Stay With You ✅️

By renkechan

27.1K 3K 1.2K

Kisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang men... More

PROLOG
MY WISH
MY WISH pt 2
GIFT (?)
TAK ADA YANG BEDA, HANYA ...
RAHASIA (?)
RAHASIA (2)
KENAPA HANYA KAMU..(?)
Self
DIA MILIKKU (!)
DIA MILIKKU (!) 2
DIA MILIKKU (!) 3
KERAGUAN
PERJALANAN BARU DIMULAI
LIKU-LIKU
KUNCI
APA INI KEGELISAHAN?
NOT YOU
NOT YOU (2)
NOT YOU (3)
YES I'M
IKAN
YOONMIN
HARI BAHAGIA
PRESENT
PRESENT 2
KEHIDUPAN PERNIKAHAN
MABA VS MASA
JADI....
💜
IS IT FINE (?)
IS IT FINE (?) pt 2
IS IT FINE (?) pt 3
NO, IT IS NOT FINE
🖤
🖤🖤
🖤🖤🖤
🖤🖤🖤🖤
ME, YOU + (SHE)
ME, YOU+ (SHE) 2
ME, YOU + (SHE) 3
ME, YOU+(SHE) 4
THE SISTER
THE SISTER (2)
JUST WE ARE
JUST WE ARE (2)

Those Eyes

986 84 11
By renkechan


-Biarkan aku terus menjaganya- Jin





















"Suster! Suster! Lihat, adik ini menangis suster tolong!"

Sore itu menjelang malam, Seokjin kecil berlari tergopoh-gopoh. Anak usia tujuh tahun yang terlihat menggendong balita yang mungkin berusia dua atau tiga tahun?

Darimana Seokjin kecil menemukan balita itu?

"Astaga Seokjin, siapa ini nak?"

"Suster tolong! Adiknya kedinginan. Suster bawa adiknya biar aku ambilkan bajuku!"

"Tapi Seokjin, dia siapa?"

"Nanti aku ceritakan suster."

Bocah kecil yang memiliki hati bak malaikat itupun berlari menuju lemari pakaian tanpa menghiraukan bajunya yang basah kuyup. Lalu ia memilih sepasang kaos dan celana terbaik yang ia punya untuk dipakaikan pada 'sang adik'.

"Ini suster."

"Terimakasih Seokjin."

Seorang biarawati tertua yang sudah Seokjin anggap seperti ibunya sendiri, Suster Irina, membantu anak kecil yang sedari tadi tak berhenti menangis untuk berganti pakaian. Bocah itu terus menangis dan mengabaikan dingin yang mungkin saja terasa menusuk tulang. Dia memang masih kecil. Mungkin juga belum tau bagaimana cara mengungkapkan perasaannya. Dalam segala keadaan, ia hanya bisa menangis.

"Cup-cup-cup diam ya sayang. Gak apa kita ganti baju dulu ya."

"Bajunya kebesaran Suster."

Seokjin tertawa melihat si kecil memakai kaus lengan panjangnya. Tangan mungil itu tertutup sempurna sebab ukurannya yang terlalu besar jika dipakai olehnya.

"Tidak apa kan adik? Biar hangat. Nanti kalau adik sudah besar pasti bajunya muat kok."

Seokjin mengusap lembut pucuk rambut si kecil yang lepek karena basah. Entah mengapa hatinya menghangat sejak pertama kali melihat anak kecil itu. Seokjin pikir, matanya begitu indah. Pipinya penuh dan dua gigi kelincinya terlihat begitu menggemaskan.

"Suster kenapa adiknya masih menangis? Apa dia sakit? Atau lapar? Sebentar biar aku ambilkan makan."

Suster Irina tersenyum ramah. Seokjin ini adalah anak panti kesayangannya. Ia tampan, baik dan ramah tapi entah kenapa sampai usianya hampir delapan tahun, belum ada orang tua angkat yang ingin mengadopsinya. Untuk usia Seokjin sendiri sebenarnya tak ada yang tau. Sebab Seokjin ditemukan oleh Suster Irina di kursi halte bus saat ia masih bayi.

Beruntungnya, Seokjin bayi memakai kalung emas dengan cetakan bertuliskan Kim Seokjin. Sekembalinya Seokjin dari dapur....

"Loh, kok adiknya sudah tidur Suster?"

