REAGAN • POSSESSIVE BADBOY

By lalaolaaa_

797K 29.5K 1.9K

[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng... More

Prolog
Reagan Kanziro Adler
Anya Levionna
Murid Baru
Mostwanted
FATAL
Mengobati Luka
Deja Vu
Pulang Bareng
Medan Magnet
Mr.Adler
Ancaman Mona
Gagal Menjauh
Leader's smile
Bad memories
Costum Party
The Incident
Reagan's Anger
Disaster Poster
Apology
Different Families
Delinquent
The Feared Boy
Scared
Nightmare
Da Hug
I'm Yours
Decision
Jealous
People Disturbance
Reagan's Girlfriend
A Cat

Sebuah Rencana

22.8K 835 22
By lalaolaaa_

"Mungkin bulan dan bintang diciptakan agar langit tak kesepian."



[Bagian 13]

****

Rencana Anya gagal total! Padahal dia sudah siap berangkat sekolah pagi sekali sampai tidak membangunkan Kherio dan memilih memesan taksi online. Tapi Anya dikejutkan oleh Reagan datang bahkan sebelum Anya keluar rumah. Padahal cewek itu sudah bela-belain memesan taksi online yang sulit dicari di jam enam pagi!

Bayangkan saja.

Anya menghela napas dengan wajah ditekuk muram, dia melihat Reagan yang menatapnya datar didepan sana, tubuh jangkung itu bersandar dipintu mobil sportnya dengan santai.

Terlihat seperti seorang penyihir licik.

"Gue udah pesan taksi online, lo berangkat duluan aja." tukas Anya tanpa melihat lawan bicara.

"Batalin."

Mata Anya melebar kesal. "Gak bisa! Taksinya udah mau sampai." apa dia tidak memiliki belas kasih? sopir taksi yang ingin menjemput rezeki mana boleh dibatalkan begitu saja.

Saat melihat taksi yang di pesannya datang, Anya bersorak dalam hati. Taksi itu terhenti satu meter didepan mobil hitam milik Reagan. Anya berjalan ke pintu taksi, tapi baru saja hendak membuka pintu tangannya sudah ditarik lebih dulu.

"Lepasin."

Reagan pura-pura tuli dan malah mendekat ke jendela pengemudi. "Gak jadi, pak." ucap cowok itu sambil menyerahkan selembar uang seratus ribu.

"Eh, jadi, pak." seru Anya tak terima.

"Jadi gimana ya? Mbak, Mas," kata bapak tua yang dibalik kemudi, mereka jadi terlihat seperti pasangan muda yang sedang bertengkar.

"Ga jadi," ulang Reagan.

Sopir taksi itu mengangguk mengerti dan melaju pergi. Reagan menahan tangan Anya seolah gadis itu akan kabur darinya.

"Masuk."

"Gak mau! Mending gue jalan." Anya serius dengan ucapannya, tapi Reagan kembali menarik tangannya. Anya memekik, ketika Reagan dengan santai mengangkat tubuh cewek itu dan memasukkannya ke mobil, dalam sekejap Anya sudah ada di kursi samping kemudi.

"Lo.. gila!" serunya kesal.

Reagan tidak peduli, dengan santainya dia menutup pintu, berjalan mengitari mobil dan duduk dikursi kemudi lalu melirik Anya yang sedang bersidekap dengan wajah cemberut. Reagan tersenyum tipis. Gadis itu selalu membuatnya gila.

"Pake sabuk."

"Pake apa?" gerutu Anya tak mendengar jelas, lalu dia tersentak saat tubuh Reagan mendekat. Anya merapatkan punggungnya pada kursi dengan jantung berdegup kencang. Ternyata tangan kekar itu memasang sabuk pengaman untuknya.

Sialnya, aroma parfum cowok itu terlalu enak untuk dihirup.

"Gue bisa sendiri." Anya refleks mendorong dada bidang itu menjauh. Jantungnya hampir copot jika berada diposisi seperti tadi.

