Vampayeer || Xodiac βœ…

By SumilLiMiloni

7.4K 1K 358

"100 tahun yang kau lalui dengan banyak penderitaan yang kau alami, ternyata tidak seberat diriku." - Singhan... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan

Enam Belas

190 26 0
By SumilLiMiloni

Follow! Komen! Vote! Share!

***🍍 ***

🍦 Rabu, 1 November 2023 🍦

***

[Masa Kini, 2023]

Malam itu Leo memilih untuk mengajak Ningsih pergi ke rumah Davin.

Perempuan itu cukup terkejut dengan isi di dalam rumah bergaya kuno itu. Perempuan itu melirik setiap bagian yang bisa di lihat oleh matanya. Sedangkan itu, ada Sing dan Leo yang duduk tepat di sofa di hadapannya.

Bagaimana tidak lama Davin datang membawa beberapa kaleng soda.

"Maaf, ya. Nggak ada teh atau kopi." ucap Davin. Laki-laki itu meletakkan kaleng soda itu di meja.

Ningsih mengangguk.

"Lo bisa pake bahasa gaul dan mudah aja, lagian kita seumuran semuanya, kan?" ucap Davin. Laki-laki itu memilih untuk duduk di samping Leo.

Leo hanya bisa diam. Karena laki-laki itu merasa cukup gugup. Sedangkan Sing terus melihat Ningsih dengan begitu lekat.

"Bisakah aku bertanya? Apa kau dan Leo adalah sepasang kekasih?" Kalimat yang Sing ucapkan tanpa rasa gugup dan bersalah itu membuat Ningsih dan Leo terkejut.

Davin tidak habis pikir dengan Sing yang langsung menanyakan pertanyaan yang sebenarnya dirinya juga sangat penasaran.

"Lo apa-apaan, si!" Leo menyenggol siku Sing yang duduk di sampingnya itu.

"Apa yang membuat Leo seperti ini? Apa terjadi hal buruk sebelumnya? Kau juga nampak begitu khawatir kepadanya." Lagi tanya Sing.

Leo menunduk. Laki-laki itu hanya bisa menghela napas panjang.

Ningsih melihat sebentar Leo yang nampak sudah pasrah jika semua rahasianya terungkap kepada Sing dan juga Davin.

"A....a...k..." Ningsih sedikit bingung.

"Bahasa non formal aja." tutur Davin.

"Gini, gue dan Leo itu temen deket, kita tinggal satu kampung. Bisa di bilang kita tumbuh dewasa bareng-bareng." ucap Ningsih.

"Cuma temenan doang?" tanya Davin.

Ningsih gugup, biasanya perempuan itu yang membuat orang lain gugup. Namun sekarang, dirinyalah yang di buat gugup.

"Kita udah putus." ucap Leo.

"Gue yang mutusin gitu aja, kita udah putus 1 tahun lalu." Tambah laki-laki itu.

"Kenapa putus, woi? Lo selingkuh?!" ujar Davin.

Leo menoleh menunjukkan ekspresi kesalnya dan ingin meraup wajah Davin.

"Apa tampang gue kayak gue ini penggila cewek gitu?"

"Bisa aja lo selingkuhnya sama cowok, nyatanya lo sama Sing...."

Dugh...

Kaki Davin di injak oleh Leo.

"Au!! Sakit!"

Sing tersenyum kecil ke Ningsih. "Biarkan mereka berdua, kau tidak perlu mempedulikan mereka berdua. Mereka sangat suka bertengkar dan membuat suara berisik." ujar Sing.

"Leo, apa kabar lo baik? Gue seneng lo bisa banyak omong lagi, dan punya temen yang ada buat lo." ucap Ningsih.

Kalimat itu membuat Leo tersentuh dan bagaimana Sing, Davin juga terlihat tersentuh.

"Mereka bukan temen-temen gue! Nggak! Gue nggak mau punya temen nggak normal kayak Sing dan Davin. Lo salah paham."

"Anjing lo!" Davin menampar keras paha Leo.

"Sakit! Gila lo, ya!"

Ningsih terkekeh. Perempuan itu melihat jelas bahwa Sing dan Davin tengah mengusili Leo.

Bagaimana senyuman dan tawa Leo terlihat jelas di matanya.

"Geli! Sakit tau! Sing! Davin!" Leo berhasil lolos. Laki-laki itu segera mendekati Ningsih dan duduk di sampingnya.

"Gue bisa laporin kasus ini, nggak? Kasus penganiayaan." ucap Leo ke Ningsih.

