Petualangan Rui (Rui Untuk Do...

By wizardwind

306K 30.2K 2.9K

Musuh Dominic berhasil menyelinap kedalam Mansion, dan bermaksud menculik salah satu dari sikembar. apa yang... More

1. Awali pagi dengan Rui
2. Catu campai celupuh belac
3. penyerangan Mansion Damian
4. Awal petualangan
5 . Burung raksasa memakan orang
6. Pipi oh Pipi
7. Penderitaan Nero
8. Malam yang indah
9 . Naik turun presentase misi
10 . Rui rindu Mama
11 . Kenapa hanya sedikit?
chapter bonus (Rui Ryu)
pengumuman ☺
12. tertangkap basah
13.Rui bukan bayi
Anak monster
14. kedatangan Raja.
15. membunuh monster yang menyamar
yang mau baca silahkan datang
16. hanya bisa berdo'a
17. introgasi
18. monster dimenara.
19. akhirnya, bertemu monster.
20. reuni monster?
21. makan biskuit beracun
22. waktu pulang semakin dekat
23. lemparan tongkat ajaib
24. Hari pembalasan
promosi cerita sebelah
25. Rui pulang dulu.
26. jatah susu terancam hilang

Pemakaman putra mahkota

10.5K 1K 64
By wizardwind



Hitam, itu adalah warna yang terlihat saat ini.

Dimulai dari dress atau gaun untuk perempuan dan jas atau kemeja untuk laki-laki. Semua warna pada pakaian mereka sama, yaitu hitam. Melambangkan berdukacita untuk kerajaan yang anggotanya telah pulang kepangkuan Tuhan.


Upacara pemakaman untuk putra mahkota saat ini tengah berlangsung, dipimpin oleh sang raja dan anggota keluarga lainnya. Mulai dari selir hingga Puteri dan Pangeran serta beberapa mentri dan tetua kerajaan.


Lalu, dimana ratu? Seperti berita yang telah tersebar. Ratu telah hilang diculik oleh pembunuh semalam. Kejadian ini tentunya pukulan besar bagi kerajaan dalam masalah keamanan.


Dalam semalam, putra mahkota tewas dan ratu diculik. Serta beritanya tersebar begitu saja, seperti jamur di musim hujan. Bahkan berita itu telah menyebar ke pelosok desa tanpa tau siapa yang menyebarkannya.
Tapi yang lebih aneh lagi, tak satu pun ditempat pemakaman, orang yang berani mengungkit-ungkit masalah itu. Mereka bergerak seperti mengikuti arus, bahkan kalangan bangsawan wanita yang dikenal suka bergosip pun diam tanpa ingin bersuara.


Pemakaman sangat sunyi, hanya ada suara langkah kaki, dan sesekali orang bersapa dengan teman atau saudara, serta lantunan do'a untuk mendoakan putra mahkota yang terdengar. Bakhan alam pun turut mendukung, tidak ada suara gesekan daun disana maupun suara kicauan burung dan bunyi serangga.
Semuanya diam seribu bahasa, seolah kalau mereka mengungkapkan banyak kata, disaat berikutnya mereka akan mati.


"Para pelayat dipersilahkan meninggalkan pemakaman langit."


Mendengar suara pemimpin do'a yang menyatakan orang-orang boleh pergi, barulah banyak langkah kaki keluar dari pemakaman, dan hanya meninggalkan beberapa bangsawan dan anggota kerajaan yang masih berdiri di samping makam sang putra mahkota.


Baru, setelah satu km jauhnya dari pemakaman, para pelayat mulai menceritakan berbagai peristiwa yang menggemparkan terjadi baru-baru ini. Itupun dengan berbisik didalam mobil atau didalam kereta kuda bagi mereka yang memiliki status tinggi.
Baik itu peristiwa lenyapnya beberapa keluarga, hingga ditemukannya beberapa mata yang mengambang disepanjang sungai didaerah salah satu bangsawan perbatasan. Dan para bangsawan sudah tau, siapa pelaku dibalik itu semua, tapi mereka tidak ingin membicarakannya.


"Kami turut berdukacita."
Raja yang masih tertegun disamping makam sang putra, berbalik saat mendapatkan tepukan dibahunya dari sang adik.