Reagan kembali duduk dengan tegap lalu menginjak pedal gas mobilnya. Anya melihat keluar jendela dengan wajah merah padam. Dia bukan tipe yang suka menunjukan emosinya pada orang luar, tapi entah kenapa Anya tidak ragu melakukan itu pada Reagan. Sesekali matanya melirik kesamping. Cara pemuda itu mengendarai mobilnya masih sama, terlihat begitu menarik. Oh sial. Anya bahkan tak sadar terus memperhatikannya.

Setengah jam dalam hening, akhirnya mereka sampai parkiran sekolah. Anya melotot melihat banyak orang yang berkumpul dipinggir parkiran.

Betapa apesnya hari ini. Harusnya dia minta diturunkan didepan gerbang saja.

"Mereka ga bakal makan lo." Reagan seolah tau isi pikirannya.

Huh, tentu saja mereka tidak akan memakannya. Tapi akan membullynya, seperti Mona dan atek-ateknya itu. Anya menggerutu dalam hati. Padahal dirinya sudah mencoba maksimal untuk menghindar.

"Hey."

Anya mengerjap kaget saat dahinya disentil pelan. Reagan sudah membuka pintu dan kini ada disampingnya dengan tubuh cukup dekat. Anya terkejut, kapan cowok itu keluar mobil? Bahkan dia tidak menyadarinya.

"L-lo ngapain?"

Dahi Reagan sedikit berkerut, telunjuknya mengetuk pelan dahi Anya. "Mau nginep disini?"

Eh, benar juga.

Anya menggigit bibirnya. Memalukan sekali. Dia keluar saat uluran tangan Reagan seakan menyambutnya.

Gerak gerik mereka tak luput dari mata para kaum hawa yang begitu menyukai Reagan.

"Makasih." ucap Anya menatap Reagan yang berdiri didepannya, cowok itu memiliki tubuh yang tinggi sehingga membuatnya harus mendongkak.

"Reagan sama siapa tuh?"

"Itu bukannya murid baru ya, kok bisa sih berangkat sama Reagan."

"Aaaa beruntung banget."

"Demi apa gue kalah sama adik kelas."

Anya menunduk mendengar bisik-bisik itu, menjadi pusat perhatian adalah hal buruk baginya. Menyadari gadis itu tidak nyaman, Reagan langsung menggenggam tangan Anya dan menariknya jauh dari keramaian.

"ANYA!"

Kedua orang itu itu menoleh saat nama Anya dipanggil. Ternyata Eliza dan Mayang. Cewek itu menelan ludah dengan susah payah, seolah sedang terciduk berbuat dosa. "Gue kesana dulu. Lo ke kelas aja." ucap Anya pada cowok itu.

"Hm." Reagan mengangguk kecil.

Baru saja akan melangkah, Anya berbalik lagi pada Reagan sebelum menghampiri temannya. "Makasih ya," setelah itu Anya berlari kecil meninggalkan Reagan.

Reagan menatap cewek itu dari belakang. Anya tampak diserang oleh berbagai pertanyaan teman-temannya. Reagan tersenyum kecil lalu berbalik menuju rooftop gedung utama.

****

Anya tidak ingin melihat keramaian kantin, jadi saat istirahat dia beralasan masih kenyang dan pergi ke perpustakaan sendirian. Sebenernya Anya tidak terlalu tau letak perpustakaan dimana, tapi dia malas bertanya, yang dia ingat Catherine bilang perpustakaan ada dilantai empat gedung utama. Setelah berkeliling di lantai atas, dia menemukan pintu lebar bertuliskan perpustakaan diatasnya.

"Luas banget."

Anya berbinar melihat rak-rak dan ruangan yang begitu luas didalamnya. Disekolahnya dulu-pun cewek itu lebih sering berada di perpustakaan, alasannya bukan karena dia sangat gemar membaca, tapi karena tempat seperti ini jarang ada yang mengunjungi, seperti surga kedamaian.

Kali ini dia memilih buku fiksi untuk dibaca. Ada beberapa novel yang dulu sempat dia cari di toko buku namun tak menemukannya. Anya tersenyum senang lalu mendongkak, melihat-lihat apakah ada novel langka lainnya. Dia mengambil novel fantasi bersampul merah, lalu memilih duduk didekat jendela. Tempatnya sangat nyaman!

