Sebelum 365 Hari (End)

Par thedreamwriter13

34.4K 2.6K 7.8K

"Bagaimana bisa aku terus mengingatnya, jika aku saja, tak bisa mengenali diriku sendiri?" - Thea. ... Plus

0. PROLOG
1. TRAUMA MILIK THEA
2. GALANG DAN SHELLA
3. PENGAKUAN RASA
4. PATAH HATI GALANG
5. KEBINGUNGAN
6. CUPCAKE DI CAFE MENTARI
7. BERTEMU DENGAN ALI
PEMBERITAHUAN • JADWAL UPDATE!
8. GALANG PUNYA PACAR?
9. CEWEK POPULAR
10. BUKAN PACAR NYA
11. MEMBERIKAN RASA AMAN
12. LO, AKAN TETAP JADI THEA
13. SI MATA INDAH
14. KEVIN?
15. SPOILER PERASAAN
16. PROSOPAGNOSIA
17. MAAF, GUE GAK SENGAJA
18. CINTA ATAU KASIHAN?
19. GALANG KENAPA?
20. DUNIA DAN RASA KECEWA
21. KHAWATIR
22. PUNYA GEBETAN
23. THEA SAYANG BUNDA
24. KENA HUKUMAN
25. NIGHT WITH YOU
26. DIA PEMBUNUH
27. SWEET DAY
28. ROOFTOP SEKOLAH
29. PENGAKUAN SHIRA
30. MENYESAL
31. SETENGAH KEPERCAYAAN
32. GRAVITASI CINTA
33. HARUS RELA
34. SEJUTA LUKA
35. RUMAH BARU
36. LIBRARY DATE
37. KESAYANGAN
38. KALIAN SIAPA?
39. ACQUIRED PROSOPAGNOSIA
40. IZIN DARI ALI
41. DANCING IN THE RAIN
42. YANG BELUM USAI
43. MAAF, THEA
44. KITA TERLALU SINGKAT
45. RAIN WITH MEMORIES
46. BERDAMAI
47. KEPERGIANNYA
48. JIKA DIA KEMBALI, LAGI
49. NYATA YANG SEPERTI MIMPI

50. KITA SELAMANYA

1K 47 151
Par thedreamwriter13

Hai, Love 💕

Selamat membaca akhir kisah Sebelum 365 Hari.

Aku harap ending nya sesuai bayangan kalian.

Senin, 9 Oktober 2023-

Happy Reading, Love!

50. KITA SELAMANYA

🌻🌻🌻


"Udah kali pelukan nya, yang gak punya bahan pelukan sampai kedinginan ini," sindir Toya dengan nada ketus khas nya itu.

"Hahahaha, sorry sorry," kata Galang lalu melepaskan pelukan.

Galang diam, menatap setiap sudut wajah gadis di hadapannya, tangannya mengelus pelan pipi kiri Thea. Setiap sudut bibirnya tersenyum dengan hangatnya.

"Kenapa, Lang?"

"Lo cantik. Selalu cantik."

Galang tak pernah berubah, tak pernah absen untuk mengingatkan seisi dunia betapa cantiknya gadis ini.

"Makasih."

Galang kini melihat kearah teman-teman nya. "Lo semua kenapa gak bilang kalau Thea udah balik? Gue hampir gila tau gak?" kesalnya.

"Yeu salah sendiri handphone nya gak di aktifin."

"Lang, istirahat lagi aja, tubuh lo masih panas," kata Thea.

Galang memanyunkan bibirnya. "Temenin," rengek Galang.

Thea terkekeh pelan, lalu menggandeng tangan Galang agar kembali merebahkan tubuhnya di kasur. "Ayo!"

Thea duduk tepat di sebelah Galang yang kini sudah kembali merebahkan dirinya. Kepalanya memang masih sedikit pusing, namun sudah terasa jauh lebih baik, karena obat terampuh Galang ada di sini.

"Sebenarnya gue sama Thea udah ketemu sejak dua hari lalu, Lang," ucap Xavi tiba-tiba.

"Terus? Kenapa gak bilang gue? Kalian ketemu dimana?"

Xavi menarik nafasnya lebih dulu, lalu menceritakan semuanya pada Galang.

