๐™„๐™ฉ'๐™จ ๐™”๐™ค๐™ช

By Wkwx_x

276 3 0

Tulisan ini berisi tentang gambaran hidup yang dialami penulis. Ditulis berdasarkan kisah nyata dengan memula... More

Chapter 2 - Dimulai dari sini
Chapter 3 - 10/08
Chapter 4 - Lirih
Chapter 5 - Kepercayaan?
Chapter 6 - Jogja

Chapter 1 - Senja

154 1 0
By Wkwx_x

Senja kala itu, mengubah segalanya.
Ya, bagaimana mungkin aku melupakannya. Semua terjadi begitu cepat dan secara tiba-tiba. Andai kala itu aku tidak menanggapinya, mungkin arah laju tidak akan sampai dititik ini. Langit yang mulai mengubah warna, kendaraan yang tiada hening dikala itu, membuat keadaan sontak ramai. Aku segera mengemas barang-barang, mempercepat langkah menuju motor yang sudah tertata rapih didepan gedung.

"Kok tumben sendiri? Bestienya kemana?" Ucap laki-laki berbadan tinggi dengan rambut hitam tebal sedikit ikal tak beraturan.

Aku mengerutkan dahi dan memberikannya tatapan tajam dengan tujuan sedikit mengintimidasi. Tanpa basa-basi, aku segera menyalakan motor dan segera meninggalkannya dengan muka jengkel.

Perkenalkan, aku Alana Carolline Mauren, wanita berumur 23 tahun, memiliki tubuh setinggi 162 cm, dengan rambut panjang lurus berwarna hitam. Aku putri tunggal dari keluarga Mauren. Keluarga kami menjalani beberapa usaha diberbagai bidang. Papahku memiliki bisnis dibidang kuliner yang memiliki cabang disetiap kota bahkan daerah diberbagai tempat, sedangkan bunda memiliki bisnis dibidang kecantikan yang namanya kini sedang melejit. Tak heran, aku sebagai anaknya sering menjadi sorot media karna usaha orang tuaku.

Sebagai anak tunggal, tak heran kesepian adalah teman terbaik yang aku miliki saat ini. Bisnis orang tuaku membuat mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya dan tak jarang mereka pergi dalam waktu lama meninggalkanku dirumah. Walau begitu, bi Inah selalu menemani dan memanjakanku setiap saat. Seorang asisten rumah tangga yang sudah hampir menjadi wanita paruh baya ini adalah orang yang sudah merawatku sejak kecil.

Banyak yang mengakui, bahwa aku memiliki sifat yang ceria dan pandai berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi, disisi lain, aku juga dikenal sebagai wanita dingin dengan tatapan tajam mengintimidasi. Walau aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya wanita yang tidak bisa menutupi ekspresi wajahku. Apapun yang aku rasakan, mungkin mulutku dapat menutupinya, namun tidak dengan gimick wajah.

Ramainya kendaraan membuat aku tidak bisa melaju lebih cepat. Janji yang sudah kubuat dari sebulan yang lalu, tak dapat kupenuhi. Usahaku menepati janji itu sudah kupaksakan. Sesampainya didepan rumah Wili, aku melihat wajahnya tampak datar dan marah. Senyum yang biasa diberikan kepadaku saat bertemu, kini terenggut amarah. Aku hanya tertunduk diam, berharap Wili bisa memaafkanku.

"Wiliam Altezza".
Laki-laki dihadapanku saat ini adalah pacarku yang sudah terjalin selama 9 tahun. Memiliki tubuh sedikit berisi dengan rambut hitam lurus. Dia adalah kakak kelasku sejak SMP dan SMA. Sejak awal, aku yang lebih dulu menyukai Wili disekolah. Aku menyukainya karna Wili memiliki sifat yang dingin kepada wanita. Walau begitu, kami berpacaran sejak lulus SMP.

Setelah hubungan yang terjalin begitu lama, aku dan Wili sering bertengkar karna pikiran kami yang tidak seirama. Sifat Wili yang keras membuat aku sering memendam apa yang aku rasakan. Aku yang tidak tau bagaimana cara mengungkapkan apa yang aku rasakan, membuat batinku menjadi tersiksa. Sesekali aku melampiaskan perasaan ini ke hal yang tidak baik.

"Pulang aja, gak usah kemana-mana. Aku capek, mau istirahat" Ucap Wili penuh amarah.

"Gak mau, aku udah berusaha on time. Aku cuma telat 10 menit loh, kok kamu sampai segininya sih. Aku udah buru-buru nyelesaiin tugas aku buat kesini" Jawabku.

"Terserah" Bentak Wili dan segera mengunci pintu rumah.

Aku terdiam membisu dengan mata yang tidak kusadari menangis tiba-tiba. Kepala yang mulai sakit disertai sesak didada yang kini membuat mukaku terlihat pucat. Bentakan Wili membuat aku merasakan sesak yang terjadi sekian kali. Entah bagaimana cara mengatur pola pikir dan perasaan ini, tapi aku berusaha untuk menuruti semua perkataan Wili selama ini.