"Penganiayaan nggak banget! Catet aja sebagai kasus pembunuhan!" ujar Davin.

Laki-laki itu menyiapkan bantal dan mencoba untuk mendekati Leo.

"Kabur!!" Leo berlari naik ke atas dengan kekuatan penuh, sebelum laki-laki itu habis oleh Davin.

Ningsih yang melihat itu benar-benar tidak bisa berkata-kata.

"Ningsih?"

"Ya?"

"Bisakah kau menceritakan apa yang terjadi dengan Leo?" tanya Sing. Laki-laki itu masih duduk di tempatnya.

"Itu... Itu..." Ningsih bimbang.

"Tidak apa-apa, kau bisa menceritakannya. Bisa saja kami membantunya untuk bisa pulih dengan rasa sakitnya. Leo terlihat begitu kesakitan dengan hidupnya."

"Bagaimana kamu bisa tau?" tanya Ningsih. Perempuan itu itu mencoba untuk mengunakan bahasa yang sopan ke Sing yang berbicara dengannya dengan begitu sopannya.

"Aku bertemu dengannya saat dia hendak mengakhiri hidupnya." Kalimat itu membuat Ningsih terkejut. Perempuan itu sampai menutup mulutnya karena tidak percaya dengan apa yang Sing katakan.

"Apa itu benar? Leo bukan orang yang akan melakukan hal seperti itu."

Sing mengangguk. "Jika Leo melakukan hal itu, berarti hidupnya benar-benar berat."

"Sebenarnya.... Leo kehilangan semua anggota keluarganya dalam bunuh diri massal yang kedua orangtuanya lakukan." ujar Ningsih.

"Apa? Bagaimana bisa?"

"Sepertinya masalah ekonomi dan hutang yang terlalu banyak membuat kedua orang tua Leo merasa stress, di tambah mereka memiliki banyak anak. Mungkin itu mempengaruhi kehidupan Leo,"

"Bahkan Leo sempat nggak sadarkan diri selama sepekan karena sempat memakan racun yang berbahaya itu. Itulah sebabnya dia pergi tiba-tiba dan berakhir seperti ini."

"Seharusnya aku selalu ada untuknya, bukan? Namun, aku tidak ada untuknya, bahkan di saat-saat terburuk dalam hidupnya."

"Jika aku menjadi Leo aku pasti akan menggila, karena kehilangan semua anggota keluarga dan di tinggal dengan banyak hutang."

Sing benar-benar tidak tau, bahwa begitu sakitnya hari yang telah di lalui oleh laki-laki berusia 23 tahun itu.

"Terima kasih. Terima kasih kau sudah menjelaskannya padaku, dan terima kasih kau sudah begitu perduli ke Leo." ucap Sing.

Ningsih tersenyum manis, "Itu adalah keharusan, kami tumbuh dewasa bersama dan hanya Leo yang mengerti aku." ucap perempuan itu.

"Hei! Bantu gue!! Davin mau bunuh gue ini!!" Teriak Leo.

"Nggak usah dengerin, pura-pura budeg aja!" Sahut Davin.

Sing mampu melihat kegusaran yang dialami Ningsih. Bagaimana perempuan itu terus melihat jam ditangannya itu.

"Apa kau harus pulang? Ini sudah cukup malam, bukan?"

Ningsih mengangguk.

"Jika begitu, biarkan Leo mengantarkan mu."

"Tidak perlu."

"Diluar berbahaya, kita tidak bisa memprediksi bahaya apa yang terjadi." ujarnya.

"Leo! Davin! Hentikan!"

"Leo, turunlah dan antarkan Ningsih untuk pulang! Leo!"


"Dia bisa pulang sendiri!" Jawab Leo yang berada di kamarnya.

"Kau harus menjaganya, diluar berbahaya!"

"Nanti yang jagain bukan gue malah dia yang jagain! Ningsih itu polisi!" Leo tetap enggan.

"Leo!!"

***

Malam yang semakin larut itu, menemani langkah Leo dan Ningsih.
Keduanya benar-benar berjalan perlahan-lahan dengan suasana yang canggung.

"Leo, tangan lo kenapa?" Tanya Ningsih. Perempuan itu baru menyadari bahwa Leo terluka ketika laki-laki baru saja menggulung lengan jaketnya.

"Ah, ini. Nggak apa-apa,"

"Apa... Apa mereka berdua..."

Leo segera menjawab untuk menghindari kesalahpahaman. "Nggak! Mereka itu baik banget! Pokoknya manusia paling baik diantara banyaknya manusia baik yang gue temui."

