RETIRED PSYCHOPATH

By itzmeenad

808K 68.9K 3.2K

DI UNPUB SETELAH ENDING! Ariska Putri Maheswara. Gadis yang bodohnya melebihi seorang autis. Gadis itu terjun... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

10

22.3K 2K 67
By itzmeenad

Tandai typo✓
Happy reading~
____________________________

Pagi ini, Jessie dibuat kesal oleh wali kelasnya, pak Nalan.

Bagaimana tidak?

Sekarang dia duduk di satu meja dengan rival nya. Siapa lagi jika bukan Pretty. Dan sialnya, hari ini adalah hari pertama pretty dkk menyelesaikan skors nya.

Kenapa tidak duduk dengan Calvin? Di samping pemuda itu sudah ada Bara.

Sedangkan di samping Gerald masih kosong, Jessie sebenarnya ingin duduk disana, tapi tidak diizinkan oleh pak Nalan.

Baru 15 menit dia duduk semeja dengan Pretty, urat urat nya mulai bermunculan lantaran kesal dengan tingkah sialan dari gadis itu.

Contohnya seperti saat ini.

Bruk

"Pretty sialan! Lo ngapain sih dari tadi?!" Sentak Jessie kesal saat buku nya di buang begitu saja oleh Pretty.

Saat ini, kelas mereka sedang tidak ada guru, karna mereka rapat. Tapi walaupun begitu, pak Nalan memberikan tugas pada anak murid nya.

"Buku lo menuhin meja gue" jawab Pretty santai.

Jessie mendelik tidak terima.

Dia menatap tajam semua make up yang kini hampir memenuhi meja mereka. Itu adalah barang Pretty.

Dengan kesal, dia mendorong semua barang barang itu hingga tergeletak mengenaskan di lantai.

"Make up gue!" Seru Pretty kaget. Kemudian beralih menatap Jessie tajam.

"1 sama" ujarnya, tersenyum puas.

Semua pasang mata sontak menatap mereka berdua dengan minat.

Begitupun dengan Calvin yang kini sudah memutar bangkunya menghadap meja Jessie.

Bara, menatap Pretty was was. Takut nanti gadis itu berbuat nekat pada Jessie.

Sedangkan Gerald, pemuda itu hanya diam. Lalu beralih fokus pada ponselnya yang berdering.

"Arka balik" ujarnya setelah mengecek ponselnya.

Calvin dan Bara, menoleh pada Gerald yang kini menunjukkan riwayat Chat nya pada kontak bernama 'Arka'

"Tiba tiba?" Tanya Calvin tidak menyangka.

Gerald hanya menaikkan bahunya tidak acuh.

"Dia dimana?" Tanya Bara.

"Di bawah katanya" jawab Gerald yang membuat kedua pemuda itu tercengang.

"APA LO BILANG?!"

Ketiga pemuda itu langsung menatap Pretty yang tiba tiba saja berteriak murka.

"Dandanan lo kaya tante girang" sahut Jessie santai yang membuat nafas Pretty semakin memburu lantaran murka.

"LO-

Ceklek

Semua pasang mata beralih pada pintu kelas yang baru saja terbuka, menampilkan seorang pemuda tampan yang berpenampilan layaknya seorang Bad boy.

Jessie yang melihat itupun, tanpa sadar menganga kagum.

Kenapa ada ciptaan Tuhan yang seindah itu?

"ABANG!"

Jessie tersentak kaget Pretty tiba tiba berteriak sembari berlari ke arah pemuda itu dan langsung memeluknya.

Hal itu, mampu membuat Jessie mendelik tajam.

Heh! Itu cogannya!

Bisa terjangkit virus dia, jika terus terusan di peluk oleh Pretty.

Belum sempat Jessie mengeluarkan sumpah serapahnya, mulutnya dibuat bungkam saat melihat pemuda itu yang saat ini tengah membalas pelukan Pretty dan dibubuhi kecupan kecil di kepalanya.

Tangan Jessie beralih menarik ujung rambut Gisa yang duduk di meja depannya.

"Apaan sih?" Tanya sang empu yang kesal karna rambutnya ditarik.

"Dia siapa?" Jessie menunjuk pemuda itu menggunakan dagu nya.

"Lo hidup di jaman batu ya? Bisa bisanya lo gak kenal sama dia" ujar Vera sinis.

"Diem deh! Lo tuh gak diajak" balas Jessie tidak kalah sinis nya yang membuat lawan bicaranya mendengus kesal.

"Dia Arka, abangnya Pretty"

Jessie terdiam.

Arka?

Abang Pretty?

Berarti dia..

Protagonis pria?

Pantas saja auranya berbeda dengan yang lain.

Visual nya juga tidak kaleng kaleng.

