into Ibu (Housewife) for a day
Ditinggal Ibu
Bapak, Ibu jangan marah - marah
Baby grow up so fast
short getaway
Obstacles
Reunited
hazel the clingy princess
Anak perempuan pertama

Hazel's little brother

1.8K 200 21
By fairytalice

Pagi itu Hazel terbangun bukan berada di kamarnya yang berbeda. Sejak kemarin sore ia menginap di rumah eyang, karena ibu sudah berada di rumah sakit dan bapak harus menemaninya. Ada rasa sedih karena ia tidak bisa tidur bersama ibu dan bapak, lalu bersiap-siap tanpa bapak, dan tidak diantar sekolah oleh bapak.

Tapi eyang bilang, jika Hazel bersabar dan menjadi anak yang menurut ia akan menjadi seorang kakak. Dengan motivasi tersebut Hazel akhirnya mau menginap di rumah eyang. Ada motivasi lain yang membuatnya sangat berdebar hari itu, eyang bilang sepulang sekolah ia bisa melihat adiknya di rumah sakit.

"Hazel aku punya mainan baru loh," ucap Jupi. Sebenarnya itu ajakan Jupi kepada Hazel agar dirinya mau berkunjung ke rumahnya.

"Mainan apa?" tanya Hazel datar, "tapi pulang sekolah aku dijemput eyang soalnya mau ketemu ibu."

Mendengar cerita Hazel tentang ibunya yang sudah melahirkan adiknya, Jupi ikut antusias. Ia meminta kepada Hazel untuk mengajaknya juga untuk bertemu ibu. Tapi, sayang Jupi tidak bisa karena ia harus pulang ke rumah, atau nanti dicari mama.

"Jupi ganti baju dulu. Nanti kesananya sama mama aja ya," ucap sus. Sedih ia tidak bisa bertemu adik Hazel saat pulang sekolah, semoga mama mau membawanya segera untuk berkunjung nanti.

Sekolah yang biasa terasa singkat oleh Hazel kini terasa sangat lama. Hatinya sudah gelisah dan gugup ingin segera bertemu sang adik. saat jam istirahat ia malah bertanya kepada guru apakah ia boleh pulang lebih dulu, dan jawabannya tentu saja tidak.

Waktu pulang yang berjalan sangat lama itu akhirnya tiba. Hazel langsung mengambil tasnya dan berpamitan kepada gurunya. Memakai sepatu dengan cepat lalu mencari keberadaan eyangnya. Saking semangatnya ia sampai lupa akan Jupi, Hazel meninggalkan Jupi begitu saja. Ia juga tidak tahu jika Jupi menangis karena ditinggalkan oleh Hazel.

"Eyang ayok, aku mau lihat adek."

"Pelan-pelan aja, adeknya juga gak akan kabur kemana-mana."

Duduknya di mobil tidak tenang. Ia terus bertanya kepada pak supir kenapa mobilnya tidak jalan, kenapa harus berhenti disaat dirinya ingin diburu-buru. "Lagi lampu merah ini cantik," ucap pak supir.

Sedangkan di rumah sakit, ibu, bapak, dan adik bayi sedang bersama. Mereka tidak tahu seheboh apa putri perempuannya saat ini. Adik lahir pukul 5 pagi tadi, setelah kontraksi yang dirasakan ibu sejak kemarin akhirnya ia lahir juga. Anak kedua tidak begitu sulit, menurut ibu.

"Gimana ya ekspresi kakaknya nanti," ibu berandai-andai apakah Hazel akan senang, cemburu, atau lainnya, "menurut kamu gimana mas?"

"Seneng pasti, dia kan pengen banget ada adek. Masa tiba-tiba gak suka."

Pintu kamar terbuka. Ibu dan bapak dapat mendengar suara sepatu yang bertabrakan dengan lantai dengan rusuh. Mereka juga dapat mendengar suara mama Pram yang memanggil namanya. "Nah tuh dateng," ucap Pram.

"Ibuuu," panggilnya setengah teriak.

"Ssttt, kenapa lari-lari gini?"

Baru saja Hazel mau naik ke atas kasur, badannya sudah terangkat. Bapak menggendongnya dan membawanya ke kamar mandi. "Cuci tangan dulu, kakak baru dari luar. Kotor."

Setelah mencuci tangannya dibantu oleh bapak, akhirnya ia berhadapan dengan ibu dan adik bayi yang sedang menangis di pangkuan ibu. Jika tadi ia heboh ingin segera bertemu sang adik, kini setelah ia berhadapan langsung kehebohannya langsung hilang.

"Kok diem aja?" tanya bapak. "Adeknya nangis tuh."

"Sama aku?" ternyata ia merasa bersalah ketika melihat adiknya yang menangis, ia merasa apakah adik menangis karena tingkahnya yang heboh barusan.

"Nggak sayang adeknya haus nih, gugup ketemu kakak," ibu menenangkan Hazel yang masih telihat kaku di hadapannya. Ibu menarik tangan Hazel membawanya lebih mendekat, supaya Hazel bisa melihat adiknya lebih jelas.

"Ibu...," Hazel telihat ragu-ragu ingin mengelus kepala sang adik. Melihat hal itu, ibu mengangguk memberi kepercayaan kepada Hazel. "Pelan-pelan ya."

Untuk pertama kalinya Hazel mengelus kepala sang adik. Akhirnya ia benar-benar menjadi seorang kakak, adiknya sudah nyata tidak lagi dibatasi oleh perut ibu. Semakin lama Hazel sudah merasa tidak kaku lagi, ia bahkan ingin meminta untuk memangkunya.

