Crush, Cresh, Cursed!

By Jstminegrint

1.6K 357 124

"Kayanya bener deh, suka sama Agam itu adalah sebuah kutukan!" [ #crushseriesbookoffice ] *** Sudah tiga tahu... More

#Key : Nepenthes Mirabilis
#Agam : Keyra Itu...
-alternative universe
#Agam : 17 Agustus
#Key : Masih 17 Agustus
#Agam : Bingung
#Key : Baby Doll, Utopia
#Agam : Cerita di Senja
#Key : Bohong
#Agam : 3 Tahun yang Sama
#Key : Seorang Pengecut
#Agam : Confess
#Key : Vira
#Agam, Keyra : Movie Date
#Key : Rumor
#Agam : Sidang
#Key : Kecewa
#Agam : Jarak
#Key : Dan, Sheila On 7
#Agam, Keyra : Bukan Akhir (Tamat)
- alternative universe + info

#Key : Quality Time

99 29 19
By Jstminegrint

"Taruna!"

"Jaya, jaya, jaya!" semua orang menaruh tangan mereka menjadi satu lalu berteriak bersama.

Usai rapat OSIS dan MPK, semua orang bubar dengan kegembiraan. Mereka melepas penat soal debat acara 17 agustus lusa nanti dengan teriakan yel-yel bersama. Kulihat dari seberang depan wajah semua orang berseri setelah lama muram. Tak terkecuali Agam, kulihat dia yang paling semangat dari yang lain.

"Siap lomba, Key?" tanya Gilbran yang entah sejak kapan sudah berada di sebelahku.

"Siap, dong!" kataku bersemangat 45.

Gilbran menarik senyum melihat seruanku. Kami berdua bercanda gurau di sana.

Aku lihat Agam ; aku mencoba membuka suara soal keinginan acara lomba lusa nanti. Namun ternyata dia malah sibuk dengan yang lain.

Sebenarnya, tak masalah juga dia mau berteman dengan yang lain. Maksudnya dalam konteks ; bercanda gurau, dan dekat. Apalagi OSIS dan MPK itu memiliki kesetiakawanan yang erat. Tapi, apakah kedekatan Naya dan Agam akhir-akhir ini bisa dibilang hanya sebagai ikatan pertemanan dalam organisasi saja? Atau yang lain?

Tanpa sadar aku mendiami gurauan Gilbran setelah melihat kedekatan Naya dan Agam di seberang sana. Agam dengan bangga merangkul Naya kedekapannya dengan sebuah senyuman yang bahkan belum pernah aku lihat sebelumnya.

***

Lelah. Sangat.

Rapat barusan adalah rapat terakhir sebelum kami menaiki tanah pertempuran sebenarnya. Sudah dua hari atau tiga hari aku tidak tidur nyenyak, harap-harap hari ini bisa terlelap. Meski bayang-bayang Agam dan Naya tepat berada dalam ingatanku, tak mau pergi begitu saja.

"Key, belum balik?" Agam tanpa ragu duduk di sampingku yang sedang menikmati es teh cekek yang aku beli di kantin tadi.

"Masih mau diem dulu," ujarku sambil minum. "Lo sendiri kok belum balik?"

"Agak males juga."

Hening seketika.

Kulihat lorong-lorong sekolah terlihat sepi, anggota OSIS dan MPK lainnya mungkin sudah pergi duluan. Lagi pula saat ini sudah sangat larut. Aneh juga kalau terus berdiam diri di bangku bata depan kelas seperti yang aku lakukan dengan Agam seperti ini. Kami hanya duduk terdiam membisu dan menikmati pemandangan lapangan basket yang sepi dengan langit sore menjadi latarnya.

Kulihat garis-garis jingga membentang luas di atas lautan kuning cerah itu. Burung-burung bernyanyi sebagai pertanda warna gelap akan segera menyapa. Di mana malam adalah cipta ; ribuan bintang akan menyerang, bulan akan menjadi tokoh utama sang malam, dan kepergian senja untuk tertidur sementara.

"Deket banget sama Naya ya," sindirku melihat wajah Agam lalu menarik pandangan pada lapangan basket lagi.

"Mana ada," kata Agam jutek.

"Kak Agam!" tiba-tiba adik kelas menyapa di lantai atas. Mereka melambai pada kami yang terperangah menatapnya dari bawah tanah.

"Oh, hai..." suara Agam melembut ketika menyapa mereka.

Aku hanya berdecih ; tak percaya dengan omongannya sekaligus cemburu dengan nada lembut itu. "Tapi emang sih, Naya cantik..." aku membuang wajah sambil menyedot minumanku yang tersisa sedikit.

"Ogah sih, sebenernya punya pacar kaya Naya," kata Agam ceplas-ceplos tak seperti biasanya. "Lagian gue udah punya Vira ngapain suka sama yang lain."

"Vira?" aku justru lebih terkejut dengan nama perempuan lain yang justru belum pernah Agam sebut dibanding nama 'Naya' atau puluhan nama adik kelas di sekolah ini lewat bibirnya langsung.

Vira? Siapa?

Nama Ibu Kantin? Oh jelas namanya tak akan secantik itu.