Xavi dan Thea bertemu di sebuah supermarket dua hari lalu. Kala itu, Xavi membantu seorang gadis yang tengah membereskan barang-barang yang terjatuh, dan ternyata gadis yang Xavi tolong adalah Thea.

Awalnya Thea tak mengenali Xavi, namun Xavi berusaha menjelaskan dirinya pada Thea, sampai gadis itu kembali mengingatnya.

Semua berlanjut kala mereka mengobrol di sebuah tempat makan.

"Lo kapan balik, The?"

"Udah seminggu gue di Jakarta sebenarnya. Cuma, gue belum berani untuk nemuin siapapun. Gue juga bilang sama keluarga untuk gak bilang soal ini ke siapapun dulu," jelas Thea, lalu menyeruput segelas milkshake vanilla.

Setelah terdiam beberapa saat, Thea kembali menatap Xavi. "Galang apa kabar?"

Xavi tersenyum singkat, ternyata Thea tak pernah melupakan Galang. Buktinya, Galang lah orang pertama yang Thea tanyakan.

"Galang gak pernah baik setelah lo pergi. Galang berubah, sangat banyak. Dia lebih diam, dia jarang kumpul sama kami lagi. Kalau lo kenal Galang yang dulu seperti apa, mungkin lo gak akan mengenali Galang tiga tahun terakhir ini," kata Xavi menjelaskan.

Thea terdiam sejenak. Ternyata ini yang terjadi pada Galang? Thea pikir tanpa nya, Galang akan tetap baik-baik saja.

"Gue pikir, pengaruh gue gak sebesar itu, Xav."

"Lo dunia nya, Thea. Saat dunia kita hilang, gak mungkin hidup kita gak hancur kan?"

"Gue pikir setelah tiga tahun gue pergi, Galang akan jatuh cinta lagi, Xav. Gue pikir Galang udah punya seseorang baru di hidup nya," tutur Thea dengan suara putus asa.

Xavi tertawa kecil. "Toya langsung kurus kalau sampai Galang bisa jatuh cinta lagi sama selain lo."

"Xav, serius gue."

"Gue juga serius, Thea. Sekian banyaknya cewek di kampus yang deketin dia, mana pernah dia respon. Setiap kali kita semua minta dia untuk kembali buka hati, Galang cuma selalu bilang kalau, dia cuma mau lo di hidupnya."

Sebesar itu rasa sayang Galang padanya? Thea sampai tak habis pikir. Galang sampai menolak banyak cinta hanya untuk tetap mencintainya.

"Apa jangan-jangan itu alasan kenapa lo gak nemuin Galang padahal udah seminggu di sini?" tanya Xavi.

Thea mengangguk.

"Tapi perasaan lo ke dia masih sama kan? Gue yakin lo masih sayang sama Galang."

"Tapi gue udah terlanjur jauh nyakitin dia."

Xavi menatap teduh Thea. "The, jangan nahan perasaan sendiri. Kejar dan dapatkan kembali apa yang semestinya memang milik kalian. Lo sama Galang masih punya perasaan yang sama. Gue yakin lo juga sangat ingin bertemu sama dia, kan? Lo kangen Galang, kan?"

"Temuin Galang, mau?"

"Apa dia mau?"

"Kalau ada satu manusia yang bersedia menunggu lo, mungkin cuma Galang yang mau Thea. Tiga tahun, dia nunggu lo balik. Tiga tahun dia memilih sendiri karena keyakinan nya jika suatu saat kalian bertemu lagi. Lo adalah satu-satunya orang yang selalu Galang inginkan, The. Temuin dia, ya?"

"Tadi niatnya gue mau bikin kalian ketemuan di Resto itu. Eh lo nya gue hubungin gak aktif. Malah pingsan di pantai itu lagi."

"Hehehe, ya maaf, Xav."

Galang tersenyum pada Xavi dan teman-temannya. "Makasih ya, lo udah bujuk Thea buat nemuin gue lagi. Makasih juga semua, udah bawa Thenyu gue kembali," tutur Galang, lalu tersenyum pada Thea.