"Iya mungkin kecapaian sayang. Itu kamu makan aja ya nasi sama ayamnya. Nanti biar adiknya, Suster Irina belikan lagi untuk makan malam."

"Jangan Suster. Ini saja kasih ke adik buat makan malam. Seokjin nanti makan sama sayur aja."

"Ya sudah kalau begitu sekarang Seokjin cerita dulu. Dimana kamu nemuin adik ini? Kita harus segera kembalikan ke orang tuanya sayang. Kasihan pasti orang tuanya nyariin adik ini."

"Suster, apa adiknya tidak bisa tinggal disini aja? Adik tadi sendirian di taman. Pasti adik juga dibuang sama orang tuanya. Kayak orang tua Seokjin. Kan kasihan Suster."

"Sayang, kesini dulu!"

Suster Irina duduk di kursi sebelah tempat tidur si adik kecil dan menepuk bangku kosong di sebelahnya.

"Seokjin, Suster pernah bilang kan kalau Seokjin gak boleh bicara seperti itu?"

"Tapi kata teman-teman Seokjin-"

"Jangan didengarkan! Seokjin tidak dibuang. Seokjin ini spesial. Seokjin adalah putra malaikat yang langsung turun dari langit dan dititipkan ke Suster Irina sayang. Seokjin bukan dibuang tapi dititipkan."

Seokjin mendecih pelan. Kalimat itu berulang kali Suster Irina katakan sejak dulu dan kini Seokjin sudah cukup paham bahwa malaikat itu tidak beranak. Jadi mana mungkin dia ini anak malaikat? Namun ia tak berani membantah perkataan orang yang telah menjaga dan menyayanginya sepenuh hati.

"Seokjin paham kan nak?"

"Paham Suster."

"Ya sudah kalau begitu coba ceritakan bagaimana kamu bisa bertemu dengan adik ini?"

Seokjin pun akhirnya menceritakan bagaimana ia bisa bertemu dengan si adik kecil hingga akhirnya memutuskan untuk membawanya pulang ke panti asuhan.

Ia berkata bahwa tadinya sempat melihat anak itu sewaktu perjalanan menuju toko sembako saat hendak membeli minyak sesuai dengan yang diperintahkan oleh Suster Belle sore tadi. Seorang anak kecil yang berlarian dengan bola plastik di tangan namun sudah tak ada orang dewasa di dekatnya. Seokjin mengira bahwa mungkin saja orang tuanya sedang berada tak jauh dari taman dan tak ada niat meninggalkan si putra sendirian.

Setelah beberapa saat, Seokjin kembali dari toko dan ia mendapati si adik yang menangis histeris hingga tersedu-sedu. Belum lagi langit mendung mulai meneteskan beberapa butir airnya. Ia menghampiri bocah tersebut sebab jiwa malaikatnya terketuk. Seokjin adalah anak tertua di panti. Ia terbiasa gerak cepat ketika adik-adiknya menangis. Ia akan menjadi orang pertama yang menenangkan mereka.

Tak hanya itu, Seokjin juga bercerita bahwa ia mencoba menenangkan si kecil cukup lama di taman sampai orang tuanya datang mungkin (?) Namun hingga tetesan air mulai sering turun, orang tua si adik tak kunjung terlihat. Hingga akhirnya Seokjin berinisiatif membawa si adik pulang ke rumah panti.












































___

"Jungkook!"

Sosok lelaki imut berlari menghampiri Jungkook yang tengah terburu-buru menyiapkan diri untuk segera pulang. Ia sudah mendapatkan ultimatum dari sang kakak untuk segera pulang ke rumah hari ini. Ah Jungkook tau. Pasti kakaknya sedang menyiapkan acara ulangtahunnya. Meski tak tau kapan pasti hari lahirnya sendiri, namun 1 September ini memang sengaja Pastor tetapkan sebagai tanggal peringatan ulang tahun Jungkook. Dan esok, Jungkook sudah memasuki usia legal. Ia sangat menantikan hari itu.

"Udah mau pulang? Cepet banget? Ngafe dulu yuk, bill by me!"

"Sorry Jim tapi aku gak bisa. Hari ini kakak sengaja libur soalnya nanti malem aku mau ada acara dinner sama kak Seokjin. Hehehe."

Jungkook sedikit melamun, membayangkan betapa malam ini akan menjadi malam yang sangat menyenangkan.