"Possessive boy," Anya membaca judul buku tersebut. Ternyata alurnya cukup menarik, pantas saja novel ini viral di media sosial.

Sepuluh menit berlalu, matanya jadi terasa berat. Mungkin karena suhu ruangan disini yang sejuk sehingga membuatnya mengantuk. Gadis itu melihat arloji putih ditangannya.

Waktu istirahat masih ada duapuluh menit. Sepertinya tertidur sebentar tidak apa-apa kan? Anya menelungkupkan tangannya di meja, lalu memejamkan mata.

Tanpa disadari, seseorang sudah melihatnya dari beberapa menit lalu. Orang itu mendekat lalu duduk disamping Anya, menatap gadis yang tengah tertidur itu dengan wajah tanpa ekspresi.

"Ceroboh." bisik orang itu, wajah datarnya menatap ponsel Anya yang disimpan di atas meja begitu saja. Dia menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Anya yang masih terlelap lalu mengusap pelan.

Lembut.

Tangannya merambat turun ke pipi Anya dengan sedikit elusan seduktif, lalu jarinya terhenti saat menyentuh bibir tebal berwarna pink pucat itu, sedikit menekan jarinya disana. Terasa lembut dan kenyal. Lalu dia berbicara dengan suara serak.

"This is mine."

"You are only mine. Baby."

****

Anya terkejut karena saat dia membuka mata, seorang cowok tidur dimeja sampingnya dengan wajah berhadapan. "Reagan?" kenapa cowok itu ada disini. Sial, dia kecolongan lagi.

Anya langsung duduk tegak sambil melihat sekitar, perpustakaan masih sepi. Cewek itu merapikan seragam dan rambutnya yang sedikit berantakan, lalu berdiri. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Tapi apakah dia harus membangunkan cowok itu atau meninggalkannya saja disini saja.

Bangunkan saja lah, kasihan jika ketauan guru. ucap sisi malaikat dalam dirinya.

"Ka-eh, Reagan, bangun." panggil Anya meralat panggilannya, bodohnya dia, padahal cowok itu tidak akan sadar sekalipun dirinya mengumpati cowok itu saat ini.

"Bentar lagi masuk, Reagan." Anya sedikit menepuk punggung cowok itu.

Kok gak bangun-bangun sih? pikir Anya. Dia membungkuk duduk untuk mengecek cowok itu. "Masih nafas kok."

Baiklah, kalo sekali lagi gak bangun, Anya akan meninggalkannya.

"Reaga-, eh." pekik Anya saat tiba-tiba pinggangnya ditarik sampai terduduk ditempat yang cukup empuk. Anya membelakak saat menatap Reagan sudah membuka matanya. Oh, sial, bukan itu masalahnya. Anya terduduk di paha cowok itu!

"Lo?!"

"Ssst, jangan berisik." Reagan menyelusupkan kepalanya dicengkuk leher Anya dan mengunci pergerakan cewek itu.

What the...

"L-lo sinting! Lepasin! Nanti ada yang liat." Anya bicara tergagap, napasnya tidak bebas dalam posisi seperti ini, sangat berbahaya bagi jantungnya.

Reagan malah semakin mengeratkan pelukan dipinggangnya, wajah cowok itu semakin menyelusup ke leher Anya, menghirup udara disana seakan membutuhkan banyak pasokan oksigen. "Ga ada orang." ujarnya serak sambil menggesekan hidungnya pada leher Anya.

"Stop!" Anya menyiritkan dahinya menahan geli dileher. Namun cowok itu sama sekali tidak mendengarnya.

"Anjir! Mata suci gue!" teriak seseorang yang tiba-tiba muncul.

Anya langsung mendorong dada bidang itu sekuat tenaga sampai akhirnya pelukan terlepas. Reagan menatap kesal pengganggu yang baru saja datang, ternyata itu adalah Kenzo.

