I WANT YOU (END)

Per SriNNingsih

1.8M 140K 1.9K

Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak d... Més

PROLOG
01
02
03
04
05
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
EPILOG
Persiapan untukmu, Ace!
Hello

06

44.7K 3.2K 16
Per SriNNingsih

Angin berhembus pelan menerpa tubuh Nathalia yang sedang khusyuk menikmati kesegaran suasana pagi di dunianya yang baru. Hari ini, ia berencana mengunjungi seorang wanita di desa Welles, dusun kecil yang masih satu kawasan Orthello. Ia mendapatkan informasi dari Yasmin pelayan pribadinya kemarin. Tak lupa, Yasmin selalu ikut kemana pun nonanya pergi.

Thalia ingin membuat beberapa baju dan gaun, ia merasa jengkel melihat walk in closet milik Nathalia berisi hampir semua gaun berat dan terlihat norak. Berbekal beberapa lembar kertas yang di tenteng Yasmin--karena memaksa membawakan beberapa kertas desain milik Thalia. Mereka berdua bersiap memulai perjalan dengan naik kereta kuda.

"Untunglah Yas, ayah menyetujui aku memiliki ruang pribadiku yang lain. Aku berniat akan membuatnya sebagai ruang kerjaku." Sahut Thalia setelah kereta kudanya berjalan menjauhi kediaman Zeyrav.

Yasmin mengangguk antusias, "Tentu, Nona! Tuan Duke Aaron akan mengabulkan keinginan Nona. Selama hal itu tidak menimbulkan luka pada Nona."

Thalia tersenyum tipis, "Nantinya aku juga membutuhkan asisten untuk membantuku mengelola bisnisku."

"Saya akan membantu Nona mencarikan kandidat asisten terbaik jika Nona menginginkan." Kata Yasmin menawarkan diri.

"Wah, kebetulan sekali. Tentu aku mau Yas!" Sahut Thalia senang. "Tapi, aku minta kandidat terbaik yang lulus dari perguruan sesuai kejuruan mereka di daerah ini." Sambungnya menambahi di sambut anggukan patuh Yasmin yang duduk di depannya.

Sepanjang perjalanan terisi dengan obrolan ringan sampai membahas keinginan Thalia yang ingin membuka usaha butiknya. Terlintas ide membuka butik karena dasarnya ia ingin memiliki baju dan gaun sesuai keinginan dan situasinya.

Thalia tak mungkin merawat dan mengolah tubuh Nathalia agar tidak lembek dengan menggunakan gaun-gaun lebar nan berat. Ia bergidik membayangkan. Thalia sadar tubuh Nathalia lemah karena sang empunya jarang melatih otot-ototnya.

***___***

Sesampainya di desa Welles, Thalia melewati pasar yang sangat ramai. Yasmin menjelaskan kalau itu merupakan pasar utama atau pusat, jadi banyak pedagang entah itu pedagang asli penduduk Orthello ataupun pedagang luar wilayah datang untuk melakukan transaksi jual beli.

Gadis berambut Highlight Blonde itu tertarik dengan toko yang sangat antri pembeli. Ia penasaran tentang toko itu.

"Kau tahu toko apa itu, Yas?" Tanya Thalia membuat Yasmin melihat apa yang Thalia lihat.

"Ohh, itu rumah makan Nona. Dan di dalamnya juga menjual aneka roti yang memang terkenal enak. Nona berminat untuk mencobanya?" Tanya Yasmin.

Thalia mengangguk, "Boleh, ayo kita coba!" Thalia menyuruh kusir kereta untuk memberhentikan laju keretanya.

Kedua wanita itu turun dan berjalan mendekati toko roti tersebut. Hidung Thalia tak henti-hentinya mengendus aroma wangi yang di hasilkan toko roti itu. Wangi rotinya sangat berbeda dengan wangi roti di dunianya yang cenderung membuat enek.

"Nona, tunggu di kereta saja. Biar saya yang membelinya. Saya takut nona kecapekan melihat yang antri begitu banyak." Ujar Yasmin.

Thalia terdiam sejenak, "Baiklah. Tapi aku tidak menunggu di kereta. Aku akan jalan-jalan sekitar sini."

"Baik, Nona! Biar kusir mendampingi Nona agar tetap aman." Jawab Yasmin.

Thalia mengangguk setuju, "Ahh, jangan lupa! Beli yang banyak rotinya. Nanti kita bagikan untukmu, kusir, pelayan di rumah. Untuk Ayah dan Kakak pisahkan bungkusnya. Dan ini beberapa koin emasnya." Sahut Thalia cepat sambil menyerahkan kantong yang berisi beberapa koin emas. Yasmin mengangguk dan berlalu menuju toko roti.

Thalia mengedarkan pandangannya. Ada beberapa toko yang menarik perhatiannya. Tapi, ia akan mengunjunginya lain waktu. Karena ia pasti akan sering berkunjung ke Welles jika bisnisnya mulai berjalan.

