JAYDEN, 18:23

By youraraa_

1.8K 271 68

[Jung Jaehyun ㅡ End] "Sosoknya terasa begitu nyata, meskipun aku tak dapat menyentuhnya. Dialah satu-satunya... More

Chapter 1: Pindah Rumah
Chapter 2: Sekolah Baru
Chapter 3: Mimpi Indah
Chapter 4: Sentuhan
Chapter 5: Sosok Menyeramkan
Chapter 6: Jeff
Chapter 7: Pembersihan
Chapter 8: Pelukan
Special: Hint & Casts
Chapter 9: 1823
Chapter 10: Kabut Hitam
Chapter 11: Boneka Abdi
Chapter 12: Santet
Chapter 13: Kekasih Masa Lalu
Chapter 14: Kisah Sebenarnya
Chapter 15: In de Gloria
Chapter 17: Rindu
Chapter 18: Keajaiban
Chapter 19: Akhir yang Bahagia

Chapter 16: Misi Berdarah

48 9 0
By youraraa_

"Jika saja aku diberi satu kesempatan, aku ingin sekali menggunakan kesempatan itu untuk hidup sebagai manusia, lagi."

🍂

D-Day

Batavia, 1823 pukul 17.00

"Sudah siap? Tak usah berlama-lama ataupun berpura-pura baik di depan lelaki Belanda itu lagi. Aku sudah tak tahan ingin segera menghabisinya!"

Ketiga lelaki itu hanya bisa menganggukkan kepala, tanda patuh pada perintah Wiryan yang entah mengapa terlihat sangat mendominasi.

Aura menakutkan dari Wiryan memang membuat ketiganya tak ada yang berani melawan, meskipun sebenarnya Bima ingin sekali kontra dan tak berpihak pada Wiryan.

Namun karena ia pun tak suka melihat kedekatan Isakh dengan Mala, mau tak mau ia turut serta dalam operasi pembunuhan yang akan dilakukan Wiryan.

"Maaf, Isakh. Aku bukanlah teman yang baik. Maaf karena aku juga akan menjadi salah satu orang yang mengkhianatimu." Bima bermonolog dalam hati, sebenarnya ada sedikit rasa menyesal dalam dirinya.

"Apa kau yakin kalau operasi ini tak akan membuat adikku ikut terbunuh? Akuㅡ aku hanya takut jika operasi ini gagal." Arka membuka suara. Lelaki yang sejak awal terlihat selalu gusar itu pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, karena bagaimanapun juga Mala tetaplah adik kandungnya.

"Aku juga ingin menanyakan hal yang sama sejak awal, tapi aku takut mengatakannya." Hatta yang juga diam pun ikut menanyakan hal yang sama, karena dirinya juga sebenarnya takut jika harus turut serta membunuh seseorang.

Wiryan menggeram kesal. "Jika kalian tidak bisa melakukannya, mundur sekarang juga! Aku tak akan tinggal diam jika kalian malah mengacaukan rencanaku!

Bima menepuk punggung Wiryan beberapa kali, berusaha menenangkan temannya yang sedang dilanda amarah itu. "Tenanglah, Wiryan. Sekarang kita mulai saja misi berdarah yang sudah kita rencanakan sejak awal. Aku akan memulai misi ini sekarang. Kalian tunggu saja di belakang rumah, biar aku temui Isakh dan membawanya ke sana."

"Berhenti! Kumohon berhenti!!! Tolong jangan bunuh Isakh, kumohon jangan bunuh dia!" Anna berdiri di hadapan mereka sembari berteriak dengan kencang, berharap salah satu dari keempat lelaki itu ada yang bisa mendengarnya.

Mustahil, mau seberapa keras Anna berusaha berbicara, jelas tak ada seorangpun yang bisa mendengarnya.

Bima bergegas menemui Isakh di dalam rumah, sedangkan yang lain bersiap di halaman belakang. Reka ulang kejadian berdarah yang akan disaksikan oleh Anna beberapa saat lagi mungkin akan menjadi traumanya hingga akhir hayat nanti.

Semua kejadian yang terjadi terasa sangat cepat bagi Anna. Ia bahkan ingin kembali ke masa depan, tapi ia tak tahu bagaimana caranya. Seharusnya Jayden membawanya kembali ke masa depan, tapi nyatanya Jayden tak berbuat apa-apa.

