1000% GENGSI

By ceyberryaa

874K 54.7K 2.1K

[TAMAT] Bersama Adinata, Ayyara menyadari satu hal. Bahwasannya, menjalani hubungan tanpa cinta bukanlah sebu... More

sedikit cerita tentang pasutri
resepsionis baru
Adik
sentuh-sentuh
Hama
Bersama Rosa
Paket
Suami siaga
Kabar surat cerai
Welcome to Duda~
What's wrong with Nata?
a sweet night>>>
Dirumah juga bisa, katanya
Hadiah
Aneh
Aneh part2
Kekuatan Syndrome Couvade
MAS, DIA SIAPA?!
Giliran istrinya
Menghadapi Adinata
Singa Juna
Jazziel's cafe
Si gede gengsi
Spesial suami dan istri
Dua malaikat kecil Ayah
Keinginan Nata yang terpenuhi
Family time in Basel City
On the way
Finally
say goodbye
Extra chapter-- Teenager
Extra chapter-- what if sequel?
Extra chapter-- little story of them
visualisasi
CERITA BARU?!
BYE!
Instagram
INFO!!

sekarang giliran temen-temennya

19.7K 1.5K 42
By ceyberryaa

happy weekdays, maaf ga jadi apdet pas weekend

***

Dari awal mula segede zigot sampe akhirnya saling menyaksikan nikahan masing-masing, baru kali ini Jerry liat sifat Nata yang nyebelin nya minta di karungin.

Hari ini kediaman Nata terdengar riuh sebab para istri yang cekcok di dapur bersama para art. Mereka sedang memasak berjamaah dalam rangka mempersiapkan nyambut kedatangan Naufal. Iya, hari ini.

Dan hari ini pula Jerry juga Juna baru tau tentang kabar kehamilan Ayyara. Baru tau hari ini, tapi mereka berdua harus sudah terkena dampak virus menyebalkan bin merepotkan dari Nata.

Setelah kemarin sore rumah ini tiba-tiba menjadi tempat hiburan mendadak sebab Setya mendatangkan barongsai sesuai keinginan Nata— kemarin saat Juna dan Jerry ikut menonton dan bertanya alasannya apa, Setya malah menjawab gabut. Taunya demi memenuhi kegilaan anak sulungnya.

Dan tadi, setelah kabar itu sampai ke telinga Jerry, Rosa, Juna dan tentu Eliza yang ikut datang, Nata sekonyong-konyong malah langsung meminta dibuatkan sambal petai ala Korea oleh Juna.

Ngawur? Emang.

Kesel? Gak usah ditanya!

Juna sudah berkali-kali mencoba dan menghidangkan nya pada Nata, tapi si kakak sepupu malah menolak dengan nyinyirnya. Yang ujung-ujungnya, Juna cekoki petai mentah sekalian sama kulitnya. Biar tau rasa.

Dan sekarang, Nata sedang merajuk. Ayyara sendiri sampai bingung harus bagaimana lagi membujuknya dan lebih memilih ikut bergabung dengan para wanita. Meninggalkan Nata bersama para bapak-bapak lainnya. Sedangkan anak-anak sudah aman di lantai atas bermain bersama. Terkecuali Cessie yang berada di kamar tamu lantai bawah, jaga-jaga biar pas nanti nangis nyariin Ibunya, Rosa bisa langsung ngibrit tanpa repot-repot naik tangga.

"Udah kali, Nat. Muka lu makin gak enak aja diliat nya." sindir Jerry saat melihat raut wajah Nata tak ada berubahnya dari tadi. Tetap merengut kesal sebab dicekoki petai dan juga Juna yang menyerah dengan mentah-mentah.

"Bang, minta yang lain kek." sahut Juna. Dia sedikit merasa bersalah. Dia tau kemauan orang ngidam itu harus dituruti, karena kalau tidak katanya nanti anaknya bakal ileran. Bayangin, tampangnya ganteng tapi ileran. Kan gak lucu.

Bibir Nata nampak manyun dengan mata yang bergulir ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah. Hadeh, pokonya kayak lagi mikir! Bayangin aja, lucu kagak minta di tampol iya.

"Oke, gue mau mangga." putus Nata.