Nama guru? Sepertinya aku sudah bolak-balik membaca daftar nama guru di sekolah ini dan belum menemukan nama itu.

Kalau adik kelas? Memang belum kuperiksa sih, tapi aku tidak yakin

Masalahnya Agam selalu menyebut wanita yang memang benar-benar dia tahu atau mau dia kenal seperti Naya, aku, ibunya, ibuku dan anak-anak anggota OSIS dan MPK lainnya.

Kalau Vira? Ah rasanya jarang sekali di sekolah ini ada yang namanya seperti itu.

Kecuali teman luar? Atau teman tongkrongannya mungkin? Setelah melihat situasi ini aku jadi makin kecewa pada diriku sendiri, ternyata aku belum sedekat itu dengan Agam. Bahkan nama Vira pun baru aku dengar dari pria itu hari ini.

"Gue belum cerita, ya?" kata Agam menatapku yang masih bergelut dengan isi pikiranku ; mencari pemilik nama Vira yang aku kenal.

"Siapa emang?" aku berusaha tidak gugup. "Waduh, cieee..." aku menyikut tangannya mengoda. "Cantik, ya? Siapa tuh? Kenalin dong."

"Kepo amat," kata Agam.

"Dih-dih..." kataku bersikap sewajarnya. Walau sebenarnya dalam hati rasanya hatiku panas dingin melihat reaksi Agam yang nampaknya ragu-ragu.

"Belum jadian sih," kata Agam. "Masih proses pdkt."

"Ketemunya di mana?"

"Komplek, tempat gue jogging."

Aku ber-oh ria.

Pasti mulus, pasti cantik, pasti seksi.

Agam kini menatapku, "Kemarin lo sama Gilbran ngapain, sih?"

"Tumben kepo amat," kataku.

"Nanya aja sih."

"Ya udah sih."

"Ngapain?" Agam mengulang pertanyaannya. Seolah pria ini curiga dengan apa yang aku kerjakan dengan Gilbran akhir-akhir ini.

"Kalau gue kasih tahu, lo juga harus kasih tahu soal Vira. Gimana?" menurutku ini kesepakatan yang adil.

"Gak jadi deh," kata Agam.

Aku merengut kesal. Baiklah! Kalau memang itu maunya!

Agam akhirnya diam melihatku yang mendengus jengkel.

"Pulang bareng sama gue mau?" tawar Agam spontan.

"Mau."

"Jajanin dimsum."

"Oke, deal."

Kami bersalaman.

"Sekarang?" tanya Agam lagi.

"Lima menit."

"Oke."

Kami terdiam sejenak.

"Udah lima menit belum?" tanya Agam.

"BARU JUGA LIMA DETIK!"

Agam tertawa melihat reaksi hebohku. Baiklah, tak ada salahnya ikut tertawa juga.

"Lucu."

"Apanya?"

"Lo, Key..." perkataan Agam membuat jantungku merosot ke 7 langit, 7 lautan, 7 tanah.

"Apa sih? Dangdut amat..."

Agam malah tertawa.

"Tapi serius deh," ucap Agam pelan setelah beberapa menit kami terdiam. "Gue agak sedikit kesel aja, Key."

"Kesel kenapa?"

"Gak tahu, rasanya aneh aja kalau lo deket sama Gilbran," matanya tertuju padaku dengan serius.

Aku menatap matanya tak berkedip. Senyumku pudar seolah mengartikan perkataan itu secara dalam.

"A-aneh gimana?" tak berbohong, jantungku berdebar. Aku berdeham gugup.

"Entahlah, kayanya merasa tersaingi aja."

ASTAGA! AGAM CEMBURU?!

LUCUNYA!

Aku membuang wajah, menahan senyum. "Oh..."

"Kira-kira kenapa, ya?"

"Gak tahu juga. Kenapa, ya?" aku berusaha sok polos.

"Apa gara-gara gue gak ada temen yang deket kaya lo? Makanya agak kesel dikit?" jawaban Agam membuat aku yang melayang langsung terhempas ke atas tanah. "Habisnya lo deket banget sama Gilbran. Gue ditinggal mulu..."

Oke, aku kecewa. Kecewa besar!

AH, KESAL!

"Mungkin," kataku dengan wajah datar.

Dia hanya menggaruk tengkuk dengan polosnya. "Gitu, ya? Eh, mau kemana!"

"Balik!" kataku kesal sambil meleos begitu saja.

"Katanya mau pulang bareng?" teriak Agam mengejarku dengan helm di tangannya.

"Gak jadi!" kataku. "GUE PULANG SENDIRI!"

Aneh. Hari ini kenapa aku sensitif sekali, ya?

To be continue.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 200K 36
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.2M 32.7K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.3M 188K 67
Cerita ini adalah penggalan kehidupan dari tiga belas jiwa yang bekerja di rumah sakit jiwa. Kalian akan menemukan eratnya persahabatan, pengabdian t...
229K 35.3K 43
Tentang gadis yang terobsesi dengan cinta. Karena obsesi, gadis itu ingin mendapatkan cintanya dengan cara apapun, bahkan dengan cara membunuh siapap...