"Gak ngajak-ngajak nih? Pasti buat ngerayain ulang tahunmu kan?"

"Loh, kamu inget?"

"Ya inget lah! Kan kita sahabat masak aku lupa sama ulang tahun sahabat sendiri!"

Jungkook menatap sendu mata indah lelaki dihadapannya. Benar sekali, setiap tahun selalu ada Jimin selain Seokjin yang mengingat hari ulang tahunnya. Jangan bicarakan tentang penghuni panti asuhan karena mereka tak mungkin lupa. Hanya saja, Jungkook sudah tak lagi bisa bertemu ataupun menemukan keberadaan mereka.

Dulu saat Jungkook berusia dua belas tahun, panti asuhan tempatnya dibesarkan harus terpaksa tutup sebab sudah tak lagi mendapatkan donatur. Suster Irina pun telah meninggal dua tahun sebelumnya. Sejak saat itu, banyak donatur yang menghentikan donasinya sebab tak ada yang cocok dengan pengganti Suster Irina. Itulah sebabnya Jungkook dan Seokjin harus berpisah dengan saudara-suadara mereka dan mengadu nasib sendiri-sendiri.

"Udah jangan pasang muka kayak gitu ih. Jelek! Pulang sana! Tapi janji ya besok kamu harus mau jalan-jalan sama aku buat ngerayain hari ulang tahun kamu ini!"

"Pasti!"

Kedua tangan menyapa lembut pundak yang lebih kecil untuk segera direngkuh sebelum akhirnya Jungkook kembali tergesa dan melambaikan tangan sambil berlari menuju gerbang kampusnya.





____

"Dor!"

Lamunan Seokjin terpecah. Meski tak begitu terkejut namun ia tetap berpura-pura kaget di hadapan sang adik. Ia menatap si mata doe dan lamunannya kembali ke masa lampau. Masa dimana untuk pertama kalinya ia menatap mata bulat yang dipenuhi air mata. Menangis tersedu sendirian di taman dekat gereja. Tubuhnya cukup gembul untuk ukuran anak seusianya. Menggemaskan.

Tapi sekarang? Tak banyak yang berubah. Selain bertambah manis dan tampan.

"Suka banget ngagetin kakak. Kalau kakak jantungan terus mati, kamu seneng ya?"

"Ih, kok ngomongnya jelek gitu! Pamali tau kak ngomong kayak gitu!"

Terlihat sekali bagaimana raut muka sang adik dari yang terlampau girang, berubah menjadi masam. Ia paling tak suka jika Seokjin membahas hal-hal buruk tentang dirinya sendiri. Sekalipun banyak kemungkinan, namun Jungkook tak mau berandai-andai. Kakaknya harus selalu hidup untuknya.

"Loh kok marah? Iya-iya maaf. Cuma bercanda Kookie. Udah ya jangan marah! Sana mandi kamu bau!"

"Dih!"

Jungkook semakin kesal dengan sang kakak. Bukankah seharusnya ia tak bicara sejujur itu? Ya memang benar sih Jungkook bau keringat dan matahari tapi 'kan seharusnya Seokjin bisa memperhalus perkataannya.

"Iya nih bau! Kalau gitu cium nih! Hahahaaha."

Jungkook mengelap keringat yang ada di dahi, lalu menempelkan bekasnya pada lengan sang kakak.

"Jungkook! Nakal ya!"

"Biarin wleeee!!"

Ia pun bergegas menuju kamar mandi. Meski sifatnya suka sekali jahil, tapi ia tetap anak yang penurut. Itulah kenapa Seokjin bisa jatuh hati padanya. Ups ....











































Continue Reading

You'll Also Like

21.9K 1.6K 21
lanjutan dari book "UNCOVER" sebelumnya , yang menceritakan seokjin dan Jungkook yang ternyata memiliki hubungan lebih dari sekedar partner kerja . b...
33.6K 5.1K 59
Kim Seok Jin, seorang pengusaha yang sangat sukses di usia mudanya, ia telah memiliki banyak aset dan menjadi seorang miliarder di usianya yang masih...
644K 48K 22
[M] Bagi Lalisa; HASRAT adalah yang utama. Bagi Jungkook; UANG adalah segalanya. #1 in Bangtanpink : 140719 Cover by @amateurasw Started : 230518 Fin...
49.1K 2.5K 15
Sekuel dari Book I Still Want You Semoga semuanya suka..enjoy 😊