Setya yang ikut serta berkumpul menghela nafas lega, setidaknya keinginan anaknya kali ini tidak terlalu merepotkan. Begitu pula Juna dan Jerry yang langsung mengangguk mengiyakan.

"Oke, gue beli dulu." Juna beranjak dari duduknya, mengambil jaket yang tersampir di lengan sofa. Tapi sebelum itu, Nata malah kembali menahan nya.

"Jangan beli." katanya.

"Terus?" tanya Jerry tak mengerti. "Awas aja kalo lo minta si Juna nyolong mangga nya. Gak baik, Nat. Gak berkah buat anak lo nanti gara-gara mangga nya hasil nyolong."

"Gue maunya mangga muda." kata Nata lagi. Tak menghiraukan perkataan Jerry. "Tapi jangan beli."

"Ya terus gimana Maliiiiiih?!" jerit Juna hampir frustasi.

"Mangga mudanya harus yang dipetik langsung dari pohonnya." celetuk Naya dengan raut bahagia. Selalu seperti itu. Selalu terlihat bahagia disaat yang lainnya menderita.

"Kayak kenal." gumam Jerry. Laki-laki itu terus berpikir, mencoba mengingat-ingat kata-kata Nata yang terdengar familiar. Setelahnya laki-laki itu berdecak. "Anjirlah, lu nyolong slogan iklan teh yang ada uletnya, ya, nyet?!"

"Pokoknya gue mau mangga muda yang langsung dipetik dari pohonnya. Titik!" sembur Nata dengan raut garang. "Kalo belum nemu, jangan masuk rumah gue!"

"Dih?!" Juna mendelik tak terima. "Bodoamat! Gue masih bisa pulang kerumah gue sendiri."

Nata bersedekap dada sambil memalingkan muka. Sebal setengah hidup dengan respon Juna. Hei, harusnya yang sebel tuh Juna kayaknya.

"Cariin sana! Kapan lagi lo berbakti sama gue?!" semprot nya lagi membuat Juna mengelus dada dengan sabar meskipun dalam hati mengutuk dengan mampus.

"Nggih, Paduka."

***

"AYAAAAAAAAA!"

Ayyara yang tengah mengulek sambel terpaksa harus menghentikan kegiatannya kala mendengar suara nyaring milik suaminya. Bukan hanya Ayyara, orang-orang yang ada di dapur pun sama seperti Ayyara. Berhenti karena terlalu kaget.

"Suamimu kenapa lagi, Yar?" tanya Diana yang sedang sibuk mengocok adonan kue. Tanpa bantuan mixer, manual pake tangan. Katanya biar rasanya lebih nendang.

Ayyara menggeleng. "Gak tau, Ma."

"AYAAAAAAA"

"AYAAAAAAA"

Kali ini suara itu terdengar seperti rengekan anak kecil. Ayyara menghembuskan nafasnya. Dengan segera memindahkan sambel buatannya kedalam mangkuk, bergegas mencuci tangan dan berlalu meninggalkan dapur untuk menemui Nata.

Suaranya terdengar dari lantai atas, jadi Ayyara denga cepat menaiki tangga. Diana yang melihat itu gemas sendiri.

"Yara jangan lari! Kamu lagi hamil!" teriaknya mengingatkan.

Ayyara sontak memelankan tempo kakinya. Tidak berlari seperti tadi, tapi laju langkahnya terbilang masih cepat. Takut jika Nata sedang membutuhkan bantuan.

"Mas!"

Ayyara langsung saja membuka pintu kamarnya dan pemandangan yang pertama dia lihat adalah wajah cemberut Nata. Lengkap dengan kaki yang menendang-nendang udara, lengan bersedekap dan bibir mencebik.

"Lama!" ketusnya.

Ayyara meluruhkan pundaknya dan berjalan dengan gontai menuju ranjang, dimana Nata yang tengah berbaring. Dalam hatinya sibuk menerka-nerka, kiranya apalagi keinginan Nata.

"Butuh sesuatu, Mas?"

Bibirnya masih manyun, tapi tak ayal kepalanya mengangguk. "Sini."

"Kenapa?" Ayyara mendudukkan bokongnya di ranjang, mengelus surai suaminya yang sedikit lepek.

"Ayam saya udah dikasih makan?" tanyanya masih dengan wajah tak enak dipandang.

"Udah, kok." jawab Ayyara. "Tadi Eliza yang kasih."