Beberapa orang berpakaian hitam tertutup masker muncul tiba-tiba mengepung Thalia dan kusirnya. Ada 10 orang yang mengepung Thalia lengkap membawa senjata.

"Serahkan semua barang berharga milikmu, Nona! Jika kau masih sayang dengan nyawamu!" Perintah salah satu dari mereka yang kemungkinan itu adalah Ketuanya.

Thalia tersenyum sinis, "Beraninya bermain keroyokan untuk merampok wanita lemah sepertiku." Jawab Thalia memasang ekspresi sendu.

"Jangan banyak bicara! Segera serahkan benda berhargamu!" Bentak pria bertubuh kekar itu.

Pria yang sedari tadi mengawal junjungannya melangkahkan kakinya dan berdiri di depan Thalia. Perawakan pria itu belum terlalu tua, ia masih muda mungkin berumur 20 tahun.

Thalia menatap punggung pria yang ingin melindunginya. "Pak kusir, maafkan aku tidak tahu namamu. Tapi, biar aku saja yang menghadapi mereka. Pak Kusir tunggu saja di sini ya!" Thalia mencegah pria yang sudah memasang kuda-kudanya untuk menghadapi serangan yang akan datang dari para bandit tersebut. Thalia sedikit khawatir pria tersebut terluka karena pertarungan tidak seimbang.

Pria yang di panggil 'Pak Kusir' sedikit tidak terima, karena dia masih muda sudah di panggil Pak "Tidak Nona! Saya yang akan menghadapi mereka. Dan lagi nama saya Louise! Saya belum setua itu, Nona!" Tukasnya sedikit kesal.

Thalia terkejut "Ohh, maafkan aku Tuan Louise! Kau memang masih muda. Tapi aku tak bisa berlaku kurang sopan padamu." Thalia tertawa.

"Seperti saya ini siapa Nona." Jawab Louise "Nona, cukup memanggil nama saya saja,"

"Baiklah, Louise!" Thalia kembali tertawa.

Melihat kedua orang calon sandera sedang tertawa di saat genting membuat ketua perampok itu marah karena merasa diabaikan. "Lama! Serang saja mereka!" Serunya, membuat Thalia dan Louise waspada.

Dengan gesit Thalia dan Louise berpencar dengan menghadapi para perampok yang sama banyak. Ralat, Thalia yang menghadapi lawan lebih banyak dari Louise, ada 7 perampok mengepungnya. Berbekal kantung yang ia bawa, Thalia menggunakannya sebagai senjata improvisasi.

Para warga yang melintas di dekat mereka otomatis berlari menghindar dengan mata yang masih menatap penasaran melihat perkelahian yang tidak seimbang itu. Serangan demi serangan Thalia berhasil menghindari.

Para perampok itu menyerangnya secara bersamaan, Thalia tidak gentar. Ia mengayun-ayunkan kantong berat dan keras karena berisi koin emas, berharap bisa membuat kepala si perampok bonyok dan bocor. Tapi, ia merasa kesulitan dengan kondisi gaunnya. Ia tak bisa bergerak untuk berkelahi dengan sempurna.

Thalia mencelos, "Gaun ini sangat tidak cocok untuk adu jotos! Meskipun aku sudah memilih gaun ini dari yang paling simpel!" Rutuknya kesal, ia khawatir akan jatuh terjerembab karena kakinya menginjak gaunnya sendiri.

Bug Bug Bug

Tangan Thalia dengan lihai menghajar satu demi satu perampok itu. Pukulan dari kantong yang berisikan koin emas mampu membuat kepala penjahat itu lebam dan sebagian bocor mengeluarkan darah.

Thalia hanya menggunakan tangan dan lebih sering menghindar untuk pertahanan diri. Ia tidak menggunakan teknik kaki, mengingat gaun yang ia gunakan. Louise masih menghadapi 3 kawanan rampok itu, sesekali ia bergabung membantu Thalia. Dalam hati, Louise sangat terkejut melihat nonanya bisa bertarung dan menguasai bela diri yang tidak terlalu familier.

"Bagaimana rasanya kepala kena timpuk kantong berisi koin emas?" Pertanyaan random Louise yang di lontarkan untuk para perampok membuat Thalia geli.

"Mau mencoba?" Tawar Thalia dengan memasang senyuman termanisnya, Louise bergidik ngeri, ia menggelengkan kepalanya.

Bug Bug Bug

Thalia terus menghindar serangan lawan, ia melihat celah. Akhirnya Thalia memasang kuda-kuda kemudian menyerang, ia membuat goyah kuda-kuda lawan. Sekuat tenaga Thalia membanting tubuh lawan hingga suara erangan kesakitan keluar dari mulut mereka.