Dengan bantuan ibu, Hazel bisa memangku adiknya. Badannya kecil, seperti boneka. Hazel tidak butuh lagi boneka bayi, ia sudah punya adik bayinya sendiri, yang nyata. "Hai adek," sapa Hazel.

Gemas melihat interaksi Hazel dengan adiknya, bapak langsung mengeluarkan ponselnya, tidak mau momen ini hilang begitu saja.

"Ibu tadi Jupi mau ikut kesini loh. Tapi aku tinggal," sesi Hazel bercerita dimulai. Walaupun cuman ditinggal semalam, rindu juga ibu dan bapak mendengar story telling anaknya itu.

"Kok ditinggal?"

"Abisnya Jupi lama, aku juga lupa hehe. Tapi kata sus juga Jupi kesini nanti sama aunty By."

Pandangan Hazel tidak bisa teralihkan dari sang adik, ia juga tidak mau berada jauh dari adiknya. "Ibu emang adek suka warna biru?" tiap kejanggalan yang ia lihat dari adiknya selalu ia tanyakan.

"Kan adek laki-laki, jadi bajunya warna biru. Kalau kakak waktu itu warna pink."

Hazel ternyata baru sadar akan hal itu. Ia kira adiknya memang suka warna biru, karena biasanya ibu selalu memakaikan baju yang berwarna netral, jarang ia melihat ibu membelikan baju yang berwarna biru. Di rumah pun ia tidak melihat banyak warna biru.

Esok harinya, banyak keluarga dan teman dekat yang berdatangan. Keluarga yang rumahnya jauh pun rela menghabiskan waktunya dijalan hanya untuk melihat adik Hazel yang baru lahir. Hazel juga sangat senang bisa bertemu sepupunya yang hanya bertemu tiap hari-hari besar.

"Unclee nih adek aku loh," ia menunjuk adiknya yang sedang tidur di dalam tempat tidurnya.

Kini giliran teman-teman dekat Pram dan Ayu yang berkunjung. Ada Ruby, Julio, Jupi, dan Theo yang datang bersama. Hazel selalu menyombongkan kepada setiap tamu untuk melihat adiknya. Dan diakhir ia juga tidak lupa menyombongkan dirinya sebagai seorang kakak.

"Cie selamat ya udah jadi kakak," Theo mengusap pucuk kepala Hazel, yang tentu saja semakin membuatnya terlihat bangga.

Ia juga mengajak Jupi untuk melihat adiknya disaat para orang dewasa berbincang. Hazel juga menawarkan kepada Jupi untuk menjadi kakak dari adiknya juga bersama denganya. Jadi adik punya lebih banyak kakak, begitu katanya.

Setelah kunjungan dari sahabat mereka. Kini kunjungan keluarga lagi, walaupun mami dan papi sudah berkunjung kemarin mereka tetap datang untuk yang kedua kalinya. Bedanya kali ini ada Amara dan Gio.

Hari itu Hazel sangat senang. Ia bisa memperlihatkan sisi baru dirinya sebagai kakak kepada orang banyak dan tentu saja kehadiran personil baru keluarganya tidak akan pernah lupa ia presentasikan kepada para tamu yang berkunjung. Selain itu, ia juga pasti mendapatkan hadiah. Padahal ini bukan hari ulang tahunnya tapi ia sudah menerima banyak hadiah.

Ibu menginap selama 3 hari 2 malam di rumah sakit ditemani dengan bapak tentunya. Hazel tidak menginap bersama, ia akan pulang dijemput oleh eyang dan menginap disana. Tapi setiap hari Hazel pasti berkunjung. Di hari dimana ibu boleh pulang, Hazel tidak datang. Ia bersama dengan Amara dan Gio akan menyambutnya di rumah. Gio memberi ide untuk membuat surprise saat kedatangan adik bayi. Mereka sedikit mendekor kamar baru milik adiknya nanti, memberi hiasan balon dengan nama adiknya disana.

Pas saat mereka selesai mendekor, yang ditunggu-tunggu akhirnya sampai. Hazel menyambut di depan pintu menuntun jalan ibu yang menggendong adiknya menuju ke arah kamar sang adik. Saat dibuka, ibu terkejut sampai terharu dengan apa yang dibuat oleh putrinya.

"Terima kasih ya kakak," ucap ibu terharu.

Ia tidak menyangka jika anak perempuannya yang baru berusia 5 tahun itu memberikan kejutan kepada adiknya yang baru saja lahir.

"Iyaa ibu."

Kini rumah terasa semakin hangat dengan adanya anggota keluarga baru. ada banyak perubahan yang terjadi dan tidak semua terasa menyenangkan. Tapi baik bapak, ibu, ataupun Hazel sangat mensyukuri adanya perubahan tersebut. Selamat datang Harvey Rumi Wiryadamara.


The end.


Terima kasih yang udah baca cerita "My heart calls out for you" versi wattpad sampai disini.
Maaf kalau masih banyak kurangnya, karena aku bukan ahlinya.
See you on the another story ♡

Love, Alice.

Continue Reading

You'll Also Like

2.6K 685 10
Putus dari mantannya setelah delapan tahun bersama, Kaia si budak korporat malah harus berhadapan dengan anak magang si bocah brondong tengil dan nge...
726K 67.8K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
8.7K 1.2K 20
Just ordinary story between Joanna and Jeffrey.
5.4K 554 32
Di atas panggung mereka berlima dikenal sebagai anggota band indie yang tampan, penuh talenta dan berkharisma. Tapi begitu di luar panggung, semuanya...