"Terus kenapa tangan lo jadi ungu begitu?" Ningsih sedikit khawatir.

"Ada nenek tua tadi, dia lempar sepatu sama sandal ke gue."

"Nenek yang depan rumahnya ada tanaman itu?" Ningsih menunjukkan sebuah tanaman yang masih jauh dari pandangan keduanya.

Leo mengangguk.

"Astaga." Ningsih tersenyum kecil.

"Masa gue di kira maling? Menurut lo, muka gue ini kelihatan muka maling, ya?" ujar Leo.

Ningsih mengeleng. "Nggak. Nenek itu emang punya penyakit demensia dan rada sedikit sakit jiwa. Jadi, harus hati-hati pokoknya, kalo ketemu nenek itu, buru-buru lari. Sebelum sendal dan sepatu melayang." jelas perempuan itu.

Leo mengangguk.

Keduanya benar-benar mulai larut kedalam pembicaraan yang membuat ketegangan mereka sirna begitu saja.

"Leo,"

"Hm?"

"Terima kasih, karena lo mau nemuin gue lagi, gue seneng." ucap Ningsih.

"Sebenarnya gue nggak mau, tapi si Sing marah dan kesel, gue nggak mau dia marah sama gue. Sumpah serem banget!" tuturnya.

Ningsih mengangguk paham. Perempuan itu tidak merasa sedih atau sakit hati, karena menurutnya jalan ini adalah yang terbaik.

"Oh, iya. Temen lo yang namanya Sing itu ngomongnya baku banget, bukan 'Kamu' tapi malah 'Kau' itu bahasa lama, nggak, si?" Pertanyaan dari Ningsih membuat Leo terkejut, laki-laki itu harus bisa menjawab pertanyaan itu.

"Dia emang gitu kalo ngomong. Untungnya dia paham yang kita bicarain."

"Emangnya dia dari mana?"

"Hem..."

"Belanda?" Negara itu yang ada di pikiran laki-laki itu.

"Belanda? Dia dari Belanda?"

"Hem... Mungkin. Lagian lo lihat wajahnya yang tampan dan bule itu,"

"Jadi, mungkin yang dia pelajari itu bahasa baku kali, ya? Tapi kok berasa lancar banget." ujar Ningsih.

"E...Hem... Ningsih, kita udah sampai, rumah lo yang ini, kan?" ucap Leo. Laki-laki itu mengarang, dia sama sekali tidak tau rumah Ningsih yang mana, hanya saja Leo tidak ingin membuat Ningsih bertanya soal Sing yang akan membahayakan Sing nantinya.

Ningsih terkekeh. "Bukan." Katanya.

"Terus yang mana?"

"Itu yang ada mobilnya. Kayaknya ibu gue dateng, deh." Ningsih menunjukkan sebuah mobil yang terparkir di depan sebuah rumah.

"Oh, yang itu?"

"Leo, lo bisa pulang sekarang, gue nggak apa-apa, kok." ucapnya.

"Lo yakin, gue bisa anter lo sampai depan gerbang."

"Lo mau nemuin ibu gue sekalian?"

"Kalo itu... Nggak dulu..."

"Kalo gitu, lo bisa pulang sekarang, diluar dingin juga."

Leo mengangguk.  Laki-laki itu berpamitan dengan Ningsih dan pergi meninggalkan Ningsih yang juga mulai berjalan pergi.

Namun tiba-tiba Leo kembali menoleh ke belakang.

"Ningsih!"

Ningsih yang mendengar itu menoleh.

"Lo bisa dateng kapanpun yang lo mau, gue yakin Sing dan Davin bakal suka!"

Ningsih mengangguk dengan senyuman itu.

****

Continue Reading

You'll Also Like

21.6K 3.1K 30
"Aku mencintai mu, Chika!" CERITA FIKSI!! WARNING : GXG SCENE ⚠️ ADEGAN KEKERASAN⚠️ ⚠️ SEBELUM MEMBACA. DISARANKAN UNTUK MEMBACA...
19.5K 2.6K 30
"Bang, kalau harus di suruh milih buat pulang abang mau pulang kemana ?" "Kemanapun asal abang bisa ngeliat kamu." _________________________ Kata Eva...
432 71 4
"Gue selamat, karena dengerin bacotan emak gue! ternyata emak selalu bener!"
36.1K 3.3K 25
γ€Ž A Hansoo story 』 μ‹œ λ£¨ν•œ + 도 경수 β˜†οΎ Ketika seorang pengidap Kepribadian Ganda menghadapi titik teratas dari masalahnya. Ketika para Alter berusaha me...