Galang meraih tangan Thea dan menggenggamnya erat. "Jangan pergi lagi ya? Lo gak akan ke mana-mana lagi, kan?"

Thea mengangguk. "Iya, Galang."

"Akhirnya Galang dan Thenyu kembali. Kangen juga gue ngeliat kalian nempel-nempel begini. Udah gini aja, jangan marah-marahan lagi!" ucap Toya setelahnya.

"Mendingan kita semua keluar. Biarin mereka berdua kangen-kangen an dulu," sambar Shella.

Xavi, Toya, Shella, dan Ilona pergi meninggalkan Galang dan Thea di sini. Pintu kamar kembali tertutup, kedua anak manusia ini saling menatap, tatapan yang penuh dengan kerinduan.

Tiga tahun bukan waktu yang singkat bagi mereka 'kan? Masa-masa yang berat dan sulit untuk di jalani sendirian.

"Aku kira kamu-"

Ucapan Thea terhenti kala Galang menatap jahil padanya. Lelaki itu tersenyum miring. "Aku kamu nih sekarang?" ledek Galang.

"Aw, sakit Thenyu." Galang merintih kala Thea memberikannya cubitan kecil pada lengan tangan.

"Lagian ngeledek."

"Iya maaf. Sekarang aku kamu aja, kayaknya lebih romantis deh. Aku suka Thenyu," kata Galang dengan senyuman.

Thea sedikit tersipu. Entahlah tadi spontan saja menyebutkan kata aku dan kamu pada Galang.

"Tadi kamu mau ngomong apa?" lanjut Galang.

Thea menggeleng singkat. "Nggak. Aku pikir, kamu udah lupa sama aku. Lagipula tiga tahun tanpa kabar itu kan lama, Lang. Apa yang bikin kamu yakin aku kembali?"

"Cinta aku, Thea."

Rasa cinta nya yang membuat Galang yakin, bahwa akan ada masa di mana dirinya akan bertemu kembali dengan gadis ini.

Thea mengerucutkan bibirnya, gadis itu menggenggam erat tangan Galang. "Maaf ya, Lang. Karena aku, kamu jadi gini. Maaf, aku pergi tanpa pamit sama sekali. Jujur, ini semua juga berat buat aku."

"Aku tau itu, Thea. Maaf, karena aku gak ada untuk nemenin kamu berjuang saat operasi itu. Maaf juga, karena gak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi sama kamu. Aku tau, mungkin kamu mengalami hari-hari berat tiga tahun terakhir ini kan?"

Thea mengangguk. "Sangat, Lang. Aku pikir aku udah gak bisa ketemu kamu lagi. Aku pikir aku akan mati saat itu."

"Tapi nyatanya kamu masih di sini, kamu masih bisa ketemu aku, kamu masih bisa aku peluk, senyum kamu masih bisa aku lihat, suara kamu masih bisa aku denger. Aku yakin, kamu hebat untuk semua yang sudah terjadi, Thea," tutur yakin Galang.

"Dokter bilang aku perlahan sembuh, Galang. Aku pakai dua tahun terakhir untuk memulihkan semuanya, aku juga ngerasa memori aku perlahan pulih lagi."

"Ternyata, kamu tetap jadi satu-satunya manusia yang gak pernah terhapus saat mungkin semua orang hilang dari ingatkan aku, Galang," ucap Thea dengan mata berkaca.

Galang berusaha bangkit dari posisi tidurnya. Thea memandangi bingung lelaki ini. "Kamu mau ngapain?"

Galang tersenyum manis. "Mau peluk Thenyu aku."

Dengan senyuman yang sama, Thea membalas pelukan yang Galang berikan padanya.

"Jangan sakit lagi, Thenyu!" lirih Galang.

🌻🌻🌻

"Jadi lo mau nya kayak gimana sih, Lang?"

"Kayak gini loh. Masa lo pada gak ngerti sih?"

"Di pinggir pantai gitu?" tanya Xavi memastikan.

"Heem. Ngerti?"

Xavi, Toya, Ilona, dan Shella mengangguk paham. Ada sesuatu yang sedang Galang rencanakan, dan sudah pasti Galang ingin melibatkan para sahabatnya ini.