Author hebat banget kalo ngehalu, gak tanggung tanggung.

"Terpesona lo sama abang gue?" Tanya Pretty sinis.

Dia baru saja duduk di meja nya dan mendapati Jessie yang sejak tadi menatap sang abang, hingga pemuda itu duduk di sebelah Gerald.

Dengan akrab, Jessie merangkul bahu Pretty yang langsung ditepis oleh sang empu.

"Kenalin dia ke gue dong" ujar Jessie, tersenyum lebar yang membuat Pretty berdecih jijik.

"Najis!"

"Ck" Jessie berdecak kesal saat mendapatkan respon tidak mengenakkan dari gadis disamping nya ini.

"Lagian lo gak bakal bisa deketin abang gue. Dia punya Dara" ujar Pretty dengan nada tidak terima.

Jessie terdiam sejenak.

Dara?

Protagonis wanita?

Sebenarnya, ini sudah di chapter ke berapa?

Sampai mana hubungan mereka berdua?

"Dara?" Tanya Jessie pura pura bingung.

"Cewek benalu yang selalu gangguin hidup abang gue" ketus Pretty.

"Lo gak suka sama dia?"

"Ya gak lah bego! Liat muka nya aja buat gue mual" ujar Pretty tajam.

"Biasa aja dong" Jessie mendelik.

"Kalo gue rebut abang lo, gimana?" Tanya Jessie yang membuat Pretty tersenyum remeh.

"Gak bakal bisa. Lo mimpi sana" ujarnya.

"Belum dicoba, belum tau kan?" Pretty terdiam.

"Lo mau gak, gue jauhin abang lo dari si dara dara itu?" Tawar Jessie yang membuat Pretty menatapnya rumit.

"Emang lo bisa?" Tanya nya yang membuat Jessie tersenyum aneh.

"Gak ada yang gak bisa bagi Jessie"

****

"Wait! Wait!" Jessie langsung memotong jalan Arka yang ingin keluar kelas.

Pemuda itu menaikkan satu alisnya.

Saat ini, Smanusa sedang jam istirahat.

"Kenapa? Lo mau ngajak gue balikan?" Celetuk Calvin yang membuat Jessie memutar bola matanya malas.

Arka beralih menatap Calvin.

"Dia mantan gue" ujar pemuda itu seakan mengetahui isi pikiran temannya.

"Lo mau ngapain Jes?" Tanya Bara heran, saat Jessie hanya diam, menatap lekat Arka.

"Gue mau kenalan sama si ganteng" Jessie tersenyum manis saat Arka beralih menatapnya datar.

"Minggir" ujarnya, namun tidak membuat Jessie bergerak dari tempatnya.

Gadis itu menyenderkan tubuhnya ke pintu kelas yang terbuka lebar.

"Gue Jessie" Jessie mengulurkan tangannya. Kemudian menurunkannya seraya mendengus saat Arka hanya diam, menatapnya datar.

Dia menatap sinis Pretty yang diam diam mengejeknya di belakang.

Gadis itu berdehem sejenak.

"Gue mau tanya dong"

"1 + 1 berapa?" Tanya nya yang membuat semua penghuni kelas mengernyit heran.

"Bodoh"

Jessie mendelik tajam saat kalimat itu terucap dari mulut Arka dengan wajah datarnya.

Dia berusaha untuk tidak meraup wajah datar itu.

"Jawab aja kenapa sih" ujar nya kesal.

"2"

"Diem! Lo tu gak diajak!" Seru Jessie, menatap sinis Calvin yang kini mendengus kesal. Lalu pergi keluar kelas.

Dengan sengaja, pemuda itu menyenggol bahu Jessie hingga membuatnya hampir saja terjengkang ke belakang, jika saja dia tidak langsung melingkarkan tangannya di leher Arka.

"Calvin sialan!" Teriak Jessie pada Calvin yang berjalan tanpa menoleh ke belakang.

Kemudian, tatapannya beralih ke depan. Tepatnya pada Arka yang saat ini menatapnya lekat.

Hening.

Semua orang menatap syok pada sepasang manusia yang kini terlihat begitu intim.

"Lepas" desis Arka, menyadarkan Jessie dari kekagumannya.

Bukannya melepaskan, Jessie malah tersenyum manis sembari mengeratkan pelukan nya di leher Arka.

"Jawab dulu pertanyaan gue tadi" ujarnya yang membuat Arka mendinginkan tatapannya.

"Minggir Jessie" desis pemuda itu yang membuat Jessie melotot seolah terkejut.

"Lo tau nama gue?"

Gadis itu terkekeh saat Arka beralih menajamkan tatapannya.

Berbeda dengan Jessie yang masih terlihat santai, semua penghuni kelas, menatap Arka was was.