"Ya, ini adalah hal yang disesalkan." Atelstan roxue James VII, raja saat ini yang telah memegang kekuasaan lebih dari 50 tahun lamanya menatap Phillip dengan tatapan tegas penuh kewibawaan khas seorang raja, tapi di tatapan itu masih tersirat sedikit sedih dan hanya phillp yang tau tentang itu.


James menatap Phillip dalam-dalam sebelum berkata. "Phillip, aku ..." Tapi sebelum raja berkata lebih lanjut Phillip sudah membungkam sang kakak dengan perkataannya.


"Aku tidak akan menjadi raja, mau itu sementara atau selamanya."


James hanya menghela nafas lelah setelah sang adik menolak usulannya untuk yang kesekian kalinya.


"Aku, sudah lelah. Aku ..."


"Kita bicarakan ini setelah sampai di istana, tidak baik membicarakannya disini. Lagi pula, kau sudah memiliki calon yang cocok untuk menjadi raja."


Setelah kata-kata Phillip jatuh, terlihat beberapa orang datang mendekat. Mereka adalah Earl, Marquis dan Viscount. datang menghadap sang raja.


"Keagungan untuk anda, sang Phoenix dari barat kerajaan Altastellan." Ketiga bangsawan itu memberi hormat kepada sang raja.
"Salam yang mulia, salam Duke Von Bismarck." Earl dari kota seberang menyapa James dan Phillip. Diikuti oleh Viscount dan Marquis dari negri yang sama.


James dan Phillip memberi anggukan pada mereka bertiga dan berbincang sedikit, kemudian diakhiri ucapan bela sungkawa dari ketiganya, dan raja menerima ucapan belasungkawa dari ketiga bangsawan itu.


Clleo yang tidak jauh dari sana menyaksikan ketiga bangsawan itu, terutama sang Earl yang terlihat lebih tua dan memiliki guratan lelah diwajahnya melebihi sang raja. Ya, pria itu adalah ayahnya, ayah kandung Clleo dari kehidupan sebelumnya. Setelah lima tahun bertransmigrasi, Clleo baru sadar. Kalau sang ayah sudah menikah lagi dan mempunyai seorang anak perempuan.



Wajar jika sang ayah lelah, sebab belum mendapatkan pengganti dirinya untuk menyandang status Earl. Sang Earl hanya memiliki seorang putra dan itu adalah dirinya. Setelah Clleo tiada, sang ayah sangat terpukul. Kehilangan istri pada awalnya dan sekarang kehilangan anak semata wayangnya. Clleo menatap sang ayah dengan tatapan sendu. Tapi, untuk saat ini Clleo tidak bisa pulang dulu. Meskipun tugas sudah selesai, masih ada sedikit yang ingin dia ketahui.


"Ayah, tunggu saja. Berix akan pulang setelah semuanya jelas." Clleo berbisik sambil menyaksikan sang ayah berjalan kearah seorang wanita dan anak perpuan berusia 3 tahun digendongannya.


"Adik ku manis." Clleo menatap gadis kecil berambut coklat itu lekat-lekat. "Tapi, lebih manis Rui tentunya. Ya, setelah ini tinggal suruh saja sistem untuk mengubah alur hidupku. Dan tentunya Rui sebagai adik kandung ku. Rencana yang bagus." Clleo tersenyum sendiri saat memikirkan sang bayi bersurai biru dirumah. Dirinya sudah tak sabar untuk pulang.


Edegard yang tak jauh dari Clleo menatap anak itu yang tengah asik tersenyum aneh seperti orang bodoh. Mengangkat bahunya sedikit dan berkata didalam hatinya bahwa dia tak mengenal anak itu.


Kemudian pandangannya beralih menatap pintu masuk pemakaman. Bukan hanya Edgard saja yang mentap kearah sana, tapi semua orang di pemakaman melihat kearah itu, dimana disana seorang anak kecil menangis terisak. Membuat beberapa orang yang melihatnya merasakan hati mereka luluh serta sedih akan tangisan itu.


"Pangeran Aster?" Phillip mengangkat sebelah alisnya menatap bocah yang berumur sama dengan Clleo, dan merupakan pangeran termuda di Kerajaan saat ini. Dia adalah anak dari selir kesayangan raja.