"Berarti kita di balik layar doang nih?" sindir Ilona.

"Iya lah, ngapain ngikut-ngikut? Udah tenang aja, kalau nanti diterima, kita makan-makan."

Mata Toya langsung berbinar seketika. "Kalau gini bisa langsung kita gas sekarang, Lang."

"Yeu truk molen, giliran ada embel-embel makan aja langsung cepet!" Galang menatapnya sinis.

Sebuah notifikasi berbunyi dari handphone milik Galang. Terdapat pesan dari Thea di sana.

Thenyu 💕

Aku udah selesai, Lang. Bisa jemput sekarang?

Hari ini, Thea mendatangi sebuah workshop fashion designer di sebuah butik besar yang ada di tengah kota.

Selama berada di luar negeri kala itu, Thea memang sembari menghabiskan waktu dengan menekuni bidang ini. Katakanlah, Thea memang menyukai fashion.

Galang

Oke, Thenyu. Aku jalan sekarang ya. Kamu cari tempat nunggu yang nyaman dan aman.

Galang kembali menyimpan handphone tadi di saku celana nya. Kemudian mengambil jaket boomber hijau army miliknya.

"Gue jemput Thea dulu ya. Lo pada pikirin aja gampang nya gimana. Intinya gak jauh-jauh dari request an gue," ucap Galang.

"Iya tenang Bang Galang. Semuanya bakalan sukses. Lo jemput aja Thea dulu, takut hilang nanti," ledek Xavi.

"Ngaco."

"Titip rumah ya. Kalo ada yang bisa di makan, makan aja. Yang penting jangan bawa kabur tv gue," kata Galang yang kemudian berlalu kearah depan.

"Iya!"

Galang yang tadi sudah berjalan, tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik. Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari saku baju nya.

"Shell, nitip ya. Jagain baik-baik, takut hilang." Galang memberikan sebuah kotak kecil pada Shella.

"Iya, Lang."

🌻🌻🌻

Thea meneguk sebotol air mineral yang dia beli di sebuah minimarket. Thea duduk di sebuah kursi panjang kayu yang ada di pelataran minimarket, sembari mengunyah roti isi selai srikaya.

Cuaca hari ini sangat panas, matahari begitu terik. Sudah hampir satu jam Thea menunggu Galang datang. Memang lumayan jauh dari rumahnya, tapi kemarin Galang tak selama ini. Sudah hari kedua Thea mengikuti workshop ini.

"Thea!"

Pandangan Thea beralih pada sosok lelaki yang kini berlari kecil ke arah nya.

"Maaf aku lama."

"Kamu jalan kaki, Lang?"

Galang, lelaki itu menggeleng. "Ya kali aku jalan kaki, Thea. Ngambek ini kaki ku nanti," gerutu Galang.

Thea terkekeh pelan. "Lagian motor kamu mana?"

"Jalanan macet banget. Di depan butik tadi banyak kendaraan, aku tau kalau kamu udah nunggu lebih lama dari kemarin, jadi motornya aku tinggalin aja di ujung jalan sana, parkiran yang di tanah lapang itu. Terus aku lari deh kesini," jelas Galang.

"Maaf ya, biasanya aku nunggu di depan butik, cuma emang hari ini ramai banget terus panas, makannya aku bilang ke kamu kalau aku nunggu di sini," timpal Thea.

Thea mengambil satu air mineral yang masih tersegel. "Kamu minum dulu. Sini duduk! Istirahat dulu aja," ucap Thea pada Galang.

Galang dan Thea duduk di kursi kayu ini. Lelaki itu meneguk air mineral dengan cepat. Sepertinya Galang sangat kehausan.

"Kamu belum makan, The?"

"Tadi cuma sarapan susu. Makannya aku beli roti buat ganjel perut."

Galang melihat jam di pergelangan tangannya. "Ini udah setengah satu siang dan dari pagi kamu gak makan? Kenapa gak bilang? Kan tau gitu tadi pas berangkat kita makan dulu."

"Kamu gak nanyain aku."

Galang menepuk keningnya sendiri. "Kamu kok lama-lama jadi penganut gak makan kalau gak disuruh sama ayang."

