My Heart Calls Out For You

By fairytalice

40.6K 4.9K 261

Pram langsung jatuh cinta saat pertama kenal dengan Ayu. Ia sampai memberanikan dirinya untuk mengutarakan pe... More

You Were More Than Beautiful
If big baby are tired
Pram being Pram
Vespa for two
Families day out
Families day out pt.2
Saturday Night
Hazel Amoura Wiryadamara
Staycation
Hazel getting sick
Bapak turning into Ibu (Housewife) for a day
Ditinggal Ibu
Bapak, Ibu jangan marah - marah
Baby grow up so fast
short getaway
Obstacles
hazel the clingy princess
Anak perempuan pertama
Hazel's little brother

Reunited

1.4K 209 7
By fairytalice

Sudah masuk satu bulan setelah akhirnya Ayu percaya jika dirinya tengah mengandung adik Hazel. Perutnya belum menunjukan jika dirinya tengah mengandung bayi. Tapi Pram dan Hazel sudah asyik mengajak perutnya berbincang, tiap malam sebelum tidur pasti Pram elus. Di kehamilannya yang kedua ini tidak banyak drama selain nafsu makan Ayu bertambah empat kali lipat. Tiap menit mulutnya harus mengunyah, sampai Hazel menyebut ibu seperti vaccum cleaner (ibu tersinggung sedikit).

Hari-hari Ayu juga semakin sibuk setelah menyatakan akan mengembangkan bisnis mami atas nama dirinya. Hazel sudah tidak bisa diantar-jemput lagi oleh ibu. Sesekali masih bisa, biasanya di hari-hari mendekati weekend, seperti Kamis dan Jumat.

"Sabtu ini gak usah ke mami dulu deh mas."

Pram mengalihkan fokusnya dari tv. "Loh kenapa? Udah bilang mami?"

Ayu mengangguk. "Udah, aku udah bilang kok. Aku bilang kalau sabtu ini aku mau ngobrol sama Ruby, Theo tentang mereka jadi model koleksi baru aku."

"Uncle Iyo mau kesini ibu?" Hazel yang sejak tadi duduk disamping bapak, antusias mendengar salah satu nama teman ibunya. Ayu mengangguk tersenyum kepada Hazel. "Kenapa? Udah lama ya gak ketemu uncle Iyo?"

"Yeayy," Hazel bersorak tepat didepan muka bapak, kedua tangannya ia lingkarkan di leher bapak. Berpelukan menyalurkan rasa senang Hazel kepada bapak.

"Se-happy itu sayang?" Ayu terheran dengan tingkah Hazel yang sangat bahagia mengetahui kabar jika teman-teman ibunya akan berkunjung ke rumah di hari sabtu. "Ibu, tolong bilang ke aunty By ajak Jupi juga ya."

...

Akhirnya hari sabtu tiba. Hazel bangun dengan rasa bahagia. Biasanya di hari libur ia tidak mau bergegas mandi setelah bangun tidur, ia pasti ingin ikut malas-malasan dengan bapak di ruang tv. Tapi kini ia meminta kepada ibu untuk mandi detik itu juga.

"Hazel udah mandi?" Pram baru saja kembali ke rumah sehabis jogging keliling perumahan, terheran melihat Hazel yang sudah terlihat segar dan sedang di tata rambut oleh ibu, "mau kemana, cantik banget?"

"Mau ketemu uncle Iyo, aunty By, sama Jupi. Jadi Hazel harus udah cantik waktu mereka dateng," jelas Ayu.

Waktu baru menunjukkan pukul 9 pagi, tapi Hazel sudah sangat siap. Ayu saja belum mandi karena sibuk mendandani princess satu ini. Lagian juga belum tentu para tamu datang sebelum jam makan siang, pikir Ayu. Apalagi Theo, mungkin ia akan datang di jam makan malam.

"Ibu...," Hazel berjalan lemas menghampiri Ayu dan Pram yang sedang menonton tv.

"Kenapa cantik?" bukan ibu, melainkan bapak yang menyahut.

"Kok belum datang?" benar saja, sekarang sudah pukul 1 siang, tapi belum ada seorang pun tamunya yang datang ke rumah. Rambut Hazel juga sudah tidak serapih sebelumnya. "Mau buka ini ibu," kepalanya sudah tidak nyaman berlama-lama dengan pita besar yang menghiasi kepalanya. Ia meminta ibu untuk membukakannya saja.

"Sabar ya..., mungkin sebentar lagi," Ayu menenangkan Hazel sambil membuka pitanya dan menggerai rambut lebat milik Hazel.