Melihat putra kecilnya yang jauh-jauh dari istana kesini dengan deraian air mata. hati raja segera luluh dan berjalan mendekat untuk menenagkan putra kesayangannya itu.


"Cih, dia tau tempatnya untuk pertunjukan bakat." Edegard yang menyaksikan semuanya sedari tadi hanya menatap anak yang berada digendongan sang raja dengan acuh tak acuh.
Sejujurnya anak itu sangat menggemaskan. Memiliki surai merah muda seperti sang ibu, mata besar dengan tatapan selalu cemerlang serta pipi chubby khas anak kecil. Tapi, entah kenapa. Edegard merasa, baik si anak maupun si ibu tidak sesederhana kelihatannya. Membuat dia agak menjauh dari bocah yang menurutnya mengganggu jika dia datang ke istana.



Edegard bersandar pada pohon di belakangnya. Menutup matanya sejenak, untuk mengingat bocah biru yang pagi ini telah menghabiskan 2 botol susu dimeja makan.
Tanpa sadar Edgard tersenyum sedikit, mengingat pipi chubby anak itu yang menggembung besar saat menghabiskan susu.
Ah, Edgard ingin cepat pulang.








🌻🌻🌻🌻



Sampai di Mansion. Anggota Von Bismarck yang pergi ke pemakaman putra mahkota bergegas untuk pulang. Bahkan seruan sang raja untuk makan siang bersama tak dihiraukan oleh Phillip setelah berbincang sedikit dengan sang raja masalah putra mahkota, dirinya segera angkat kaki dari istana, tidak membiarkan sangat raja mengatakan apapun lagi.



Phillip bergegas pulang begitupun anggota lainnya yang tidak ingin berlama-lama di istana. Hal ini membuat beberapa selir, pangeran maupun raja menatap mereka penuh keheranan.


Mereka seperti cacing kepanasan, dan selalu tidak fokus saat berbicara. Banyak melamun dan ujung-ujungnya tersenyum sendiri. Membuat raja menyangka kalau sang adik telah salah meminum resep obat.



Phillip melangkah kedalam Mansion dengan mantap diikuti Edward dan yang lainnya dibelakang. Kemudian secara tak terduga Phillip berhenti, yang menimbulkan tanda tanya pada semua orang.



Dua detik kemudian raut tanya itu hilang, digantikan dengan senyuman hangat saat melihat seseorang yang telah memeluk kaki kanan Phillip.
Phillip tersenyum, kemudian mengangkat sikecil ke dalam gendongannya.


"Sudah makan, hmm ..." Phillip tanpa menghiraukan yang lainnya berjalan dengan langkah lebar menuju sofa ruang tamu.

"Cuda, tapi Lui maci lapal." Rui menepuk perutnya untuk mengungkapkan rasa laparnya, hal itu membuat Phillip terkekeh sedikit.

"Apa abang Eleanor, mengurangi jatah makanmu?" Phillip bertanya santai sambil sesekali mengusap rambut lembut Rui yang sekarang menjadi hobi baru Phillip.


"Kurasa, Eleanor perlu dihukum." Edward duduk disofa lainnya diikuti oleh Reine, Gloria Edgard, Clleo dan Nero. Si kucing yang diam-diam ikut kepemakaman.



"Oh, seperti itu. Berani sekali Eleanor membuat anak manisku ini kelaparan." Reine segera merebut Rui dari Phillip, membuat Phillip hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan sang istri.



"Capa bang lanol? Lui kaci mamam cama bang win." Rui menatap semua orang dengan tatapan bingung. Siapa abang Eleanor ini? Rui baru mendengar nama ini.


Seketika ruangan yang tadinya ramai dengan canda tawa menjadi hening. Terutama Reine yang membeku ditempat.
Bagaimana Rui tau, nama lain Eleanor ditempat kerja! Bukankah mereka tidak menyebutkan hal ini di Mansion.


"Sayang, kok tau nama abang Wind!" Reine menatap anak itu penasaran, begitupun dengan Clleo yang baru tau nama lain Eleanor. Sementara yang lain hanya membiarkannya saja. Biarkan sang ibu tau, siapa Rui sebenarnya.
"Bang win na, teman abang Luic na Lui." Seketika Reine terdiam.
"Lang taun Lui cemalam, bang win main kluma Lui. Tluc Lui na dapat moneka kinci. Tapi kata bang Lyu, moneka bang win cuka gigit." Rui menatap Reine yang masih terdiam, kemudian beralih pada Phillip.