Sambil berurai airmata, Anna berlari mengikuti Bima ke dalam rumah. Ia berulangkali berusaha menyentuh Isakh dan mengajaknya berbicara, meskipun usahanya sama sekali tak berhasil. Ia lupa jika saat ini dirinya hanya hadir sebagai penonton dari masa depan.

"Mala! Tolong cegah Isakh pergi! Bawa Isakh pergi dari rumah! Kumohon! Mala!!!"

Anna lelah berteriak sambil menangis. Ia tahu jika ini semua sudah terjadi di masa lalu. Tapi tetap saja ia tak tega melihat Isakh dan dirinya yang terbunuh secara tragis. Apalagi kondisi terakhir Isakh ketika itu masih terus terbayang dalam ingatannya.

"Mala, izinkan aku untuk berbicara berdua dengan Isakh. Ada urusan lelaki yang harus Isakh dan aku selesaikan." Bima dengan tenang berusaha berbicara dengan Mala yang tengah asyik menghabiskan waktunya berduaan bersama Isakh, sesuai dengan keinginan lelaki tersebut kemarin.

Mala yang tak paham hanya bisa mengangguk, membiarkan Bima mengajak Isakh berbicara sejenak di kamar tamu.

Sambil menghela napas panjang, Bima mulai menatap nanar Isakh yang tengah kebingungan. "Isakh, sebelumnya aku minta maaf. Ketiga orang yang kau sebut teman itu sebentar lagi akan menghabisimu. Ku mohon, pergi dari rumah ini diam-diam bersama Mala, sebelum semuanya terlambat. Bawa Mala bersamamu, hanya ini yang bisa kukatakan sebagai teman."

Isakh mengernyitkan keningnya, bingung dengan maksud ucapan Bima yang tiba-tiba saja membuat badannya menegang.

"Apa maksudmu, Bima? Mereka bertiga akan menghabisiku? Maksudnya apa? Tolong jelaskan padaku!" Isakh menggenggam dan meremat kedua tangan Bima, memohon kawannya tersebut untuk menjelaskan maksud perkataannya tadi.

"Apa kau bodoh? Mereka akan membunuhmu, Isakh! Mereka akan memotong-motong tubuhmu! Wiryanㅡ lelaki itu tak suka karena Mala terlihat menyukaimu.

Tubuh Isakh mendadak lemas. Sulit rasanya ia mempercayai perkataan Bima. Sedangkan Anna yang sejak tadi berada di sana juga turut memaksa Isakh untuk segera pergi dari rumah bersama Mala, meskipun ia tahu kejadian lampau tak akan pernah bisa berubah.

Isakh menelan salivanya dan berusaha menampilkan senyumnya di hadapan Bima. Lelaki itu memeluk sahabatnya sambil mengucapkan kata-kata yang membuat Bima menyunggingkan senyum miringnya.

"Terima kasih, Bima. Kau memang kawan terbaik yang aku punya di sini. Semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi. Aku titipkan Mala padamu, aku takut jika Mala juga ikut menjadi korban. Bawa Mala pergi dari sini, biar aku yang akan menghadapi mereka. Jaga Mala untukku, kawanku."

Tepat pukul 18.15, Bima dan Isakhㅡ tanpa Mala, muncul di halaman belakang rumah Isakh, membuat atensi ketiga orang yang berada di sana beralih pada keduanya.

Dengan ramah Wiryan menyambut kedatangan Isakh, disusul oleh Hatta dan Arka yang ikut menyambut Isakh dengan raut wajah yang terlihat tegang.

"Kami ingin merayakan ulang tahunmu lagi tapi khusus laki-laki, sebagai bentuk pertemanan kita."

Isakh mengangguk sembari berusaha menyunggingkan senyum terbaiknya pada Wiryan, Hatta, Arka dan Bima secara bergantian.

"Kira-kira sudah berapa lama kita menjalin pertemanan selama aku tinggal di Batavia? Apa belum cukup bagi kalian untuk menganggapku sebagai seorang teman?" Raut wajah Isakh perlahan-lahan berubah sedih, masih tak paham jika malam ini adalah hari terakhir ia hidup di dunia.

Wiryan hanya tersenyum sinis dan memberi kode pada Arka dan juga Hatta untuk memulai misinya.

Tiba-tiba saja Arka dan Hatta menyergap tubuh Isakh untuk mengunci kedua tangan Isakh agar lelaki itu tak bisa bergerak. Wiryan mengeluarkan sebilah pisau dari saku celananya, lalu menatap kawannya itu dengan tatapan penuh kebencian.