"Menghadapi wanita satu saja tidak beres!" Umpat ketua kawanan itu saat melihat kawanannya terluka, Thalia tertawa geli mendengarnya.

"Maju sini! Jangan jadi lekong yang hanya berani bacot doang!" Ledek Thalia.

Melihat wanita itu tertawa mengejek. Ia mengeluarkan pisau kecil dan melemparnya secepat kilat kearah Thalia. Sigap Thalia menangkap pisau itu dengan tangan kosongnya. Jangan menganggap remeh Thalia yang notabene di dunianya sudah memasuki level tertinggi di kelas bela dirinya, Thalia juga bisa menangkis senjata, instingnya tentu sangat tajam.

Dengan gerakan cepat, Thalia melempar balik pisau kecil itu dan tepat menghunus kaki ketua kawanan rampok. Suara jeritan memekakkan telinga keluar dari mulutnya, karena ia merasakan sakit di kakinya. Anggota kawanannya terdiam melihat ketua mereka yang biasanya tidak terkalahkan, kini tumbang dengan memegang kaki kanannya yang tertancap pisau. Mereka tidak akan menganggap remeh lagi wanita di depannya yang terlihat rapuh.

Thalia dengan santai berjalan mendekati mereka "Pergi! Cari dan lakukan pekerjaan yang baik! Selama aku sering datang kemari dan sekali lagi melihatmu dan kawananmu merampok, aku tak akan segan untuk menghabisi kalian semua!" Ancam Thalia.

Dengan tatapan tajam ketua rampok itu tak membalas ancaman Thalia, mereka lebih memilih pergi dengan tangan kosong serta mendapatkan luka di sekujur tubuh mereka. Thalia dan Louise memenangkan pertarungan itu, kawanan rampok pun pergi meninggalkan mereka berdua. Louise masih menatap nonanya dengan mata yang berbinar, ia kagum dengan Nonanya yang berani.

"Kau terluka, Louise?" Tanya Thalia pada Louise.

Louise menggelengkan kepala, "Saya tidak apa-apa nona. Justru nona yang perlu saya khawatirkan."

Thalia tertawa. "Tenang saja Louise. Aku tak terluka sedikit pun."

Yasmin kalang kabut berlari mendekati mereka berdua. Raut wajahnya menampakan kekhawatiran yang amat sangat, "Nona, nona baik-baik saja?" Tanya Yasmin sambil menelusuri jika nonanya terluka.

Thalia menepuk lengan Yasmin pelan, "Aku baik-baik saja. Jangan khawatir!"

"Tapi nona, ini baru pertama kali saya melihat nona di keroyok penjahat. Saya takut nona terluka dan mendapatkan hukuman dari Duke Aaron." Ucap Yasmin cemas.

"Louise ada bersamaku. Jadi, tenanglah! Lagian ini salahku juga sudah menolak pengawalan yang di berikan oleh Ayah. Aku merasa tak nyaman di kawal." Jawab Thalia menenangkan Yasmin, "Kau sudah membelinya?" Tanya Thalia seraya ia ingat Yasmin pergi membeli roti.

Yasmin menggangguk, "Sudah, Nona. Sudah ada di dalam kereta."

"Baiklah! Ayo kita segera ke kediaman Madam Jasmine!" Ajak Thalia di ikuti Louise dan Yasmin di belakangnya.

Tak lama kerumunan warga pun bubar. Sebagian dari mereka merasa lega karena ada yang menghajar kawanan rampok di desa mereka. Warga Welles berharap wanita yang berpenampilan mewah layaknya orang bangsawan akan sering-sering datang ke desa mereka. Agar perampok segan mendekati desa Welles.

Kereta kuda kembali berjalan. Tak jauh dari tempat Thalia bertarung, siluet pria bertubuh kekar dan tegap lengkap dengan pakaian hitam serta tundung di kepalanya menatap tajam ke arah kereta Thalia yang sudah pergi menjauh.

Kedua netra merahnya tak lepas melihat Thalia menghajar habis kawanan perampok yang berjumlah 10 orang. Ia berniat membantu, tapi ia urungkan karena wanita itu sepertinya tidak membutuhkannya.

"Nathalia Zeyrav." Gumamnya tersenyum tipis nyaris tak kentara.

Continua llegint

You'll Also Like

823K 93K 72
Warning, Red flag ML! Maylafaisha meninggal karena keselek mie dan ketika dirinya membuka mata BAAM! ia menjadi ibu tiri dari novel yang ia baca bern...
311K 32.7K 35
Amadia Dulce Fidel merupakan bangsawan dari keluarga Fidel. Tepatnya, putri pertama Grand Duke Baltasar Andres Fidel. Dia diasingkan oleh keluarganya...
642K 60K 32
Ibuku bilang, selama ini kami harus hidup susah dan terus-menerus bersembunyi karena ayahku sangat membenci kami dan ingin membunuh kami. Namun ... K...
1.5M 133K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...