"Papa, napa moneka kinci bang win cuka gigit na? Padahal Lui cuka." Anak itu menatap Phillip dengan tatapan sendu. Sementara Phillip menampilkan raut bingung, mau jawab apa!


Reine berdiri, kemudian pergi untuk mengambil sesuatu. Sesaat kemudian Reine kembali lagi membawa majalah.
Semua orang yang menatap majalah itu tau, siapa yang ada disampul utama majalah itu. Keluarga yang selalu menjadi bulan-bulan berita utama.


"Rui, sayang. Apakah Rui kenal orang ini." Reine memperlihatkan foto seseorang di majalah itu. Pria berambut panjang tergerai dengan wajah bak karakter fiksi.


Rui menatap bingung orang didalam foto. "Milip Papa, tapi napa lambut Papa celpelti Moctel?"
"Ekhem ..." Phillip terbatuk ketika mendengar penuturan polos sikecil. Hampir tertawa, kalau tidak mengingat rumahnya punya telinga.

"Apa ini, Papa Rui?" Reine masih belum bisa menerima kenyataan. Reine hanya berharap Rui hanyalah seorang anak bangsawan rendahan. Tidak pernah mengharap Rui, adalah anak yang tidak bisa dijangkaunya.


"Ya, ini Papa na Lui." Anak itu memegang majalah dengan mata berbinar. Tau kalau itu memang papa nya terlepas dari apapun bentuknya, ini tetap papanya Rui.
"Napa Papa na Lui celpeti ini? Papa na ndak milip Papa diluma!" Rui menatap lekat-lekat foto dimajalah itu, bahkan majalah itu telah mencapai hidungnya saking dekatnya Rui melihat.

"Mama na pacti cedih, liat Papa na celpeti moctel." Siapa yang tidak tau seperti apa karisma seoarang Stevan diluar. Dengan rambut tergerai dan mata tajam melihat orang lain.
Berbanding terbalik dengan penampilan nya dirumah. Seolah paras angkuh dan wibawanya diluar, akan hilang digantikan kelembutan saat bersama Rui.
Hal inilah yang membuat Rui masih bingung melihat foto sangat Papa.


Sementara Rui bingung dan Reine masih termenung. Disisi lain, Nero dan Clleo malah menampakkan raut ketakutan.
Diramalkan kalau yang menghancurkan kerajaan adalah keluarga berambut putih. Dan didalam majalah yang dilihatkan oleh Reine, sangat terlihat sekali kalau merekalah orang-orang dalam ramalan.


Kemudian Clleo menatap Rui.
Ah, siapa yang berencana menjadikan bocah ini sebagai adik kandungnya tadi! Bisa dibayangkan hal apa yang menantinya jika itu dia lakukan.







Tbc....

Freepict

Rui



Btw Secense Rui full chapter berikutnya ya 🙈 bakalan ada musuh baru juga... Dan klean dah tau siapa orangnya 🙉🙉🙉


Maaf kemalaman, author bisa ngedit cerita malam-malam 😊🙏 siang susah banget buat ngeditnya....



.

Continue Reading

You'll Also Like

263K 18.5K 27
JANGAN BACA KALAU TIDAK NIAT UNTUK DUKUNG!!!🚫 AREA BROTHERSHIP🚫🚫 kelahiran seorang anak adalah hal yang di tunggu-tunggu oleh sebuah keluarga. bah...
148K 13.2K 21
B R O T H E R S H I P A R E A (BUKAN BL) |Sedikit berantakan tapi nanti akan diperbaiki setelah ceritanya tamat| Seputar kisah si imut Bam yang bert...
421K 26.9K 38
Aleonazka El. Salah satu anak panti yang baru saja diadopsi saat usianya 10 tahun. Menjadi seorang tuan muda kecil di sebuah keluarga. Sayangnya, ti...
449K 12.1K 145
Di bawah umur tolong jangan ya, ini adalah area dewasa 🔞.... Dan untuk yang sudah dewasa dan cukup umur baca aja ya ... kalau suka kasih vote ok, ma...