"Jawab atau gue cium?"

Ucapan Jessie sukses membuat mereka melotot.

Begitupun dengan Pretty dkk.

Apa gadis itu tidak pernah melihat kemarahan dari seorang Arka?

"Oh? Gak mau jawab? Berarti mau cium dong?" Ujar Jessie saat Arka tidak menjawab.

Dengan senyuman lebar, dia mendekatkan wajahnya pada Arka yang kini masih diam dengan wajah tenangnya.

Namun tidak bisa dipungkiri jika jantungnya berdetak kencang.

Semua orang yang melihat itupun, sontak menahan nafas.

"2" jawab Arka cepat saat menyadari, hampir tidak ada jarak antara bibir gadis itu dengan pipi nya.

Jessie yang mendengar itupun tersenyum puas. Kemudian melepaskan tangannya dari leher Arka.

"Salah" pemuda itu memejamkan matanya menahan kesal.

Sebenarnya apa mau gadis ini?

"Jawabannya 7" lanjut Jessie yang membuat Arka membuka matanya menatap bingung, begitupun dengan yang lain.

"7?" Beo nya.

"Iya"

Jessie mencondongkan wajahnya ke depan seraya tersenyum manis.

"Karna 7 an ku hanya mencintaimu bukan men 2 kan mu" lanjut Jessie sembari mencolek dagu Arka dan berkedip genit.

Tepat setelah mendengar ucapan Jessie, semua orang bersorak heboh.

Sedangkan Arka, pemuda itu terdiam dengan tatapan yang semakin intens, mengarah pada Jessie. Gadis yang berani merayunya di depan banyak orang.

"Pretty~" panggil Jessie bernada dengan senyuman lebar yang membuat Pretty bergidik.

"Tantangan lo udah gue jalanin. Sekarang traktir gue jajan di kantin, sesuai dengan janji lo" lanjutnya yang membuat Pretty mendengus.

"Tantangan? Tantangan apa?" Tanya Gerald bingung, begitupun dengan yang lain.

"Pretty ngasih gue dare buat gombalin abangnya" jawab Jessie santai yang membuat mereka tercengang.

Jadi gombalan tadi hanya sekedar dare?

Betapa memalukannya itu bagi seorang Arka.

Sedangkan Pretty, gadis itu meringis saat sang abang beralih menatapnya tajam.

"Jangan baper ya" ujar Jessie pada Arka yang hanya menatapnya datar.

Kemudian gadis itu menarik tangan Pretty guna keluar kelas, dan diikuti oleh Gisa serta Vera.

Namun belum sempat mereka keluar dari kelas, ucapan Arka berhasil membuat langkah Jessie terhenti.

"Gimana kalo gue baper?"

Penghuni kelas yang mendengar ucapan Arka itupun sontak menganga tidak percaya.

Arka baper?

Hanya karna satu gombalan?

Tidak mungkin!

Terlebih lagi, pemuda itu sedang berdekatan dengan Dara, gadis kelas 10 Mipa.

Jessie berbalik dengan senyuman manisnya yang mampu membuat Arka tertegun.

"Kalo baper, call gue aja. Ntar gue tanggung jawab. Bye" ujarnya lalu pergi dari sana sembari menggeret Pretty yang terlihat kesal.

Gisa dan Vera hanya bisa saling bertatap.

Mereka sebenarnya bingung. Kenapa Jessie dan Pretty terlihat akrab?

Bukan kah kedua gadis itu adalah rival?

****

"Gimana?" Tanya seseorang saat telponnya terjawab.

"Hasilnya sudah keluar, tuan muda"

Pemuda itu terdiam sejenak.

"Fotoin hasilnya dan kirim ke gue"

"Baik"

Tut.

Pemuda itu terus bergerak gusar sembari menunggu notifikasi dari bawahannya.

Dia sangat gugup saat ini.

Jika hasilnya positif, maka dugaannya selama ini adalah benar.

Tapi bagaimana jika hasilnya negatif? Dia harus apa?

Tanpa sadar, pemuda itu meremas ponselnya kuat.

Ting

Dengan cepat, dia membuka pesan dari sang bawahan yang baru saja mengirimkan sebuah foto.

Pemuda itu membaca semua tulisan yang tertera di foto tersebut dengan seksama.

Deg

Hingga satu tulisan yang sukses membuatnya terdiam kaku.

Positif.

Pemuda itu terkekeh lirih dan disusul dengan mata nya yang memanas.

Dia mendongak, menatap langit dengan binar bahagia yang terpancar di netra nya.

"I found her" bisiknya seraya tersenyum haru.



______________________________
Bersambung....

60 vote 20 komen bisa kali ya hehe

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

988K 54.5K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.6M 217K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
4.5M 269K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
3.7M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...