"Ya udah ayo kita makan, ya!" Galang meraih tangan Thea. Mengajak gadis itu untuk bangkit dari tempat duduk mereka.

"Aku mau nya cupcake, Lang."

"Makan nasi dulu, Thenyu. Kamu kan belum makan dari pagi."

"Cupcake aja. Ayolah, Lang!" Thea memelas kan wajahnya agar Galang mau menuruti permintaannya.

Galang menghela nafasnya berat. "Calithea, makan nasi dulu ya."

Thea hanya diam dengan bibirnya yang mengerucut. Galang paling tidak bisa menolak keinginan Thea jika sudah seperti ini. Senjata ampuh melumpuhkan Galang yang hanya berlaku bagi Thea.

"Ya udah begini. Kita makan nasi dulu, setelah itu baru beli cupcake. Setuju?"

"Beneran?"

"Iya sayang, masa aku bohong sama kamu," ucap Galang gemas.

"Yeay, makasih Galang."

"Sama-sama. Ya udah, ayo!" Galang melepaskan jaket yang dia kenakan, lalu menggunakannya untuk menutupi kepala Thea.

Thea menatap Galang. "Loh, kamu gimana?"

"Aku gak apa-apa. Yang penting kamu gak kepanasan," kata Galang dengan manisnya.

Thea tersenyum penuh bahagia. Galang tak pernah berubah, sejak dulu, Thea selalu menjadi yang utama untuknya.

Kedua anak manusia ini berjalan berdampingan, dengan tangan Galang yang masih setia memegangi jaket yang dia gunakan untuk melindungi Thea dari panas matahari.

🌻🌻🌻

"Terimakasih, kak."

Bahagia terpancar jelas di raut wajah Thea. Gadis itu tersenyum dengan deretan giginya sembari menatap sebuah cupcake dan gelato matcha di hadapannya.

"Sama-sama, kak. Kalau ada yang dibutuhkan lagi, bisa panggil kami ya."

Waiters tadi pergi dari hadapan Thea dan Galang. Thea mulai menggigit sedikit dari bagian cupcake tersebut. Sedangkan Galang hanya diam memperhatikannya.

"Kamu belum kenyang emang?"

Thea menggeleng. "Kenyang sih, tapi masih ada bagian yang kosong kalau belum diisi cupcake sama gelato ini."

"Aku kangen banget kesini, Lang!" Antusias Thea.

"Aku juga kangen kesini, sama kamu."

Thea dan Galang saling melempar senyum. Kini, Thea menyodorkan cupcake yang sisa sedikit pada Galang.

"Lupa, kamu mau?"

"Udah habis baru ditawarin. Gak usah, kamu makan aja sana!"

"Hehehe, abis nya enak, Lang."

Sembari memperhatikan keseriusan Thea menghabiskan beberapa makanan itu, Galang jadi ingat kalau ada sesuatu yang mestinya dia sampaikan pada Thea.

Namun, sesuatu yang ingin di berikan nya, tertinggal di dalam jok motor. "Thenyu, kamu tunggu sebentar ya, aku mau ngambil sesuatu ketinggalan di jok motor."

"Oh oke, aku tunggu di sini."

Galang bangkit, lalu berjalan kearah luar cafe untuk menghampiri motor ninja hitam yang berada di parkiran depan.

Galang membuka jok motornya, mengeluarkan sebuah paper bag yang berukuran sedang dari dalam sana.

Setelah selesai, Galang kembali berjalan masuk ke dalam cafe, menemui Thea yang masih berada di kursi mereka tadi.

"Kamu bawa apa itu?" tanya Thea heran.

"Buat kamu," ujar Galang seraya menyodorkan paper bag itu pada Thea.

"Buat aku? Apa?"

"Coba aja dibuka."

Thea membuka paper bag pemberian Galang. Gadis itu mengeluarkan sebuah dress berwarna putih tulang dengan hiasan bunga matahari di beberapa bagian atas.

Mata Thea berbinar, dress selutut yang mengagumkan. "Bagus banget, Lang. Ini buat aku?"

"Iya buat kamu. Suka kan?"

"Suka banget!"