"Aku benci matamu. Kedua matamu membuat Mala berpaling dariku." Dengan gerakan cepat Wiryan mencongkel kedua mata Isakh, menghiraukan teriakan kencang Isakh yang terlihat kesakitan. Belum puas dengan mencongkel kedua mata temannya, Wiryan dengan sadis menusuk perut Isakh beberapa kali. Isakh meregang nyawa, tak bisa melawan sama sekali.

Anna terduduk lemas sembari memegangi dadanya, hatinya benar-benar tersayat melihat orang yang dicintainya dibunuh secara sadis. Sontak teriakan menyayat dari Isakh tersebut terdengar hingga ke telinga Mala yang hendak dibawa pergi oleh Bima.

Mala meronta dan menggigit lengan Bima yang kala itu berusaha menahannya agar tidak pergi, hingga akhirnya Bima terpaksa melepaskan Mala dan membiarkan gadis yang disukainya itu berlari menuju ke arah teriakan Isakh.

"Maaf, aku tak bisa melindungimu, Mala." Ucap Bima lirih.

"Isakh! Ya Tuhan! Apa yang kalian lakukan!!! Gila kalian semua! Dasar biadab!!!" Dengan penuh keberanian Mala segera berlari dan memeluk Isakh yang ketika itu sudah terkapar bersimbah darah. Ia menjerit, menangis, dan berteriak, hatinya hancur melihat perbuatan keji orang-orang yang sudah ia anggap saudara sekaligus teman.

"Aku tak bisa memaafkan kalian, termasuk kauㅡ saudara kandungku sendiri!" Mala menatap tajam penuh amarah pada ketiga sosok yang berdiri di hadapannya. Arka menunduk, ia merasa bersalah meskipun bukan dirinya yang membunuh Isakh.

Sambil berurai airmata, Mala pun merebahkan jasad Isakh sejenak, lalu berdiri dan mendekat ke arah Wiryan. "Di kehidupan selanjutnya, akan ku pastikan hidup kalian tak akan tenang. Termasuk kauㅡ Wiryan!" Mala meraih pisau yang masih dipegang Wiryan, lalu menusukkan pisau tersebut ke jantungnya sendiri.

Mala memuntahkan darah dan ambruk di sebelah Isakh dengan airmatanya yang terus menetes. Dengan sisa kesadaran yang masih dimilikinya, Mala mengusap kepala Isakh dengan lembut. "Ayo kita bertemu di kehidupan selanjutnya dan hidup bahagia bersama."

Ketika Mala telah menutup mata, kedua mata Anna pun terbuka. Wajahnya basah oleh airmata, dan ia menyadari jika dirinya telah kembali ke masa kini. Ia telah tersadar dalam kamarnya, dan terlihat bingung karena saat ini orang tua dan kakaknya terlihat sedang berdiri mengelilingi dirinya dengan wajah cemas.

"Anna, kamu sudah bangun, nak? Akhirnya! Benar kata nak Yudha, anak mama ini kuat." Perkataan mamanya yang terdengar aneh itu membuat Anna bingung.

"Maksud mama apa? Yudha? Yudha bilang apa pada mama? Lelaki aneh itu sekarang ada di mana, mah?! Anna harus bicara padanya sekarang!" Dengan raut wajah kesal, Anna pun berusaha bangun dan hendak pergi mencari keberadaan Yudha, namun Juan segera meraih tangah Anna, mencegah adiknya pergi.

"Lelaki itu menumbalkan dirinya sendiri untuk membayar kejahatannya di masa lalu. Dia sudah pergi, bersama teman tak kasat matamu itu."

🍂

Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 186 25
Gladiola atau lebih dikenal dengan nama Glady, Ialah wanita yang suka memangsa Pria-pria bodoh dan mencampakkannya seperti barang sekali pakai. Itu s...
18.5K 1.9K 40
Apa menu santapan yang paling kalian suka? Menu No. 1 Thirsty: Sadistic Lover Winter adalah succubus yang ditendang dari dunia iblis karena sampai us...
34.9K 2.6K 43
Ini sulit. Apalagi bersembunyi. Saat menjadi beda, pasti akan mencolok. Meski diam, tetap jadi perhatian. ###### Ini buku ke-4 dari I'M GAY SERIES (l...
217K 27K 48
Kumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Dengan s...