Laki-laki itu mengangguk lalu merentangkan tangan yang membuat Ayyara tak mengerti. "Kenapa, Mas? Pengen dipijet?"

Nata menggeleng. "Sini."

Tanpa banyak tanya lagi, Ayyara mendekat. "Butuh sesuatu lagi, ya?"

Nata mengangguk dengan raut polos tapi bibirnya masih cemberut. "Mau cuddle."

"Hah?"

"Ayo sini." rengek Nata. Dia menarik-narik ujung kaos istrinya saat masih ada jarak dengan Ayyara. "Aya, ayo peluk sini. Peluuuuk ... "

Ayyara menelan ludah. Sepertinya, Nata yang menyebalkan dengan segala keinginan tidak wajarnya lebih baik dibandingkan dengan Nata yang seperti ini. Ayyara tidak akan kuat.

Anjir lucu! Suami siapa sih?! katanya dalam hati.

"Aaaa Ayaaa ... Ayo siniii." Nata masih merengek, matanya ikut berkaca-kaca. "Peluk ayoooo ... "

Melihat Nata yang berkaca-kaca, Ayyara jadi gelagapan sendiri. Takutnya Nata beneran menangis. "Eh, iya iya. Ayo sini peluk."

Dengan begitu, Nata masuk kedalam pelukan istrinya. Menduselkan hidung mancungnya mencari posisi nyaman. Belitan tangan dan kakinya mengerat seolah tak mau melepaskan pelukannya. "Kamu wangi. Saya suka."

Ayyara tertawa kecil. Tangannya kembali mengelusi punggung serta rambut suaminya. Matanya terpejam merasakan sensasi hangat yang menjalar dihati serta tubuhnya.

Pintu kamar terbuka, menampilkan raut kesal Rachel disana. "Mbak dicariin dimana-mana ternyata malah disini."

"Bantuin Rachel, yuk, Mbak. Pilih baju." ajaknya.

Ayyara menatap Rachel dengan raut bersalah. "Kalo sama Eliza atau Rosa dulu, gak papa kan Chel? Mas Nata lagi gak bisa ditinggal."

"Yaah ... " air muka Rachel semakin asem saja dilihatnya. Dia melirik kesal pada Nata yang bahkan sama sekali tidak menghiraukan kehadirannya. Rachel berdecak, "hish dasar manja!"

Pintu kamar tertutup kembali setelah kepergian Rachel. Ayyara meloloskan nafas lega nya. Lega karena Rachel dapat mengerti keadaan.

"Aya,"

"Iya?" jawab Ayyara saat Nata memanggil nya.

"Saya ngerepotin, ya?" tanya Nata dengan suaranya yang terdengar serak.

Sebenarnya, selain merasakan hembusan nafas hangat Nata, Ayyara juga merasakan sesuatu yang hangat lainnya. Ayyara kira itu hanya keringat, tapi saat mendengar suara Nata yang terdengar serak dan sedikit sengau, Ayyara yakin satu hal. Nata— menangis.

Hah, nangis?! serunya dalam hati setelah menyadari hal itu.

"Mas, kamu nangis?"

Bukannya menjawab, Nata malah semakin menduselkan kepalanya di dada Ayyara. "Maaf."

"Kok malah minta maaf, sih?!" bingung Ayyara. "Bangun dulu coba. Kamu beneran nangis?"

Nata menggeleng dan mengeratkan pelukannya. Suaranya yang terdengar serak dan sedikit sengau itu berbisik dengan pelan membuat Ayyara merinding sendiri.

"Sayang kamu."

***

cey, 4 September

-see u-

Continue Reading

You'll Also Like

2.3K 144 15
"Aku masih membutuhkanmu sebagai payungku agar aku tak kehujanan. Jika payung itu rusak, maka aku akan kembali basah" Finn tersenyum tipis lalu menga...
2.9K 133 9
Sudah tiga tahun sejak tunangannya, Arsion, pewaris Duke of Hastings, pergi sebagai ksatria. Akhirnya, seiring dengan kabar bahwa Arsion akan kembal...
1.5M 118K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
40.7K 5.6K 10
Mahasiswa berprestasi, pintar, tampan dan ceria tiba-tiba meninggal hanya karena tersandung batu??? What the f*ck!! Mahasiswa terkenal mati hanya beg...