Thea kini mengerutkan keningnya. "Dalam rangka apa kamu kasih ini?"

"Loh, emangnya harus ada sesuatu gitu?" tanya balik Galang.

"Ya nggak sih. Tapi gak biasa aja kamu ngasih nya dress kayak gini."

Galang menarik nafasnya pelan, lalu tersenyum. "Sebenarnya emang ada sesuatu sih, The. Em, nanti malam bisa kan pergi ke pantai tempat biasa kita datangi?"

"Pantai itu? Aku udah lama banget gak kesana. Emangnya ada apa?"

"Ada sesuatu pokoknya. Kamu datang aja."

Thea mengangguk. "Oke. Kamu jemput aku jam berapa?"

"Maaf, kayaknya aku gak bisa jemput. Nanti kamu sama supir kamu aja kesana nya. Aku- bakalan ada urusan dulu. Tapi pasti aku kesana," kata Galang meyakinkan.

"Oke. Tapi janji datang ya? Nanti aku udah kesana kamu gak ada."

Galang meraih tangan Thea dan mengelus nya pelan. Galang tersenyum dengan hangat nya. "Iya, Thenyu. Aku yang ngajak kamu kesana, gak mungkin aku gak datang. Tunggu aku di sana ya."

"Iya, Galang."

🌻🌻🌻

Thea menatap gusar hamparan air laut yang terus bergerak. Ombak sudah kembali dan pergi berulang kali, namun seseorang yang ditunggu nya tak kunjung datang.

"Galang mana sih? Di telepon juga gak diangkat. Kata nya gak bakalan lama," gumam Thea.

Gadis cantik yang sejak tadi duduk di bawah pohon rindang tempat biasanya dia bersama Galang, kini bangkit, melepaskan flatshoes yang dikenakannya, lalu berjalan pelan lebih dekat dengan air pantai.

Sampai kini kakinya mulai terbasahi. Angin malam ini terasa begitu dingin, apalagi panjang lengan dress nya yang tak sampai sikut.

"Kalau sepuluh menit lagi Galang gak dateng, kayaknya gue bakalan pulang."

"Kenapa harus pulang?"

Thea sedikit terperanjat, bagaimana tidak? Sebuah suara datang dan kini sudah ada jas hitam di pundaknya.

"Galang?"

"Iya, ini Galang."

Thea menatap Galang sedikit kesal, Galang dapat membaca cara mata itu menatap nya. "Maaf ya kalau lama."

"Kalau masih ada urusan lain seharusnya gak usah bikin janji sama aku."

Galang tersenyum miring. "Kamu marah?"

"Nggak. Kenapa harus marah?"

"Terus?"

"Kesel aja dikit," lirih Thea dengan sinis.

Wajah lucu gadis ini membuat Galang terkekeh kecil. Galang meraih tangan kanan Thea dan menatap teduh.

"Seharusnya kalau kesel, langsung pulang aja. Aku tau kamu tadi juga nunggu nya lumayan lama. Kenapa gak langsung pulang?"

"Soalnya aku yakin kamu bakalan dateng."

"Seyakin itu?"

"Karena selama ini kamu selalu serius sama ucapan kamu, Lang."

Ya, Galang tak pernah mengingkari ucapannya. Apa yang dia ucapkan adalah apa yang dia lakukan. Bahkan, ucapannya untuk meninggalkan Thea saat gadis itu tak bahagia lagi, kala itu.

"Oh iya, ada apa malam-malam gini kita ketemu di sini? Terus mana sama-sama rapih banget," kata Thea sembari menatap keduanya bergantian.

"Kalau kamu dikasih satu permintaan tentang aku, apa yang kamu bakal minta, Thenyu?"

Thea kini berdiri di sebelah Galang, menatap sebuah bulan purnama yang berada di atas langit.

"Aku bakal minta supaya kamu bisa selalu sama aku. Aku- mau kamu selamanya, Lang."

Galang tersenyum malu. Permintaan yang sama, yang selalu Galang semoga kan.

"Harapan kita sama Thea. Karena harapan itu, malam ini ada," lanjut Galang.

"Maksudnya?" Thea tampak tak mengerti dengan maksud lelaki ini barusan.