Kenzo mengusap tengkuknya sambil menyengir lebar tanpa dosa. "Hehehe bos. Gue bawa pesenan lo." Cowok itu berjalan mendekat dan meletakan kantung kresek dimeja, lalu tersenyum pada Anya "Hai nyonya bos."

Nyonya bos?

Anya berdiri dengan canggung, wajahnya sangat merah karena malu. Walaupun dia tau cowok itu adalah teman Reagan tapi tetap saja, Kenzo pasti sudah berpikir yang tidak tidak.

"Ini gak seperti yang lo lihat, kak." ucap Anya pada Kenzo.

Kenzo menatap bingung, lalu dia mulai otaknya konek dengan kejadian beberapa detik lalu. "Hahahaha sanss aja, anggap gue tadi gak liat." ucapnya sambil tertawa renyah, tapi Anya jadi semakin canggung.

"Gue sama Reag... Maksudnya kak Reagan, gak ngapa-ngapain."

"Kalian ngapa-ngapain juga gue gak masalah kok, gak bakal gue sebarin. Eh, kita belum kenalan nyonya bos." Kenzo hampir saja akan mengulurkan tangannya, namun merasa ada tatapan tajam seakan menghunusnya cowok itu segera mengurungkan niat.

"Hati hati, Ada serigala buas samping lo, serem loh." Anya menyirit tak mengerti, namun saat Kenzo berbisik seperti itu padanya sambil melirik Reagan dia paham siapa yang dimaksud.

"Tapi gue beneran gak ngapa-" ucapan Anya terhenti saat Reagan mernagkul pinggangnya.

"Keluar." usir Reagan pada Kenzo.

"Yaelah bos, gue udah baik hati pesenin makanan. Suruh duduk dulu, kek. Gue kan juga mau kenalan sama dedek gemes-aww iya.. iya.. gue pergi." Kenzo keluar sambil mengusap kakinya yang ditendang oleh Reagan.

Sementara Anya yang merasakan pinggangnya kembali dirangkul merasa meremang keseluruhan tubuh. "Lepas. Gue mau ke kelas."

"Makan." Reagan menarik pinggangnya sampai duduk kembali di kursi perpustakaan.

"Di perpus gak boleh makan." Anya menahan tangan cowok itu saat membuka kotak makanan dalam kantung kresek yang tadi Kenzo berikan.

"Boleh kalo sama gue." saat tangan kekar itu membuka isinya, Anya menelan ludah melihat ternyata isinya mie goreng dan dimsum, itu makanan kesukaannya. Tidak bisa dipungkiri aromanya begitu menggoda iman.

Anya membuang muka, tidak boleh! Dia harus hidup dengan tegas. "Gue mau ke kelas!" sudah pasti pelajaran berikutnya telah dimulai. Cewek itu berdiri diikuti Reagan yang berdiri disampingnya.

"Makan." Reagan tak ingin dibantah.

"Gue gak mau, lo aja yang makan."

"Yaudah." Reagan mendekatkan diri mengikis jarak mereka. "Lo yang gue makan, gimana?"

Anya langsung terdiam tak berkutik. Lagi lagi dia merinding. Suara Reagan berat dan menggema tepat ditelinganya, deru napas cowok itu tenang menghanyutkan. Dia menahan napas saat tangan Reagan menarik perutnya sampai badan mereka menempel. Anya menyesal tidak pergi melarikan diri saat cowok itu tertidur tadi.

Jika Reagan berniat menakut-nakutinya dengan ini, cowok itu berhasil. Anya benar-benar berpikir cowok itu akan memakannya seperti orang kanibal di film-film, atau mungkin sebenarnya cowok itu sudah berniat memakannya tadi saat mengendus lehernya. Tapi bodohnya lagi-lagi Anya tak bisa berkutik karena tubuh cowok itu lebih kuat darinya.

"Mau makan? Atau lo yang gue ma-"

"Oke, gue makan!"

Anya memotong ucapan Reagan cepat. Dia tak ingin mati konyol oleh kanibal. Jadi cewek itu segera duduk menyantap dimsum yang disodorkan oleh cowok itu.