Aku segera kembali kerumah dan memasuki kamar yang sering menjadi saksi tangisanku setiap malam. Aku selalu berfikir bahwa hubungan ini sudah tidak baik untuk dilanjutkan, tetapi aku selalu memikirkan kemungkinan terburuk apabila aku mengambil keputusan itu. Aku takut untuk melangkah. Aku takut, langkah yang aku ambil menjadi arah yang tidak tepat. Ketakutan ini sudah sering melanda selama 2 tahun belakangan. Tetapi tetap saja, aku selalu berusaha untuk memperbaikinya setiap saat.

Aku segera memberi kabar Wili, dengan harapan emosinya sudah mereda. Kata demi kata ku kirimkan untuk maaf darinya. Namun, tak peduli seberapa banyak aku mengirimkannya, Wili tetap tidak luluh. Hari demi hari berlalu, Wili masih membisu tidak ada kabar. Tugas-tugas yang mulai menumpuk pun membuat aku kewalahan. Wajah lesu terlihat jelas. Mata yang terlihat lebam pun sudah tidak mampu ditutupi lagi.

"Alana, you oke?" Tanya Olifia.

"Hai lif, gua oke kok lif"

"Gua gak bisa terima sama perlakuan Wili ke lu. Diakan tau kalo lu gak bisa dibentak, gak bisa silent treatment. Kenapa dia begini lagi sih"

"Lif, gua cape, apa udahan aja?"

Pertanyaan itu membuat Olifia membisu. Dia langsung menarik tanganku menuju kantin kampusku. Aku yang tidak tau ingin melakukan apa, hanya terdiam mengikuti langkah Olifia.

"Lu yakin mau udahan? Kalian udah lama loh. Udah dipikirin baik-baik? Walaupun sebenarnya gua lebih suka kalian pisah aja sih"

"Dia makin gak menghargai gua lif. Dia udah janji untuk gak ngelakuin itu semua. Tapi nyatanya, dia ingkar lif. Gua selalu berusaha apapun buat dia lif"

Sontak tangisku pecah tak terbendung. Olifia yang sadar akan kesedihanku kali ini membuat dia merasa geram dengan Wiliam. Pikiranku mulai tak bisa dikendalikan. Aku semakin meyakinkan diri untuk melepaskan Wili. Walau berat hati mengambil keputusan ini, tapi aku yakin bahwa ini adalah keputusan yang terbaik untukku.

Aku mencoba untuk memikirkan hal ini baik-baik. Hubungan yang sudah terjalin cukup lama ini, semakin hari semakin mencekik keadaanku. Aku juga mulai bimbang dengan perasaanku. Berkali-kali bahkan tak pernah bosen untuk memperbaiki hubungan ini, nyatanya, Wili terus mengulangi kesalahan yang sama. Tanpa basa basi. Aku segera menghubungi Wili.


Pikiranku kini semakin kacau. Mengira Wili akan menahan kepergianku, ternyata Wili langsung menyetujui keputusanku. Malam yang dingin dengan hembusan angin yang kencang, menjadikan suasana semakin terasa menusuk. Aku yang enggan keluar kamar pun membuat orang tuaku cemas.

Hari demi hari ku jalani tanpa adanya Wili disampingku. Sesekali, aku merasakan kesepian dengan keadaan ini. Namun aku tersadar, silent treatment yang diperlakukan Wili selama ini membuat akupun terbiasa tanpanya. Aku berusaha menguatkan hati supaya tidak terus terpuruk dengan keadaan. Aku mulai menata kegiatanku satu persatu. Kembali ke aktivitas seperti biasa membuat aku mulai melupakan kesedihan akan kehilangan Wili.

"Mari buka lembaran baru Alana" teriakku dengan penuh semangat

Continue Reading

You'll Also Like

987K 30.5K 61
Dans un monde oรน le chaos et la violence รฉtaient maitre, ne laissant place ร  ne serrait ce qu'un soupรงon d'humanitรฉ. Plume รฉtait l'exception. Elle...
273K 18.8K 56
ABHIMANYU RATHORE :- Rude , workaholic CEO of Rathore Empire .Devilesing hot , every girls drools over him .But loves his family to dearest . . SAKS...
535K 33.9K 69
"Sshhhhh....." he hushed and pinned us against the wall leaving no space between us. I held onto his biceps with my hand in reflex. He shook his head...
221K 13.7K 64
๐“๐จ ๐ž๐ฏ๐ž๐ซ๐ฒ๐จ๐ง๐ž ๐ฐ๐ก๐จ ๐ญ๐ก๐ข๐ง๐ค๐ฌ ๐ญ๐ก๐ž๐ฒ ๐š๐ง๐ ๐ญ๐ก๐ž๐ข๐ซ ๐œ๐ซ๐ฎ๐ฌ๐ก ๐š๐ซ๐ž ๐ง๐จ๐ญ ๐ฆ๐ž๐š๐ง ๐ญ๐จ ๐›๐ž ๐ญ๐จ๐ ๐ž๐ญ๐ก๐ž๐ซ. ...