Galang meraih tangan Thea, membawa gadis ini berhadapan dengannya. Galang terlihat mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya.

Thea hanya menatap nya diam-diam. Mata gadis itu terlihat bertanya.

Sampai, Galang membuka kotak kecil tersebut, terlihat sebuah cincin yang sangat cantik di dalamnya.

Galang tersenyum dengan sangat manis, memperlihatkan apa yang ada di tangannya pada Thea.

"Mau menikah sama aku gak, The?"

"Hah? Aku?"

"Iya, kamu sama aku. Mau, ya?"

Thea dan Galang kini sama-sama diam, diam dengan sudut bibir yang sama-sama terangkat. Percakapan kali ini membawa ingatan mereka kembali pada kejadian tiga tahun lalu di pasar malam itu.

"Mau pacaran gak, The?"

"Sama siapa?" tanya Thea, meledek.

"Sama gue. Kita pacaran. Lo mau?"

"Serius?"

"Kata kamu, aku selalu serius sama ucapan aku kan?"

Thea sedikit merubah raut wajahnya. "Kamu yakin, Lang?"

"Apa yang bisa bikin aku ragu? Memilih kamu bukan keraguan buatku, Thea."

"Aku mau hidup sama kamu lebih lama."

Thea sangat merasa bahagia, dengan apa yang Galang ucapkan. "Apa ini gak terlalu cepat?"

"Kamu pikir tiga tahun sebentar, The? Aku hampir gila, Thea. Aku gak mau kamu pergi lagi. Aku mau mengikat kamu lebih pasti, supaya aku bisa selalu menyebut kamu milikku."

"Will you be mine, Calithea?"

Mata Thea kini berkaca-kaca. Seketika, sebuah anggukan kepala Thea berikan. "Yes, I will, Lang."

Galang senang bukan main. "Thea serius?"

Thea mengangguk cepat dengan wajah penuh haru nya. "Kalau kamu serius, untuk apa aku main-main, kan?"

Galang mengusap wajahnya, matanya sudah memerah, menahan air mata bahagia yang dia punya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Galang menyematkan cincin itu di jari manis tangan kiri Thea.

"Pokoknya, selamanya Thea punya Galang," ucap Galang setelahnya.

Dengan sangat bahagia, Galang mengangkat tubuh Thea dan membawanya berputar. Tawa bahagia terdengar jelas dari keduanya.

"Galang udah, nanti jatuh!" rengek Thea.

"Hahahaha iya, Thenyu. Aku juga pusing lama-lama."

Bunyi sebuah ledakan petasan menghiasi langit malam di sini. Pandangan Thea yang tadi menghadap langit, kini terpesona pada sebuah bunyi musik yang mengalun indah dari beberapa orang di belakang mereka, tepat ada dipinggiran sana.

"Galang, kamu-"

Sebuah musik mengalun bersamaan dengan dibawakannya sebuah lagu berjudul Cahaya dari Tulus. Lagu yang dulu pernah Galang bilang akan dia berikan untuk seseorang yang disukai nya.

"Lo tau lagu itu juga, kah?"

"Cahaya, lagu nya Tulus," sahut Galang.

"Gue suka lagu itu loh. Buat gue, lagu nya romantis banget. Setiap lagi dengar lagu itu, gue selalu berharap akan ada cowok yang nyanyiin lagu itu buat gue," ucap Thea.

"Gue juga, The."

"Juga apa?"

"Juga mau banget, orang yang gue suka bisa denger perasaan gue ke dia melalui lagu itu. Kapan-kapan gue bakal nyanyiin lagu itu secara lengkap buat dia."

"Katanya kamu yang mau nyanyiin lagu nya langsung," sindir Thea.

Galang tertawa pelan. "Setelah aku sadar-sadar, suaraku jelek, The. Daripada malam ini gak karuan, mending sewa orang buat nyanyi aja."

Keduanya tertawa beriringan. Hingga tak lama beberapa manusia terlihat keluar dari kegelapan. "Mereka?"

"Iya, The. Mereka yang bantu aku untuk buat ini semua."

Semua Sahabat-sahabat mereka, termasuk Ibu, Bunda, dan Bang Ali ada di sini, menyaksikan malam penuh haru milik Galang dan Thea.