"Good girl." Reagan mengusap puncak kepala Anya seperti anak kecil.

Anya makan dengan cemberut. Dia melahap dimsum itu sambil berpikir ... Bagaimana caranya memusnahkan kanibal dengan mudah.

****

"Lo tau berita yang lagi gempar Mon?"

Seorang cewek dengan rambut curly memainkan kukunya. Ya, dia Mona yang sedang berkumpul bersama tiga atek-ateknya dikantin. "Berita apa lagi?" tanya cewek itu tidak tak penasaran.

"Gue denger, tadi pagi orang-orang heboh. Lo tau nggak kenapa?" tanya Sera memancing temannya agar penasaran.

"Kenapa sih? Jangan setengah-setengah deh." kesal Nabila.

Sera tetawa sejenak, lalu melanjutkan ucapannya. "Reagan berangkat bareng dekel baru itu, siapa sih namanya. Anya kan ya?"

"APA?" teriak Mona menggelegar membuat Sera dan Nabila terkejut hebat. "Gak mungkin! Jangan becanda."

Sera mengusap dadanya kaget, meskipun sudah tau reaksi Mona akan seperti ini dia tidak menyangka cewek itu akan sangat mengagetkannya. "Gue tau dari Kelly, lo tau kan dia fans Reagan garis keras."

Mona mengepalkan tangannya, pantas saja Reagan kemarin mengancamnya agar tidak macam-macam dengan Anya.

"Gue rasa, Reagan kayaknya suka deh sama cewek yang namanya Anya itu." kata Nabila sambil menerawang. "Dia kan cuek banget, selama ini lo juga di cuekin sama Reagan, terus masa tiba-tiba dia deket sama cewek baru. Gue yakin dia suka sam-Mmmphh."

Sera membekap mulut Nabila yang terlalu blak-blakan, apalagi Mona sudah memasang raut murka. "Hahaha jangan dengerin Bila, lo tau dia suka ngarang." Sera tertawa garing agar Mona tidak mengamuk.

"Gimana kalo kita pake cara yang kayak biasanya aja, Mon?" ucap Sera memberi saran, cara yang dia maksud adalah membully seperti yang sering mereka lakukan.

Mona menggeleng sambil mengigit jempol nya. "Kita gak bisa pake cara itu. Ada Reagan yang ngelindungin dia."

Mona tentu tidak bisa melawan Reagan. Apalagi seperti yang temannya katakan Reagan mulai dekat dengan adik kelas yang tak jelas itu, mungkin Reagan-nya sudah termakan godaan cewek itu kan? Mona jadi mencengkram ponselnya kesal.

"Mungkin kita gak bisa apa-apa kalo ada Reagan disekitarnya. Jadi satu-satunya cara ... kita harus jauhin dulu Anya dari Reagan."

Mona terdiam memikirkan perkataan Sera. Benar, cara itu sepertinya sangat tepat. Mona menjentikan jarinya dengan tersenyum licik.

"Kalo gitu, gue punya rencana bagus."

****

Tbc..

Haiii guys maaf banget aku ga up cukup lama
Ga nyangka pembacanya udah mulai berdatangan. Jangan lupa vote nya yaks.

Aku mau up secara berkala.

Bikin aku semangat gampang kok, cuma tinggal klik vote aja.

Thank you for reading 😇

Salam Dingin 💙

Continue Reading

You'll Also Like

2M 90.6K 45
[SELESAI] ▪︎Segera direvisi▪︎ Bagi Dirga, Alana adalah miliknya, dan akan tetap menjadi miliknya apapun yang terjadi, sekalipun itu menyakiti Alana. ...
10.1K 719 6
langsung baca aja ya)
337K 22.5K 32
~TAHAP REVISI~ Seorang gadis dengan paras cantik yang masih menduduki bangku SMA di salah satu Sekolah Menengah Atas luar negeri harus berhadapan den...
100K 3.5K 33
Cahaya Bintang Erlangga Gadis mungil 18 tahun, biasa di panggil Bintang Gadis yang ceria, tetapi semejak bertemu dengan pria yang bernama Agra yang...