Merasa kecewa dan suntuk menunggu tamunya datang. Hazel mendekati bapak, menggantikan ibu yang sejak tadi bersandar padanya. Pram merasa kasihan melihat Hazel yang sudah antusias sejak pagi, namun kini terlihat sangat sedih. Rambut Hazel dielus Pram dengan lembut, membuat sang empu mengantuk.

Saat kantuknya mulai berdatangan. Saat itu juga tamu yang ia tunggu-tunggu tiba. Theo, Ruby, dan Jupi datang dalam waktu bersamaan. Bel bunyi terdengar dari dalam. "Tuh siapa?" ucap Pram. Hazel bergegas menuju ke arah pintu di ikuti oleh Pram di belakangnya.

"Jupi!" ucap Hazel histeris. "Hai."

"Hai," sapa Jupi kembali, sama antusiasnya melihat sahabatnya sejak bayi. Walaupun mereka bertemu setiap sekolah, tapi tetap saja jika bertemu kembali rasa senangnya muncul lagi.

Tangan Jupi langsung ditarik oleh Hazel, dituntun masuk ke dalam rumah. Hazel langsung mengajaknya ke ruang tv. Masuk ke dalam tenda kecil milik Hazel yang disimpan oleh bapak disana.

"Mana Ayu?" tanya Ruby.

"Ada di dalem, masuk aja."

Ruby masuk ke dalam rumah seperti perintah Pram. Lalu disusul oleh Theo yang baru saja keluar dari mobilnya.

"Sengaja bareng apa kebetulan?"

"Sengaja, tuh mobil si Ruby bannya bocor anjir. Jadi lama, gue benerin dulu di jalan tadi," oceh Theo.

Ruby sudah bertemu dengan Ayu di dalam. Ayu ternyata sedang menyiapkan hidangan untuk tamunya hari ini. Ayu juga mengajak mereka untuk berkumpul di ruang tv saja, supaya lebih enak mengobrolnya.

"Aku tadi pakai pita ini tau, tapi kamu lama jadi aku buka deh," cerita Hazel kepada Jupi.

"Emang kamu gak pusing pake pita ini terus. Gede banget pitanya," Jupi selalu heran kenapa Hazel bisa betah menggunakan aksesoris seperti itu, "gak pake pita juga kamu cantik kok."

"Cielah bisa aja bocil," goda Theo. Obrolan kedua bocah itu ternyata terdengar jelas diantara para orang dewasa. "Kamu diajarin papa Jo ya Pi?" tanya Theo. Sedangkan Jupi tidak menjawab, karena merasa malu.

"Uncle Iyooo!" Di sisi lain Hazel malah antusias melihat Theo, ia menghampiri Theo berusaha memeluknya.

"Haiiii, kangen aku gak?" tentu saja pertanyaan itu disetujui oleh Hazel. "Katanya kamu mau jadi kakak ya? Mana adeknya, uncle mau liat dong."

"Belum ada lah, masih di perut ibu."

Perbincangan Theo dengan para bocil itu terlihat sangat akrab. Bahkan tutur kata Theo juga tidak seperti layaknya orang dewasa dengan anak kecil, malah seperti berbincang dengan sahabat.

Tujuan utama Ayu mengundang Ruby dan Theo di hari libur ini adalah untuk membahas rencana kerja sama mereka. Namun bukan dalam pertemuan yang formal. Hanya bincang-bincang saja sebagai gambaran Ayu kepada calon modelnya. Sekalian juga mereka bertemu setelah sekian lama tidak pernah bertemu.

"Mama aku mau ini," ucap Jupi di sela-sela pembicaraan para orang dewasa. Jupi memperlihatkan snack yang dibawa Theo, sebagai oleh-oleh dirinya dari luar negeri minggu lalu.

"Boleh sayang."

"Papa, bilang dulu."

"Gak usah, makan aja. Papa gak ada disini."

Seperti merasa berdosa, Jupi terus meminta Ruby untuk memberitahu Jo, jika ia ingin memakan snack tersebut.

"Gak papa Jupi makan aja, kalau papa marah biar bapak yang kasih tahu," bela Pram.

"Makan aja sayang, gak usah takut berdosa gitulah. Papa kamu juga pasti bolehin," ucap Ruby lagi, meyakinkan jika tidak apa-apa ia memakan snack tersebut tanpa sepengetahuan papanya.

Dengan dukungan dari para orang dewasa akhirnya ia memakannya, dan tidak lupa ia juga berbagi bersama sahabatnya. "Hazel," Jupi memberikan satu untuk dimakan Hazel.

"Kentel banget ya persahabatan mereka. Bakal berlangsung sampe mana nih?" Theo sejak tadi memperhatikan gerak-gerik kedua sahabat tersebut. Hazel tidak pernah berhenti bercerita kepada Jupi, dan Jupi juga tidak pernah bosan mendengarnya. Keduanya tidak pernah meninggalkan satu sama lain, kecuali saat harus ke kamar mandi.