"SELAMAT, GALANG, THEA!"

"DITUNGGU MAKAN-MAKAN NYA!"

Thea tersenyum haru menatap satu persatu wajah orang-orang yang dia sayangi di depan sana. Hingga kini pandangannya beralih kembali pada Galang.

"Makasih, Lang."

"Apapun buat kamu, Calithea."

Galang meraih kedua tangan Thea. "Setelah malam ini, jangan pergi lagi ya, Thenyu! Jangan buat aku ngerasa kehilangan lagi! Di sini aja, sama aku, kita buat cerita yang lebih indah lagi, berdua."

Thea menganggukkan kepalanya. "Iya, Galang."

"Makasih, udah nunggu aku."

"Makasih juga udah kembali, Thea."

Galang tersenyum lebih manis. "Makasih udah bertahan, makasih udah hadir, makasih untuk semuanya, Calithea."

Thea menghamburkan pelukan pada lelaki di hadapan nya dengan erat, tangisan bahagia keluar dari bibirnya.

Pelukan erat mereka membuat suasana dingin pantai terasa lebih hangat. Bahkan untuk manusia-manusia yang menyaksikan dengan haru itu.

Mungkin kisah kemarin terasa singkat, meski banyak lika-liku yang membuat semuanya terasa sangat lama.

Galang tak ingin kehilangan gadis nya kembali, maka, Galang memutuskan untuk mengikatnya, dengan segala yang sudah dia lalui sendiri belakangan ini.

Galang yakin, dengan cara apapun dia akan selalu berusaha membuat gadis nya bahagia. Thea, akan merasakan seluruh bahagia di dunia, itu janji Galang.

Siapapun, tolong jangan pisahkan mereka.

Meski, perpisahan memang akan tetap ada, tapi, biarkanlah kematian saja yang menjadi pemisah nya. Sampai suatu saat mereka bisa kembali saling mencintai di kehidupan selanjutnya.

"Aku mencintaimu, Calithea."

"Aku lebih, Galang Reynandika."

- SELESAI -

🌻🌻🌻

Hallo gimana bab 50 nya?

I hope you like it, Love!!

Akhirnya selesai, terimakasih sudah mau menyaksikan kisah mereka.

Aku harap kisah Galang dan Calithea membekas baik diingatan kalian.

Maaf, karena bab ini baru bisa aku upload huhu, soalnya aku sibuk banget sebulan ini 😭

Gak bisa ngomong apa-apa, tapi makasih banyak udah nemenin aku sejauh ini. Hari ini aku resmi selesaiin 6 cerita dalam waktu 3 tahun.

Makasih banyak yang udah ada sama aku sejauh ini, semoga aku bisa berkarya lebih baik lagi kedepannya.

Aku harap Sebelum 365 Hari suatu saat bisa terbit dan mejeng di Gramedia, Aamiin!!!!

Makasih sekali lagi karena udah selalu nunggu aku up, makasih udah sayang sama mereka!

Jangan lupa mereka yaa, simpan di hati kalian selalu!!

See you in next project, Love!! 💕

Apa ada harapan? Siapa tau bisa aku coba turuti hehe?

Big thanks and big love sayang sayang kuuu 💕💕💕💕

Papaiii ~~~~

NOTE:
SIMPEN DI PERPUS TERUS YA, SIAPA TAU ADA KABAR BAIK DARI AKU HEHEW.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

14.9K 505 15
This is just a place for me to write Hosie one shots. I have a full Hosie story and other one shots you guys can check out. I usually write these whe...
276K 8.5K 60
[Completed] Kristen is a rebellious teenager who acts out because of her rough childhood. Her parents never wanted her and was immediately sent to th...
Steamy Ones Par Vile Vampire

Roman pour Adolescents

69.4K 229 11
As the title says
ALDYAKSA (SELESAI) Par Jelli

Roman pour Adolescents

4.3K 695 32
Seperti rinaian hujan yang jatuh tanpa diketahui, begitupun takdir. Entah ini lelucon ataupun sudah ketentuan kehidupan, Alsava Kanaya hanya ingin me...