"Lu siap balik ke dunia permodelan lagi kan By?" Ayu mencoba meyakinkan sahabatnya, "kalau gak bisa ya gak papa."

Padahal semenjak Jupi lahir, Ruby sudah kembali mengambil beberapa pekerjaannya lagi. Walaupun tidak sebanyak sebelumnya, tapi jika tidak seperti itu rasanya bukan Ruby namanya. Jadi sekarang pekerjaannya ia lakukan sebatas mengisi waktu luang saja. "Gak papa anjir, emang kenapa deh."

"Ya kali aja lu masih gak nyaman sama, sorry, kejadian sebelumnya."

"Eh hati-hati lu kalau ngomong. Nggak anjir, gue mau kok makanya gue dateng kesini juga. Lagian masalah itu mah udah ketutup sama kekayaan Jo," Ruby tertawa puas.

"Bangsat lu," ucap Theo.

"Bercanda anjing," timpal Ruby.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu tolong ya bahasanya dijaga dengan baik. Ini ada dua bocil di sekitaran kita. Masa mau jadi bad influence sih," protes Ayu terhadap tingkah dan ucapan Ruby dan Theo yang sangat tidak dewasa.

Obrolan mereka terus berlanjut sampai tidak terasa hari berganti malam. Setelah makan malam, para tamu berniat untuk pamit pulang. Ruby dan Jupi harus pulang karena Julio menanyakan keberadaan mereka yang belum sampai di rumah. Sedangkan Theo ia sudah ditanyakan teman-teman tongkrongannya untuk cepat menghampiri mereka.

"Uncle kenapa pulang?" Hazel sedih dipangkuan Pram. Ia tidak suka perpisahan, apalagi harus berpisah dengan orang yang ia sukai namun jarang bertemu.

"Udah malem aku harus pulang. Nanti kita main lagi ya, jangan sedih dong nanti aku beliin mainan ya," Theo berusaha menghibur Hazel yang semakin bersembunyi di leher Pram, menutupi kesedihannya.

Para tamu akhirnya benar-benar pergi. Hazel pun menangis. Tangisannya cukup keras dan terdengar sangat sedih. Hazel benar-benar benci kata perpisahan.

"Kok nangis? Kan masih ada ibu sama bapak disini. Main sama bapak aja ya?" Pram menyeka air mata Hazel yang terus mengalir. "Waduh banjir banget ini, ibu tolong ambilin ember."

"Hiks, hihihi," loh kenapa Hazel jadi tertawa. Membuat Pram kaget, "ember hiks, hihi."

Hazel tidak kesurupan. Dia ingin tertawa dengan ucapan bapaknya tapi dalam satu waktu juga ia masih ingin menangis.

"Heh! kok nangisnya gitu sih, ini nangis apa ketawa?" Ayu malah dibuat merinding dengan tangisan dan tawa Hazel. Ia takut jika terjadi apa-apa pada anaknya.

"Ibu...," Hazel merentangkan tangannya berpindah kepangkuan Ayu.

"Tidur yuk, capek ya abis main sama Jupi."

Hazel mengangguk ajakan Ayu untuk segera tidur. Hari ini cukup melelahkan memang. Tidak seperti biasanya ia se-energetik ini. Biasanya ia bermain dengan Jupi hanya pagi sampai siang di sekolah, tapi kini durasinya lebih lama. Ditambah ada teman lain yang bisa ia ajak main, uncle Iyo. Sampai benar-benar habis energinya malam ini. Selepas membersihkan dirinya yang dibantu oleh ibu, Hazel langsung terpejam dan tertidur pulas. Melanjutkan agenda bermainnya di alam mimpi.

Continue Reading

You'll Also Like

479 86 6
Winda tak menyangka bahwa memberikan bekal madeleine kepada orang asing saat menunggu temannya, Beni, di taman kampus akan mengubah takdirnya. Awalny...
13 Kali By dny

Fanfiction

15.9K 2.8K 18
Totalnya: 13 kali Chanyeol nembak Wendy. Berulang kali ditolak, tapi, selamanya: Chanyeol gak mau nyerah. // fanfiksi. | non-baku (lighthearted: vol...
6K 1.1K 14
Gara-gara weton, Brina diputusin pacarnya. Gara-gara diputusin pacarnya, Brina patah hati berat dan nyaris nggak mau percaya cinta lagi. Tapi ternyat...
21.5K 3.4K 8
Jodoh itu kayak pulpen, kalau nggak ilang ya diambil temen.